17. Teman dari Yogyakarta

2.3K 139 2
                                    

"Oh jadi kamu sudah suka padanya sekarang? Ingatlah Yana dia itu rival dari Ayah dan sudah jelas Ayah tak mau punya menantu seperti dia. Kerja sama itu Ayah terima karena kekonyolan Devian sendiri." Yana mengembuskan napas berat.

"Iya Ayah, aku mengerti. Aku jalan bersamanya bukan juga aku suka sama dia. Kita hanya sebatas teman saja."

"Tapi teman itu bisa jadi pacar bukan?"

"Sudah Ayah, aku lelah. Kita bicara saja masalah ini lain kali." Lucas terus saja mengomel namun kali ini Yana tak menggubris dan melangkah menuju kamarnya lalu menutup pintu.

Di dalam dia lagi-lagi membuang napas panjang. Dibaringkannya tubuh yang masih terbalut dengan jas milik Devian ke ranjang dan menatap langit-langit rumah sekilas.

Ponsel berdering dan Yana segera mengangkat telepon setelah melihat siapa yang meneleponnya. "Halo,"

"Halo, Yana. Apa kabar?"

"Rani? Apa itu kau?"

"Ya, ini aku Rani. Temanmu dari Yogyakarta." Sontak Yana memosisikan dirinya duduk.

"Ayo kita video call." Yana mematikan telepon lalu cepat-cepat membuka video call. Tampaklah sesosok wanita cantik dan melambaikan tangannya pada Yana.

"Hai Rani. Sudah lama sekali ya. Bagaimana kabarmu?"

"Baik. Kalau kau?"

"Aku baik juga. Aku dengar kau sudah bertunangan, selamat ya."

"Makasih. Eh, kenapa kau menghubungiku? Tak biasanya." Rani terkekeh.

"Begini aku akan ke Yogyakarta untuk menyiapkan pesta ulang tahun pernikahan mendiang Ayah dan Ibuku. Ada juga Dani kakakku."

"Aduh gimana yah, aku takut tak punya waktu. Kau tahu, kan persiapan pernikahan seperti apa? Lagi pun calon suamiku ingin WO ku yang jadi WO pernikahan kami."

"Ayolah Yana, kita sudah lama loh tak berkumpul. Sejak aku ke Jepang bersama Abang, kita tak pernah ketemu lagi. Kau pun pindah ke Jakarta ikut Ayahmu."

"Iya juga sih. Baiklah nanti kalau aku dapat ijin dari Ayah sama calon suamiku baru aku kasih kabar."

"Ok, aku tunggu ya." Percakapan kemudian dilanjutkan dengan kehidupan pribadi keduanya. Rani yang telah menikah disibukkan mengurus suami beserta anak angkatnya sedang Yana mengeluarkan keluh kesahnya betapa jengkel harus menghadapi tunangannya.

Cukup lama keduanya berbincang, Yana memutuskan video call lalu beristirahat.

💕💕💕💕

Esok paginya, Yana segera mengatakan keinginannya ke Yogyakarta untuk bertemu teman. "Kau yakin Yana mau ke sana sendiri?"

"Iya Ayah, sudah lama aku tak jumpa Rani sama Dani. Rindu sama mereka dan juga teman-teman lain."

"Baiklah jika itu maumu. Ayah tak keberatan. Kapan kau akan berangkat?"

"Kalau boleh lusa Ayah setelah aku dapat izin dari Devian."

"Izin dari Devian? Untuk apa kau minta izin dari dia?!"

"Ayah, Devian itu tunanganku yah mau tak mau aku harus bilang sama dia."

"Tapi tetap saja--"

"Tetap apa ayah mertua?" Keduanya mematung dan menoleh ke arah pintu di mana Devian berada dengan senyuman.

Dia menghampiri keduanya lalu duduk di samping Yana. "Kau mau ke mana?"

"Ke Yogyakarta." jawab Yana singkat.

"Kau mau meninggalkan aku begitu?"

"Ish, aku ke rumah temanku untuk menghadiri acara ulang tahun pernikahan mendiang kedua orang tuanya." jawab Yana.

"Baiklah, aku izinkan asal kita pergi bersama-sama." Yana sontak menoleh pada Devian. Tentu saja dia memprotes omongan tunangannya itu.

"Tidak, aku tak mau ada jawaban tidak. Jika kau tak ingin pergi bersamaku jangan harap ada izin dariku." Yana mengerucutkan bibirnya. Devian selalu saja membuatnya kesal.

"Tapi bagaimana dengan bisnismu, kau ini seorang CEO Devian. Aku khawatir kalau kau lebih memprioritaskanku ketimbang pekerjaan, kakekmu akan marah." Senyuman tampak di wajah Lucas. Yana tahu alasan yang bagus.

"Oh iya aku lupa bilang padamu. Aku punya urusan bisnis di Yogyakarta jadi kita bisa ke sana bersama-sama. Pertama kita pergi ke urusan bisnisku lalu ke tempatnya temanmu. Bagaimana?" Baik Lucas mau pun Yana terlihat memasang wajah masam.

Devian tetap bisa mengelak dan mereka tak bisa bilang tidak. "Terserahlah." Pria itu tersenyum penuh kemenangan dan mengalihkan pandangan pada Lucas.

"Calon mertua, aku akan pergi bersama Yana ke Jogja. Boleh ya? Aku janji aku akan menjaganya." Lucas mendengus.

"Baik. Tolong jaga dia ya tapi beda halnya kalau kau menyakiti dia aku akan membuatmu lebih menderita lagi." Ucapan Lucas bernada ancaman tak ayal membuat Devian menyunggingkan senyuman membalas perkataan menohok tersebut.

"Jadi kapan kau akan pergi?"

"Lusa."

"Baik. Aku akan menyelesaikan pekerjaanku dan lusa kita bisa pergi. Kau mau bekerja?" Yana mengangguk.

"Ayo biar aku antar."

"Jadi kau datang ke sini untuk menjemputku?"

"Tentu saja. Sebagai calon suami yang baik aku harus memperhatikan calon istriku. Pergi sekarang?" Yana mengangguk.

Mengambil tas dan pamit pada sang Ayah lalu pergi. Kepergian Yana dan Devian hanya bisa ditatap oleh Lucas yang lalu mengembuskan napas kasar. Apa benar Devian adalah pasangan yang sempurna untuk Yana?

30 menit berselang, mobil Devian berhenti tepat di depan tempat WO milik Yana. "Hari ini aku lembur jadi aku akan pulang sendiri." Lengan Yana yang meraih gagang pintu mobil digenggam oleh Devian.

Pria itu tersenyum nakal sedang Yana memandangnya bingung. "Ada apa?"

"Ciuman paginya mana?" Yana membulatkan mata.

"Apaan sih ciuman pagi?! Ini ada di tempat umum malu tahu!"

"Tidak apa-apa. Orang-orang tidak akan lihat." Yana menampakkan mimik tidak suka lalu melihat ke sekitar dan dengan cepat mengecup bibir Devian singkat.

"Sudah, kan aku pergi dulu." pamit Yana pada Devian yang tertegun karena Yana menciumnya di bibir bukan di pipi. Wah, makin pintar saja tunangannya itu.

💕💕💕💕

See you in the next part!! Bye!!

Kekasih Bayaran (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang