5. Sebuah Perjanjian

3.7K 217 4
                                    

Kediaman Alexandra

"Pagi, semuanya." sapa Devian berjalan menghampiri semua anggota keluarga. Seperti biasa dan sesuai aturan, semua anggota keluarga harus berkumpul di satu meja makan agar saparan bersama guna suasana di keluarga mereka seperti hangat.

Syukurlah, acara sarapan ini tak ada salahnya karena kehadiran seorang anak kecil dalam keluarga. Kakek Devian yang terkenal sangat tegas dan sikapnya layaknya tentara berubah menjadi lembut saat anak kecil yang adalah sepupu Devian sering berbicara.

"Devian, sehabis sarapan kakek ingin kita bicarakan sesuatu." Devian mengangguk. Selepas sarapan, kedua pria itu lantas memasuki ruang kerja Kakek Devian untuk berbicara empat mata.

"Devian, kau sudah dewasa dan memiliki segala apa yang dibutuhkan. Kakek hanya ingin kau menikah dan punya anak.." Kakek Devian membuang napas kasar.

"Bukan tanpa sebab Kakek menginginkanmu untuk menikah, Kakek tahu sifat burukmu yang suka bermain dengan wanita. Jadi sebelum  publik mengetahuinya kau harus mempunyai seorang gadis yang paling tidak bisa kau katakan bahwa dia calon istrimu, bagaimana apa kau menyanggupi permintaan kakek?"

Devian tersenyum, dia tak menyimak baik perkataan Kakeknya namun pikirannya langsung terarah pada Yana, gadis muda yang memintanya menjadi kekasih. "Baik Kakek, akan kuperkenalkan seorang gadis pada kakek siang hari ini juga."

"Benarkah?"

"Ya, kakek. Aku yakin wanita itu akan datang ke perusahaan." Kakek Devian mengangguk perlahan. Pembicaraan itu ditutup ketika keduanya menuju perusahaan.

Di sinilah mereka berada di ruang kerja Kakek Devian yang menjabat sebagai Presiden di perusahaan Alexandra Property. Tatapan teduh sang Kakek berubah menjadi tatapan tajam yang dilayangkan untuk sang cucu.

"Bisakah kau tak keras kepala Devian? Aku hanya ingin kau menikah dengan wanita yang baik. Wanita mana pun kakek akan suka tapi jangan dia!" kata Kakek Devian sambil menunjuk Yana.

"Keputusanku sudah bulat, aku hanya akan menikah dengan wanita ini, titik!" balas Devian sengit.

"Kau!? Kau sama seperti Ayahmu! Keras kepala!" Devian tersenyum sinis.

"Terserah apa yang Kakek katakan, aku hanya akan menikah jika Yana orangnya. Suka, tidak suka, mau, tidak mau, Kakek harus menerima Yana. Sekarang aku permisi dulu." Devian lantas berjalan dengan Yana keluar sekali lagi Yana diseret oleh Devian.

"Apa yang kalian bicarakan, pernikahan. Kau ingin menikah denganku?" Langkah Devian berhenti dan karena tak bisa mengerem Yana otomatis menabrak punggung Devian.

Yana kesal sejadi-jadinya dan langsung menyerang punggung Devian kepalan tangan. "Jangan mengerem mendadak dong, aku jadi korbannya tahu!?" protes Yana marah.

Devian memutar tubuh dengan sorot mata tajam. Namun tak sampai melepas genggaman tangannya dari tangan Yana. "Kalau ya memangnya kenapa? Toh kau juga kekasihku bukan?" kata Devian sambil menyentuh dagu si gadis. Bibirnya mengangkat senyuman sinis membuat Yana jengkel setengah mati.

"Jauhkan tanganmu dariku.." kata Yana sambil menepis kasar tangan Devian.

"Penipu sepertimu tak akan pernah bisa membuat aku menikah denganmu, Tuan Devian Alexandra ."

"Apa perlu aku katakan lagi siapa yang berkuasa di sini, kau telah menggangguku jadi Nona Yana Nerissa jadi terimalah akibatnya.." Jantung Yana berdetak dengan kencang saat Devian menariknya lebih dekat. Terlebih saat pria itu merunduk dan menepatkan wajahnya secenti lagi dengan wajah Yana.

Pria itu tak berniat mencium malah seperti mengendus aroma vanili dari tubuh Yana yang tengah menegang dikarenakan sensasi gelitik dari setiap embusan napas Devian. "Kenapa diam? Bukankah dari tadi kau bisa meninggikan suaramu?"

Wajah Yana merona hebat dan karena tak tahan Yana lantas mendorong Devian menjauh. "Bisakah kau berhenti melakukan hal itu?! Aku risi tahu!"

"Lalu camkan ini baik-baik, sampai kapan pun aku tak akan pernah mau menjadi istrimu atau membutuhkan bantuanmu lagi?! Jadi jangan menggangguku!" Setelah berkata demikian, Yana pergi dari tempat itu meninggalkan Devian yang masih tersenyum sinis.

"Aku bertaruh, tak akan lama lagi kau akan datang kembali padaku dan memohon pertolonganku." gumam Devian menyeringai.

Tak lama, smartphone Yana bergetar tanda ada panggilan masuk. Tertera di sana nama Ayah yang menghasilkan perasaan tak enak. "Halo, Ayah." sapa Yana berhati-hati.

"Halo, bagaimana dengan kekasihmu? Apa dia setuju bertemu dengan Ayah?" Yana menelan ludahnya susah payah. Tak tahu harus mengatakan apa.

"Mm itu ... kami telah putus." kata Yana takut-takut.

"Putus? Bagaimana bisa kalian putus?! Ayah tak mau tahu pria itu harus datang dan mengobrol dengan Ayah. Ayah tak peduli kalau kalian sudah putus yang Ayah inginkan Ayah mau bicara empat mata dengannya!" Yana memejakan mata serta membuang napas berat.

"Ayah kau keterlakuan sekali, kalau aku bilang aku telah putus ya aku sudah.."

"Ayah tak mau tahu! Kalau kau mau tak Ayah kirim di asrama kau harus mendatangkan pria itu! Suka atau tidak suka!" balas Lucas dari balik telepon dengan lengkingan.

Yana mengembuskan napas kasar. "Ayah, kalau aku menuruti perintah Ayah maka akan ada masalah baru. Hari ini aku sudah mendapat banyak masalah, jangan buat aku masuk lagi."

"Memangnya masalah apa hah? Sekali Ayah tegaskan jika kau tak bisa membuat pria itu datang menemui Ayah, kau akan kena hukuman." Telepon dimatikan oleh sang Ayah.

Gadis berusia 21 tahun itu menggerutu kesal. Sekarang dia harus kembali pada Devian dan memintanya atau memaksanya untuk menemui Lucas, Ayahnya.

💕💕💕💕

See you in the next part!! Bye!!

Kekasih Bayaran (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang