12. Harus!

2.5K 152 1
                                        

Kedua mata Yana membelalak. Kenapa Devian mengatakan hal itu? Padahal yang sebenarnya terjadi kedua perusahaan sedang bersiteru akan Devian yang telah berani menyentuhnya dan sekarang Devian mengatakan bahwa mereka akan bekerja sama. Hebat sekali, Devian telah mengumumkan bahwa perang dunia ketiga akan dimulai!

Ditariknya Devian agar mencodongkan tubuhnya ke arah Yana. "Apa kau gila?! Kenapa kau mengatakan hal itu?! Apa kau sadar akibat apa yang akan terjadi?!" Namun Devian menjawabnya dengan simpel ditambah senyuman tipis yang makin menciptakan rasa jengkel dalam Yana membuncah.

"Ya, aku tahu." Devian menegakkan tubuhnya kembali lalu memperhatikan wartawan yang terus mengambil foto.

"Jadi aku mohon pada kalian yang berada di sini, tolong doakan semoga hubungan kami resmi sampai di jenjang pernikahan. Hanya itu yang ingin saya sampaikan pada kalian, terima kasih."

Di lain tempat Kakek Devian mendengus sebal, tv yang menyala di ruang kerja memperlihatkan Devian mengatakan hal yang bodoh. Tentu saja dia dengan geram dengan pemberitaan Devian; bukan hanya mengumumkan pertunangan dia malah menambahkan sesuatu yang sangat buruk. Mereka bekerja sama dengan rival mereka sendiri! Yang benar saja?!

"Jadi ini kejutannya! Awas saja kau Devian!"

Tak ubahnya dengan Kakek Devian, Ayah Yana tampak terkejut kemudian marah besar. "Aku sudah tak bisa menolerir hal ini lagi! Dia sudah memperalat putriku dan sekarang berbohong dengan mengatakan bahwa perusahaanku ingin bekerja sama dengannya, cih! Mimpi saja!"

Dia pun bingkas berdiri dan mengambil jas yang tergeletak di kursi. Sekretarisnya agak terkejut kala melihat sang bos memasang wajah marah. "Ayo kita pergi, aku akan menjemput putriku." perintahnya dingin.

"Mm, ke mana Tuan?"

"Perusahaan Alexandra."

💕💕💕💕

Devian terus menggandeng tangan Yana seraya memasuki bangunan megah perusahaan milik sang Kakek. Pikirannya terpusat untuk meminta izin sang Kakek untuk menikahi Yana lalu pada Lucas.

Kali ini Devian tidak akan menerima penolakan dari keduanya. Sementara itu Yana hanya menurut saja kala dirinya diseret. Telepon berdering di dalam tas milik Yana namun apalah daya gadis itu karena salah satu tangannya sedang dikekang oleh Devian.

Mendadak Devian berhenti dan memutar tubuh agar memandang Yana. "Kenapa kau tak mengangkat teleponnya?"

"Bagaimana bisa kau saja menahan lenganku," tangan Yana yang digandeng oleh Devian dilepaskan.

"Ayo angkat teleponnya lalu kita bisa ke sana lagi." Yana segera mengambil telepon dan mengangkat panggilan yang ternyata dari sahabatnya, Nia.

"Halo," sapaan Yana langsung dibalas dengan pekikan yang sangat keras sampai-sampai dia harus menjauhkan telinganya dari ponsel.

Devian pun yang tak sabaran, menggandeng kembali tangan Yana untuk melangkah masuk ke dalam lift. "Nia, jangan teriak! Kau mau aku tuli apa?!"

"Apa ini serius?" Alis Yana mengerut.

"Maksudmu apa?"

"Tentang pernikahanmu dengan Devian, CEO tampan itu!" Meski tak dibesarkan suara dari ponsel, anehnya pria itu masih mendengar dan menyunggingkan senyuman lebar pada Yana.

Yana melototi Devian sebagai balasan. "Kenapa kau senyum seperti itu?"

"Karena temanmu memujiku, sudah ayo mengaku saja aku tampan bukan?" Gadis itu malah menunjukkan tampang jijik sambil mendesis mengejek sang tunangan. "Dasar narsis,"

"Yana, kau belum menjawab pertanyaanku?" desak Nia dari balik telepon.

"Memangnya kenapa?"

"Aku merasa senang Yana, kau akhirnya mau menikah juga aku kira kau akan jadi perawan tua ... aku terharu sekali dan selamat ya, oh iya semua karyawan juga mengucapkan selamat padamu."

"Ya, terima kasih." balas Yana malas.

"Aku tutup dulu teleponnya, nanti kita bicara lagi." Saat itu juga pintu lift terbuka. Masih dengan menggandeng tangan Yana, Devian berjalan masuk ke dalam ruangan kerja sang kakek.

"Untuk apa kau ke sini? Tidakkah kau tak cukup membuat perusahaan ini malu?!" Mata Devian terlihat tenang meski tak bisa ditepis auranya serius.

"Aku tidak membuat perusahaan ini malu dan aku rasa Kakek harusnya berterima kasih padaku." balas Devian.

"Untuk apa aku berterima kasih pada pria yang telah membuat berita bohong dan menyatakan pernikahan dengan seorang putri lawan kita?!" Lagi-lagi bentakan Kakek Devian sangat keras dan tegas sehingga Yana pun merasa takut lalu berlindung pada punggung tunangannya itu.

"Ya aku mengatakan berita bohong yang dianggap oleh publik adalah sebuah kebenaran. Kau tak akan bisa menepis berita itu dari netizen dan karena hal itu aku ingin kau merestuiku menikahi Yana."

"Lalu bagaimana jika aku menolak?" Suara tegas itu sontak menarik perhatian orang-orang di dalam ruangan termasuk Yana dan begitu dia bertatap muka dengan orang baru masuk ke dalam ruangan, Yana membulatkan matanya karena sang Ayah dan sekretarisnya masuk.

"Kenapa kau ada di sini? Kau juga menginjakkan kaki di ruangan kerjaku!"

"Hei, kalau bukan cucumu yang bodoh membawa putriku ke sini, aku pun tak sudi untuk datang ke tempatmu. Apa kau mengerti?!" Lucas tak peduli dengan geraman yang diberikan oleh Kakek Devian. Matanya lebih terpusat pada sang putri.

"Ayo kita pulang, kau tak usah pedulikan mereka termasuk pria pemaksa ini. Anggap saja pertunanganmu tak ada." Belum sempat menyentuh Yana, Devian merangkul putri semata wayang Lucas secara posesif dan memberikan jarak di antara Ayah dan anak tersebut.

"Kau?!"

"Bagaimana pun juga Yana adalah tunanganku dan kami akan menikah, itu artinya aku sudah berhak atas putrimu meski belum sepenuhnya. Baguslah kalau kau ada di sini Paman, biarkan aku menjelaskan kenapa aku mengucapkan berita yang menurut kalian sangatlah tak mungkin." Baik Ayah Yana dan Kakek Devian sama-sama diam. Menunggu penjelasan dari pria itu.

"Tanpa sepengetahuan kalian, aku sudah memanggil bankir dari perusahaanku dan juga perusahaan Paman. Kami bertiga membuat sebuah pertemuan untuk melihat data masing-masing dan menemukan perusahaan kita sama kuatnya jadi dari pada kita bermusuhan akan lebih baik kita bergabung agar menjadi lebih kuat."

"Heh, kau pikir aku percaya padamu! Kau pasti sengaja mengatakan hal itu agar aku mau merestui hubunganmu dengan putriku bukan, tidak akan bisa!" Bukannya ketakutan, Devian tertawa sinis.

"Oh ya?" Tiba-tiba sekretaris Devian datang dengan napas tersengal-sengal seakan dikejar oleh seseorang.

"Tuan, apa yang Tuan prediksi itu benar. Saham kita naik!" Tak lama ponsel sekretaris Lucas juga berbunyi dan menampakkan wajah terkejut.

"Tuan, saham kita naik Tuan. Saya rasa apa yang dikatakan oleh Tuan Devian itu benar." Lucas langsung melirik tak suka pada Devian yang sekarang tersenyum puas.

"Jadi kalian harus merestui hubunganku dengan Yana."

💕💕💕💕

See you in the next part!! Bye!!

Kekasih Bayaran (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang