14. Bayaran Kedua

2.6K 145 5
                                    

Yana tak bisa mengiringi langkah dari Devian yang lebar hingga tak jarang kakinya terantuk dan hampir jatuh. "Devian berhenti dulu! Aku kesulitan!" Pekikan Yana tak diambil pusing oleh Devian.

Pria itu sibuk membuka pintu mobil dan memaksa Yana masuk lalu dia juga masuk ke kursi pengemudi. Camelia yang menampakkan diri di pintu terkejut melihat Devian masuk ke dalam mobil dan berlari kecil menghampirinya sambil memanggil nama Devian.

Suaranya cukup keras namun Devian tak peduli dan menjalankan mobilnya meninggalkan restoran. Yana menyadari hal tersebut memandang bingung pada tunangannya. "Apa-apaan itu tadi?"

"Maksudmu?" Devian balik bertanya dengan berlagak bodoh.

"Siapa tadi yang memanggilmu?" tanya Yana kehilangan kesabaran.

"Oh dia ... hanya teman."

"Teman katamu? Kalau dia teman kenapa kau melarikan diri darinya?! Ayo jawab yang jujur, wanita itu siapa?" Devian menaikkan salah satu alisnya serta membuat senyuman nakal.

"Oh jadi kau cemburu ya?" Mata Yana membulat.

"Cemburu? Padamu? Cih, aku tak sudi!" Devian tetap saja menyunggingkan senyuman.

"Sudahlah jangan cemburu begitu. Aku menjauh darinya ya memang untukmu. Aku sudah bertunangan dan masa aku mendekati gadis lagi, aku ini sudah milik kamu." Yana bergidik jijik kemudian menyuruh Devian menghentikan mobilnya secara mendadak.

"Kenapa kita berhenti?"

"Kau harus makan dulu. Katanya kau belum sarapan pagi ini bukan?" ujar Yana seraya keluar dari mobil.

Devian terpana beberapa saat lalu menyimpulkan senyuman. Yana kembali memberikan perhatian padanya. Tentu saja Devian bahagia sekali.

"Hei kau kenapa senyam-senyum begitu? Ayo cepat parkir mobilmu aku akan masuk dan memesan makanan. Untuk kali ini kau harus makan, mengerti?"

"Mengerti sayang." Devian lalu menuju tempat parkir sedang Yana masuk ke dalam restoran untuk memesan makanan.

Tak berselang lama Devian ikut duduk lalu pesanan datang setelahnya. Keduanya duduk sambil makan tanpa berbicara sekali pun.

"Makanannya enak sekali." komentar Devian setelah dirinya menyeruput jus strawberry yang dia pesan.

"Ya, ini enak sekali. Oh ya Devian, aku dari tadi bertemu dengan teman kuliahku di Amerika nah dia minta aku memperkenalkanmu pada dia saat aku menghadiri acaranya nanti. Kau mau tidak ikut denganku ke pesta?"

Devian menyeringai. "Apa ada bayarannya?" Alis Yana mengerut.

"Apa maksudmu dengan bayaran? Kita, kan sudah bertunangan masa perhitungan sama calon istri sendiri." balas Yana ketus.

"Memangnya aku mau bayaran uang? Tidak!" Devian lalu mengelap bibir Yana secara tiba-tiba disebabkan ada kotoran kecil yang menempel.

"Kau ingat tidak saat aku meminta bayaran pertama. Aku minta ciuman." Yana mematung dalam sekejap dia menoleh ke arah pria itu.

"Apa maksudmu bayarannya lagi adalah bibirku?!" Perkataan Yana sedikit keras sehingga orang banyak menoleh ke arah mereka. Atas sikapnya itu, Yana merasa malu dan meminta maaf pada semua pelanggan restoran tersebut.

Seringai Devian makin melebar saja. "Itu kau tahu, jadi bagaimana? Kau mau, kan?"

"Ogah!" seru Yana seraya bangkit berdiri lalu keluar ke restoran. Devian tertawa kecil kemudian ikut berdiri dan membayar semua makanan yang Yana pesan di meja kasir.

Devian lantas mengejar Yana keluar dan menggapai tangan gadis itu. "Bagaimana jika setelahnya?" tanya Devian menawarkan.

"Ih, Devian! Kalau aku tak mau ya tak mau. Jangan paksa aku!" tolak Yana tegas.

"Tapi, kan kamu datang ke acara itu untuk memperkenalkanku. Bagaimana bisa tanpa aku?" Yana memasang wajah datar. Benar juga yang dikatakan oleh Devian tapi Yana juga tak mau membayar kepada Devian. Dia masih kesal atas sikap pria yang didepannya ini.

Yana memalingkan wajah ke arah lain. "Itu gampang. Aku tinggal mengatakan kalau aku tak bisa datang bersamamu karena ada urusan yang penting."

"Apa kau bersungguh-sungguh dengan keputusanmu?" Yana kembali menatap Devian dengan tatapan serius.

"Ya, aku serius!"

"Ok, aku tak akan memaksamu. Tapi ingat saja aku tak akan menuruti perintahmu lagi." ujar Devian sambil melewati tunangannya. Pada akhirnya mereka pulang dengan hati yang gelisah.

💕💕💕💕

Beberapa hari berlalu, Yana akhirnya memutuskan untuk pergi ke pesta sendirian. Dirinya sering dihubungi oleh temannya yang bernama Scott dan Yana merasa tak enak jika dirinya tak datang.

Sekarang dirinya sudah berada di pesta yang penuh dengan orang-orang asing. Satu tujuannya hanya untuk bertemu Scott lalu mengatakan bahwa Devian tak bisa datang.

Setelah ke sana ke mari dia mendapati juga Scott- sang pemilik pesta tampak bersama beberapa pria asing. "Scott," pria itu menoleh kemudian tersenyum.

"Yana, akhirnya kau sampai juga. Aku sudah lama menunggumu." Senyuman getir ditampakkan oleh Yana yang berniat membuka suara namun semua itu pupus kala Scott melanjutkan perkataan yang menggantung.

"Kekasihmu sudah lama datang dan mengatakan bahwa kalian perginya sendiri-sendiri, apa hubungan kalian baik-baik saja?" Yana mengerjapkan matanya. Tak tahu harus mengatakan apa.

"Yah hubungan kami baik-baik saja ...." Tubuh dari seorang pria yang awalnya membelakangi kini berbalik pada Yana. Gadis itu terkejut setengah mati melihat Devian menampakkan senyuman ke arahnya.

"Hanya pertengkaran kecil seperti pasangan lain." lanjut Devian seraya mengedipkan matanya pada Yana.

Yana kemudian undur diri beserta Devian agar dirinya bertanya pada calon suaminya itu. "Bagaimana bisa kau berada di sini? Kau sendiri yang mengatakan bahwa kau tak akan menuruti perintahku lagi."

"Tapi aku juga memiliki undangan. Rupanya aku diundang dan tentu saja aku harus datang. Aku baru saja memiliki informasi bahwa kau berteman dengan Scott jadi aku perkenalkan saja diriku padanya sebagai tunanganmu." Yana terkejut saat Devian merangkulnya dengan posesif dan membawanya lebih dekat.

"K-kau ingin apa?" tanya Yana mendadak gugup.

"Mau bayaranku dan aku tak ingin adanya penolakan." Begitu wajah Devian mendekat, Yana langsung menahan Devian seraya menunduk.

"Ada apa lagi?"

"Jangan memaksa ... aku tak suka. Biar aku saja yang menciummu." Devian membulatkan matanya. Dia tak percaya jika Yana yang menawarkan diri. Ini kabar yang sangat menggembirakan.

"Tutup matamu ... jangan mengintip." Tentu saja Devian melaksanakan apa yang diminta oleh Yana dan menunggu. Jantung Yana berdebar sangat kencang serta wajahnya merona sekali ketika dia mendekatkan jarak pada Devian.

Chup!

Suara tembakan terdengar dari langit dan muncullah kembang api yang sangat indah menambah indahnya ciuman Yana yang dia berikan untuk sang kekasih bayaran.

💕💕💕💕

See you in the next part!! Bye!!

Kekasih Bayaran (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang