26. Permintaan Maaf II

2.4K 144 3
                                    

"Sebenarnya kau salah paham tentang Devian." Dengan matanya yang sembab, dia menoleh Lucas. Tatapannya bingung. Lucas membuang napas kasar lalu melanjutkan.

"Dia datang ke sini bukan untuk bertemu dengan wanita yang kau lihat itu tapi dengan Ibumu ... Devian membuntutiku dan dia mengetahui segalanya tentang Ibumu yang sakit dan kesalahpahamanmu."

"Seperti yang kau tahu Ayah sangat membenci Devian tapi untuk kali ini Ayah menginginkan kau minta maaf padanya." Yana lalu menghapus air matanya yang mengalir deras dan menoleh pada Lucas.

"Ayah apa ini tandanya kau merestui hubungan kami berdua?" Pertanyaan Yana dibalas senyuman oleh Lucas.

"Ayah melihat dia serius dan kau bahagia dengannya jadi kenapa tidak? Ayah selalu memprioritaskanmu dalam segala hal termasuk kebahagiaan. Pergilah, sebelum terlambat." Lucas memberikan kunci mobilnya pada Yana.

"Tak usah kau cemaskan Ibu ada Ayah di sini." Yana lekas keluar dari kamar. Langkahnya terburu-buru menuju parkiran mobil.

Dari jendela kamar inap milik Zeline, Lucas mengawasi putrinya itu. Dia berharap semoga Yana bisa sampai ke  kediaman Alexander dengan lancar.

"Lucas." Pria itu terdiam sebentar lalu memalingkan wajahnya di mana Zeline telah duduk.

"Zeline ... kau sudah bangun." Wanita itu tersenyum kemudian mengangguk.

"Aku ingat semuanya, Lucas. Terima kasih ya karena sudah membesarkan Yana untukku dan menjaganya dengan baik hingga dia sebesar itu, terima kasih juga karena kau telah merawatku sepenuh hati. Kau memang suami yang baik." Lucas tertegun.

Sebulir air jatuh dari mata Lucas yang segera diseka oleh pria itu. Dia hanya bisa memberikan senyuman getir saking harunya. Lucas lalu berjalan mendekat dan memeluk Zeline.

"Welcome back honey, i miss you so much."

"I miss you too, Lucas. I love you."

"Love you too." balas Lucas.

💕💕💕💕

Kediaman Alexander

Mobil Yana membunyikan klakson dengan kencang. "Cepat buka pintu gerbangnya! Aku mau bertemu Devian!"

"Maaf Nona, mohon sabar."

"Bagaimana bisa sabar, sudah setengah jam aku berada di sini." Meski memakai nada datar tetapi katanya sudah pasti memprotes.

Gerbang terbuka, Yana segera memarkirkan mobilnya di halaman depan dan langsung masuk. Di sana dia disambut oleh Nenek Devian yang terlihat cemas.

Langkah Yana yang tegas perlahan memelan dan berhenti tepat di depan Nenek Devian. "Kau Yana ya?" Yana mengangguk seraya menyunggingkan senyum canggung.

"Syukurlah kau datang, ayo ikut denganku." Nenek Devian lalu berjalan mendahului Yana yang terus mengekorinya.

"Tolong kau bujuk Devian ya, kemarin sampai sekarang dia mengunci dirinya sendiri di dalam kamar. Nenek khawatir dia melakukan sesuatu yang buruk." Mendengar itu detakan jantung Yana juga ikut berpacu cepat.

Semoga saja itu hanya pikiran buruk. Tibalah mereka di depan pintu kamar Devian lalu Nenek Devian mengetuk pintu. "Devian, ini nenek."

"Pergilah nek, aku tak ingin diganggu!" balas Devian dengan nada setengah berteriak. Spontan Yana membalas menggunakan kekesalannya.

"Oh jadi begitu kamu sama Nenek kamu, tak sopan!" Hanya kalimat itu tiba-tiba Devian membuka pintu kamar dan terkejut melihat Yana.

"Yana, kau ada di sini?" Memang itu pertanyaan bodoh yang dilontarkan oleh Devian tapi hanya itu saja yang bisa dilakukan oleh casanova boy.

"Ya, aku ada di sini. Beri jalan aku mau masuk, ingin berbicara denganmu." Layaknya seorang pelayan Devian membuka pintu lebar, Yana masuk dan saat itu juga Devian menutup pintu.

"Untuk apa kau datang ke sini? Apa kau sudah tahu bahwa semua itu salah paham?" Gadis itu awalnya diam sebelum akhirnya mengangguk.

Dia lalu memutar tubuhnya kemudian mendekat pada Devian. Dipeluknya pria itu sebelum akhirnya mengeluarkan kalimat sakral.

"Maafkan aku." lirih Yana seraya mengeratkan pelukan.

"Ini salahku karena aku tak mau mendengar jawabanmu. Aku menyesal, Devian. Bisakah kita kembali seperti dulu?" Devian tersenyum.

Sepasang tangan kekarnya melingkar di tubuh Yana. "Tentu saja sayang, aku memaafkanmu toh aku sudah tahu kalau kau marah besar karena salah paham. Aku juga minta maaf kalau aku terbawa perasaan."

Yana mendongak. "Apa itu tandanya kau mau balikkan denganku?" Devian mengangguk.

"Kita lanjutkan pertunangan yang sempat tertunda."

"Aku setuju, asal kau harus berjanji padaku beberapa hal."

"Apa itu?"

"Kau harus terbuka padaku, tak ada yang boleh dirahasiakan dan aku juga akan percaya selalu padamu. Bagaimana?"

"Baiklah." Devian lalu mendarat kecupan di dahi milik Yana lalu turun ke pipi dan berakhir di bibir. Yana memundurkan wajahnya, bibirnya mengerucut tanda kesal.

"Kenapa kau menciumku?"

"Salah ya aku mencium bibir calon istriku?" Kening Yana bertaut.

"Calon istri? Astaga, persiapan pernikahan!" Yana buru-buru mengambil ponselnya dan karena itu dia mendorong Devian menjauh.

Kemarin dia menelepon Nia agar membatalkan semua proyek pernikahan miliknya dan Devian. Yana berpikir bahwa semua itu tak dibutuhkan lagi, sekarang mereka sudah berbaikan otomatis Pernikahan akan tetap berlangsung.

"Halo, Nia."

"Halo, Yana. Aku mengerti dengan perintahmu dan sekarang aku sedang dalam perjalanan untuk membatalkan pemesanan."

"Tidak jangan lakukan itu, aku dan Devian sudah berbaikan ... kami juga akan tetap menikah." Suara rem mobil terdengar sangat keras dari balik telepon.

"Apa maksudmu? Kau sudah baikan dengan Devian?"

"Ya, jadi ...." Nia membuang napas kasar.

"Baiklah tak apa-apa, aku mengerti. Beruntung kau menelepon di saat yang tepat waktu." Devian yang merasa diabaikan lalu pergi ke belakang Yana untuk merangkulnya.

"Devian, lepaskan aku." Protesan Yana tak diambil pusing oleh Yana dan Devian memulai mencium tengkuk milik gadis itu.

💕💕💕💕

Hai, hai ini dengan author di sini makasih karena udah mau nunggu lama soal update-tan cerita ini. Author mau nanya nih tentang cerita ini. Kalian suka lanjut atau tidak?

Pasalnya beberapa part lagi, cerita ini akan habis. Silakan komen ya!!

See you in the next part!! Bye!!

Kekasih Bayaran (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang