22. Rahasia Lucas II (Calon Ibu Mertua)

2.2K 134 1
                                    

Devian menyalakan mesin mobil dan mengikuti mobil Lucas secara diam-diam. Tak lama setelahnya, mobil Lucas berhenti tepat di sebuah rumah sakit. Hati Devian makin cemas saja dan terus mengikuti langkah Lucas yang bergegas masuk.

Di dalam Devian berusaha agar selalu menjaga jarak dan tak kehilangan jejak. Akhirnya Lucas masuk ke dalam sebuah kamar inap di mana seorang dokter rumah sakit tampak di depan pintu.

Begitu pintu tertutup, Devian mendekat dan melihat pada kaca tembus pandang di pintu. Hal yang pertama kali dia lihat adalah sorotan sendu dari Lucas pada seorang wanita yang tertidur di ranjang dan itu bukanlah Yana.

Devian tak mengetahui siapa wanita itu tapi melihat sorotan kecewa dari Lucas Devian langsung mengerti wanita yang tangannya kini digenggam hangat oleh Lucas adalah wanita yang sangat berarti bagi Ayah Yana sama seperti Yana yang memiliki makna dalam hatinya.

Dokter yang merawat si wanita kemudian keluar tanpa sengaja berpapasan dengan Devian. Pintu yang terbuka menampakkan Devian menimbulkan keterkejutan dalam diri Lucas.

Perlahan Devian bergerak masuk ke dalam. "Kau ... kenapa kau bisa ada di sini?" Bukan tersegih seperti biasa tapi sebuah senyuman tipis dari Devian.

"Aku pikir sesuatu terjadi pada Yana jadi aku mengikuti Calon Ayah Mertua ... siapa dia?" tanya Devian seraya memperhatikan wanita yang masih memejamkan mata dan berbaring dengan tenang.

Lucas mengalihkan pandangan ke arah si wanita. "Dia Zeline ... istriku sekaligus Ibu Yana." Devian melebarkan matanya. Pantas saja rasanya wajah wanita itu tak asing rupanya dia adalah Ibu dari Yana, tunangannya.

Tubuh Zeline menggeliat. Perlahan matanya terbuka dan makin terlihat jika dia mirip sekali dengan Yana. Pandangan dari langit-langit rumah sakit dialihkan pada Lucas. "Di mana putriku? Di mana Yana? Kenapa kau tak membawanya? Bukankah kau sudah berjanji padaku membawa dia padaku?"

Lucas tersenyum. Tangannya lalu membelai rambut Zeline. "Ya, dia pasti akan menemuimu tapi belum saatnya. Tapi aku janji aku akan membawanya padamu."

Zeline lalu melihat pada Devian dengan tatapan bingung. "Dia siapa?"

"Bukan siapa-siapa. Jangan pedulikan dia, tidurlah aku akan menemanimu." Devian memasang lalu mendekat dan mengambil tempat di samping Zeline.

"Hai Calon Ibu Mertua, aku Devian. Aku tunangan Yana yang akan menjadi suaminya." Mata Zeline membulat dan memandang pada Lucas.

"Tuan Lucas, kau menjodohkan putriku dengan seorang pria dewasa?" Alis Devian mengerut.

"Tidak, ini bukan seperti yang kau pikirkan. Pria itu hanya berbohong dan kau Devian ikut denganku." Keduanya pergi meninggalkan Zeline dan ketika pintu ditutup Lucas dia langsung memarahi Devian.

"Apa-apaan kau ini?! Kenapa kau mengatakan hal itu?! Pastinya dia akan bingung sekarang."

"Apa maksud Calon Ayah Mertua aku tak--"

"Ish, jangan panggil aku seperti itu panggil saja aku Paman. Dia menderita demensia[1] dan mengira Yana itu bukan gadis dewasa melainkan anak kecil berumur empat tahun saat dia meninggalkannya."

"Apa maksud Paman, aku tak mengerti. Dia meninggalkan Paman?" Lucas mengembuskan napas berat kemudian menggeleng.

"Kejadian itu sangatlah rumit dan aku bersama Ibu Yana membuat keputusan di mana kita harus berpisah karena penyakitnya itu. Kami pun merahasiakannya dan sampai sekarang Yana masih salah paham akan kepergian Ibunya jadi tolong jangan katakan pada Yana tentang hal ini, biarkan ini menjadi rahasiaku dan Zeline." tutur Lucas panjang lebar.

"Lalu bagaimana dengan Paman? Aku mendengar Paman dipanggil Tuan oleh Bibi Zeline." Lucas tertawa renyah. Ekspresinya menunjukkan kesedihan.

"Dia tak mengenalku lagi sebagai suaminya ... dia melupakanku dan segalanya kecuali Yana. Sekarang, Zeline mengalami komplikasi ... aku khawatir jika aku tak bisa mengabulkan permintaannya sampai ajal menjemputnya." Devian ikut merasakan kekhawatiran dan menepuk bahu Ayah Yana agar bisa tenang.

"Tenanglah Paman, aku akan membantumu juga dalam hal ini. Aku akan melakukan sepenuh tenaga agar kita bisa mengabulkan permintaan Bibi."

"Terima kasih Devian. Maaf aku memperlakukanmu tak baik selama ini."

"Tak apa-apa Paman aku mengerti. Aku tahu Paman sangat menyayangi Yana dan menginginkan yang terbaik untuk putri semata wayang anda." Ponsel Devian berbunyi, tampaklah nama Yana tertera di layar ponsel.

"Halo, Yana. Kau panjang umur sekali aku baru membicarakanmu dan kau sudah menghubungiku,"

"Ck, hanya kebetulan saja. Datanglah kita akan memilih background pelamin dan lain-lain." ujar Yana dengan ketus.

"Baik sayang, tunggu aku di sana." Panggilan dimatikan, Devian kemudian masuk ke dalam kamar di mana Lucas dan Zeline berada.

"Paman, Bibi, aku pergi dulu ya. Bibi jaga kesehatan. Aku punya urusan."

"Iya, iya pergilah!"

"Tuan jangan begitu sama tamu." protes Zeline lalu mengalihkan pandangan pada Devian seraya mengukir senyuman.

"Pergilah sampaikan salamku sama tunanganmu. Tuan Lucas sudah bilang kalau sebenarnya nama tunanganmu sama dengan nama putriku."

"Iya, pasti akan saya sampaikan dan saya juga doakan semoga Bibi sehat dan bisa ketemu sama Yana, anak Bibi." Kedua mata Zeline berbinar-binar. Dia sangat berharap hal itu terjadi.

Devian keluar dari rumah sakit menuju tempat WO dari Yana. Begitu sampai, dia menemukan Yana yang menunjukkan wajah kusut telah menunggu di depan pintu. Devian turun dari mobil menghampiri Yana dengan senyuman yang paling tak disukai oleh Yana.

"Dari mana saja kau?!"

"Maaf, ada urusan. Eh kenapa kau memakai syal di hari yang panas ini,"

"Ihh, masa tak tahu sih?!"

💕💕💕💕

See you in the next part!! Bye!!

Kekasih Bayaran (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang