27. Menikah Denganmu

2.8K 139 4
                                    

Embusan napas dari Devian membuat Yana hampir saja kehilangan akalnya. Didorongnya Devian lalu memandang seakan sang kekasih adalah musuhnya.

"Belum saatnya Devian kau harus menunggu sampai malam pertama kita." Devian menyeringai.

"Sudah jangan menyeringai, ayo kita keluar. Katakan pada keluargamu bahwa kau baik-baik saja." Yana memutar tubuhnya dan lagi-lagi tubuhnya dirangkul belakang oleh Devian.

"Devian, jangan macam-macam. Aku bersumpah jika kau tak melepaskanku aku akan membuat kau--" Devian lagi-lagi membuat pergerakan yang tak terduga yaitu mencium bibir milik Yana.

Tubuh Yana terkunci dan tak bisa melakukan apa-apa selain mencengkram erat kedua lengan Devian yang mengurungnya.

Ciuman dilepaskan dan Yana memasang wajah kesal saat melihat senyuman kemenangan dari Devian. "Dasar kau jahil." Devian terkekeh lalu memutar tubuh milik Yana saling berhadapan namun tak sampai melepaskan rangkulan.

"Ayo kita ke kakekku," alis Yana mengerut.

"Untuk apa?"

"Meminta restu darinya untuk kedua kalinya. Dulu kita tak mendapat restu tapi sekarang ayo kita pastikan bahwa dia tak akan menolak hubungan kita." Yana menyunggingkan senyuman kemudian mengangguk.

Nenek Devian terkejut saat pintu kamar Devian terbuka menampakkan cucunya dan Yana yang saling merangkul. Dia mengembuskan napas lega melihat keadaan Devian baik-baik saja.

"Syukurlah kau baik-baik saja. Nenek lega."

"Nenek, bisakah Nenek meminta Kakek ke ruang tamu. Aku ingin membicarakan sesuatu yang penting dengannya?"

"Baik sebentar." Yana dan Devian memandang punggung Nenek yang menjauh cukup lama. Kemudian mereka menuju ruang tamu dan menunggu dengan gugup.

Sebenarnya hanya Yana yang merasa tak nyaman. Itu tercetak jelas di wajahnya. "Sudah jangan gugup begitu, ini bukan pertama kalinya kau bertemu dengan Kakekku?"

"Tapi aku takut dia akan keras kepala,"

"Ayahmu saja bisa mengalah kenapa tidak dengan kakekku?"

"Memangnya ada apa dengan aku?" Suara Kakek Devian memanglah datar namun cukup mengejutkan Yana. Kepala keluarga Alexandra itu mengambil tempat duduk di depan pasangan tersebut dengan pandangan dingin.

"Kakek, aku ingin meminta restu darimu. Aku akan menikahi Yana."

"Lalu kenapa meminta restu dariku? Kalian membicarakan hal ini sudah lama mengapa mengulangnya lagi?" Keduanya sama-sama menampakkan wajah melongo.

"Jadi Kakek menerima Yana sebagai istriku?"

"Menurutmu?" Si kakek lalu mengembuskan napas panjang.

"Kakek sudah membuat kesalahan pada Ayah dan Ibumu. Tak seharusnya aku menikahkan anakku yang berengsek itu dengan Ibumu yang sangat baik. Jika tidak mungkin saja Ibumu masih bersama kita." lanjut Kakek Devian seraya melihat pigura seorang wanita yang sedang tersenyum.

Dia kembali memalingkan pada Devian dan Yana. "Kakek tak ingin kejadian itu menimpa kau dan Yana jadi lakukanlah apa yang ingin kalian lakukan selama itu membuat kalian berdua bahagia."

Baik Devian mau pun Yana tersenyum cerah. Sekarang tak ada lagi yang perlu mereka cemaskan.

💕💕💕💕

Tepat sebulan kemudian, Yana memperhatikan baik-baik penampilannya di depan cermin dengan gaun putih pernikahannya. Bukannya bermaksud memuji diri, tapi penampilannya sangatlah cantik.

"Wow you look so beautiful, honey." Yana memutar tubuhnya, menemukan sosok Devian berada di depan pintu yang terbuka.

"Devian, kenapa kau ada di sini? Bagaimana jika Ayahku lihat? Kau sudah tahu, kan kalau kita tak bisa bertemu sebelum menikah." Devian terlihat tak mempedulikan ucapan Yana.

Dia menarik Yana untuk melingkarkan kedua lengannya di sekitar pinggang ramping milik calon istrinya. "Aku sudah lama tak melihatmu jadi melanggar sedikit tak apa-apa bukan? Sebagai hadiah kecil."

Yana mencebik tapi dalam sekejap dia mengubahnya menjadi senyuman. Yana mengalungkan kedua tangannya di jenjang leher Devian. "Dasar pria bodoh." ucapnya dengan tawa kecil.

"Apa boleh?" Pandangan mata Devian lalu terarah pada bibir Yana dan seakan mengerti Yana mengangguk.

Devian langsung melumat bibir Yana secara kasar sementara Yana membiarkan hal itu terjadi bahkan memberikan akses untuk masuk dan membalas ciuman panas dari Devian.

Dia juga merindukan ciuman dari kekasihnya karena harus tidak bertemu selama beberapa minggu. Yana melepaskan ciuman.

"Jangan terlalu menuntut nanti saat kita resmi menjadi suami istri." Cemberut Devian menjadi senyuman lebar. Dia kembali mencium Yana namun kali ini singkat.

"Aku harus pergi, nanti kita kepergok lagi sama keluargamu." Yana mengiyakan lalu Devian melepaskan rangkulan, meninggalkan Yana yang kembali memperbaiki make up-nya.

"Sayang apa kau sudah siap?" Yana melihat pantulan bayangan Ibunya kemudian mengangguk. Dia keluar bersama Zeline di mana ada Lucas.

"Ayo semuanya sudah siap, hanya kau yang ditunggu."

"Ayo." Ketiganya berjalan menuju pintu ruangan tempat di mana acara akan dimulai. Zeline masuk terlebih dahulu untuk membuka pintu sedang Yana merangkul lengan Ayahnya yang akan berjalan mendampinginya.

Lucas termenung melihat Yana yang tampil cantik dengan gaun putih pernikahan. Baru kali ini dia sadar jika putrinya itu telah dewasa dan sebentar lagi akan menjadi seorang istri. Waktu ternyata berjalan sangat cepat.

"Ayah," Lucas tersadar memandang pada Yana yang menatapnya dengan raut wajah heran.

"Kenapa Ayah diam? Apa Ayah sakit?" Lucas menggeleng.

"Ayah baru sadar jika kau sudah dewasa sekarang padahal baru kemarin kau itu masih Ayah gendong." Perasaan sedih muncul dalam diri Yana mendengar penuturan sang Ayah.

"Ayah apa yang Ayah katakan, Ayah tetap Ayahku dan aku akan tetap menjadi putri kecil Ayah." Lucas terdiam sesaat sebelum akhirnya tersenyum dan memeluk Yana sebentar.

Mereka berdua lalu berjalan masuk. Pandangan mata semua tamu undangan melihat mereka hingga mereka tiba di dekat Devian yang meminta Yana. Lucas lalu memberikan tangan Yana pada Devian yang berjalan beriringan dengan Yana menuju dekat altar.

Keduanya tak berhenti mengumbar senyum kala mereka mengucap janji setia lalu menukar cincin. Sesuai dengan tradisi Devian lalu mencium singkat Yana di depan umum.

"Sekarang kau resmi menjadi Nyonya Alexandra, aku senang kita bisa bertemu dan aku bisa mencintai seseorang lagi." ucap Devian dengan tulus.

"Aku juga senang bisa menikah denganmu, Devian. Aku mencintaimu,"

"Aku juga mencintaimu, Yana." Devian lalu mengecup pipi Yana lalu pada bibir.

💕💕💕💕

Satu episode lagi maka cerita ini akan selesai 😊

See you in the next part!! Bye!!

Kekasih Bayaran (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang