8. Bertanggung Jawab

3.4K 164 1
                                    

"Iya Ayah, aku akan ke sana." Telepon di tutup dan Yana kembali mengalihkan perhatian pada Nia kembali.

"Aku akan pulang sore, jadi aku harap kau handle semua pekerjaan di sini jam delapan pulangkan saja mereka, ok?"

"Sipp temanku. Semoga berhasil dengan rencanamu." balas Nia tak keberatan.

💕💕💕💕

"Bagaimana Tuan, apa kau suka dengan jas yang kami pilihkan?" tanya seorang pria pada Devian yang kini sedang bercemin melihat penampilan.

"Tidak, ini tak cocok untukku. Cari yang lain, aku harus kelihatan tampan di depan seluruh keluarga dan keluarga mertuaku." sahut Devian sembari memberikan jas pada pria tersebut.

Suara dering telepon menginterupsi pendengaran. Buru-buru Devian mengangkat telepon. "Halo Kakek."

"Kau ada di mana sekarang? Bukankah kau yang mengatakan kalau ingin bertemu dengan keluarga Yana?! Jadi datanglah tepat waktu!" Telepon ditutup membuat Devian mendengus.

"Dasar pria tua cerewet." desisnya jengkel. Tentu saja Devian sangat ingin bertemu dengan keluarga Yana dan dia pastikan akan selalu tepat waktu jika menyangkut keinginannya karena apa pun yang diinginkan oleh Devian akan selalu terwujud.

Harus!

Waktu terus berputar dan jam lima malam tepat saat Yana selesai berdandan. "Yana, apa kau sudah siap? Ayo cepat kita selesaikan masalah ini!" teriak Lucas dari lantai bawah.

"Iya Ayah sebentar!" Buru-buru dia memakai kardigan dan berjalan menghampiri sang Ayah.

"Sampai di sana kita langsung ke pokok pembicaraan bahwa kita tak setuju antara hubunganmu dan Devian. Aku berharap bahwa kau putus dengannya mengerti?!" Yana membuang napas kasar.

"Mengerti Ayah." balasnya singkat kemudian diam selama perjalanan. Yana memperhatikan Lucas yang terlihat gusar. Apa mungkin karena mereka akan bertemu dengan rivalnya dalam bisnis?

Jika dipikirkan dalam bisnis properti baik Devian mau pun Ayahnya mereka sama-sama kuat. Lalu apa yang membuat Ayahnya sangat gusar?

Apa dia harus bertemu dengan Kakek Devian yang ... brrr, entah kenapa Yana tiba-tiba jadi merinding mengingat kakek Devian. Pandangan mata yang tajam, suaranya yang membentak kasar pada Devian kala itu terekam baik dalam memori Yana.

Semoga saja tak terjadi sesuatu yang buruk!

Mobil berhenti menandakan mereka telah sampai dan tak main-main, ternyata alamat yang diberikan oleh Devian adalah restoran kelas atas. Beserta Lucas-sang Ayah, Yana berjalan masuk. Indera pendengarannya mendengar derapan langkah kaki mereka yang menggema di setiap pijakan saking sepinya.

Mereka akhirnya sampai di sebuah ruangan. Terdapat meja bundar besar dan keluarga Devian termasuk sang kakek Devian, menyapa mereka dengan pandangan menusuk.

Yana melirik Lucas dan melihat kegelisahan yang berada di mata Lucas namun tertutup secara sempurna dalam pembawaan Lucas yang begitu tenang. "Maaf, apa kami terlambat?" Gadis itu makin kagum saja pada sang Ayah, dia sama sekali tak terdengar gugup.

"Tidak sama sekali. Duduk." Suara bariton pria senja mengejutkan sekaligus menyadarkan Yana atas situasi canggung dalam tempat tersebut. Tahu-tahu, dia telah duduk di kursi yang disediakan.

"Devian sedikit terlambat malam ini jadi kita mulai saja pembicaraan tentang hubungan putrimu dan cucuku." lanjut kakek Devian.

"Baiklah, saya ingin Tuan menyuruh cucu anda agar jangan mendekati putri saya lagi karena sungguh saya tak suka padanya. Saya mendengar banyak berita tentang dirinya yang suka main perempuan dan sebagai Ayah yang baik, saya tak mau anak saya ini hidup bersama cucu anda yang tabiatnya buruk." tutur Lucas.

Segaris seringai muncul di wajah tua kakek Devian. "Apa kau pikir kami juga menyetujui hubungan ini? Aku pun tak sudi berbesan denganmu."

"Kau?!" Lucas mengepalkan erat tangannya menahan geram sedang Yana waswas jika Ayahnya akan ribut.

"Yana apa boleh kau keluar? Kami ingin berbicara." Sontak Yana memegang tangan sang Ayah. Tampak kecemasan dalam mata gadis berusia 21 tahun ketika Lucas memandangnya.

"Percayalah, Ayah tak akan apa-apa pergilah." Yana pun tak bisa berbuat apa-apa selain menuruti perintah sang Ayah.

Di luar Yana memilih untuk memainkan smartphone-nya seraya melihat pada pintu ruangan yang tertutup rapat. Berharap bahwa sang Ayah bisa mengatur emosinya, memikirkan Lucas Yana merasakan kegelishan mendadak.

"Hai kekasihku. Kenapa kau ada di sini?" Suara itu disertai dengan sentuhan elusan di pipi mengejutkan Yana.

Yana melihat sosok yang paling dia benci itu, siapa lagi kalau bukan Devian. Di tepisnya sentuhan itu lalu memandang benci. "Ini semua karenamu. Karena kau Ayahku diintimidasi oleh Kakekmu dan sekarang mereka berbicara antara keluarga tapi aku senang sekali karena sebentar lagi mereka akan memutuskan.."

Mendadak, Devian mendorong tubuh Yana ke dinding dan mengurungnya dengan kedua lengannya yang panjang. "Ap-apa yang kau lakukan?" tanya Yana gugup karena Devian mendekatinya hingga wajahnya yang tampan menghalangi pandangan.

"Apa pun yang diinginkan oleh Devian haruslah terwujud, meski itu berarti aku akan melakukan tindakan kotor." Bulu kuduk Yana merinding melihat seringai Devian. Jarak yang menipis menjadikan seringai itu menakutkan.

"Aku berjanji akan bertanggung jawab." Hendak membuka suara namun Devian lebih cepat menyambar bibir kecil Yana yang manis. Kendati kaget dan membiarkan pria itu mengulum tapi kemudian Yana tersadar lalu berusaha mendorong tubuh Devian.

Sebelum itu terjadi, kedua tangan Yana diangkat ke atas dan dicengkram oleh salah satu tangan Devian.

Yana terpojok sekarang!

💕💕💕💕

See you in the next part!! Bye!!

Ingat ya author lagi pre order Pernikahan Kontrak

Harga : 75k

Bagi yang minat hubungi : 082190611838

Bagi yang minat hubungi : 082190611838

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kekasih Bayaran (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang