15. Masa Lalu Devian

2.5K 145 2
                                    

Yana memundurkan wajahnya dengan rona merah yang tampak. Disembunyikan wajahnya itu ke dada bidang Devian yang kini tersenyum lebar. "Nah gitu dong. Aku, kan tambah sayang sama kamu."

"Ish, apaan sih?" Gadis itu hendak berjalan menjauh tapi dia kalah cepat dengan Devian yang sudah merangkul pinggangnya.

"Jangan pergi dulu. Temani aku di sini melihat kembang api." Karena tubuh keduanya tak mempunyai jarak lagi alhasil Yana harus menahan tubuh Devian yang mencodong ke arahnya hendak mencium bibir gadis itu sekali lagi.

Dia pun memalingkan wajahnya menatap indahnya kembang api agar bibir Devian tak mendapat apa yang dia inginkan. Pada akhirnya, Devian hanya bisa mengecup pipi kemudian dagu lalu merambat ke jenjang leher.

Napas Yana menjadi berat saat Devian memberikan kiss mark begitu juga cengkeraman yang erat. "Devian ... jangan ...." Tanpa sadar Yana melenguh pelan merasakan lidah Devian menjilat dengan pelan jenjang lehernya sekaligus napas hangat dari tunangannya sendiri.

Ada sensasi gelitik yang menyenangkan namun Yana berusaha agar kesadarannya tak buyar. Tangan Devian lalu bergerak memalingkan wajah Yana dan dalam sekejap bibir Devian mencium dalam bibir Yana.

Cukup lama keduanya mempertahankan posisi sampai Yana mendorong kuat. Wajah Yana memerah tampak mengatur napasnya. Kali ini dia berhasil memisahkan diri dari Devian.

"Kau sudah mendapat bayaranmu. Sekarang ayo kita membaur." Devian tersenyum nakal.

"As you wish, my lady." Devian lantas menggenggam tangan Yana kemudian bergerak masuk ke dalam menemui beberapa tamu. Yana diperkenalkan oleh Devian sendiri sebagai tunangannya pada beberapa kolega kerja yang juga datang.

Yana kelelahan dan melepaskan diri dari rangkulan Devian. Namun pria itu tetap tak mau melepas rangkulannya di pinggang. "Kau mau ke mana?"

"Aku tak akan ke mana-mana. Aku hanya bosan jika di sini terus." Bisa terdengar suara helaan berat dari Devian yang mulai melepas tubuh Yana dan bisa dilihat dia tak suka dengan tindakannya yang sekarang.

Akhirnya Yana berhasil menjauh dan duduk di sebuah sofa. Kadang-kadang dia memijit pelan kedua kakinya yang memang agak pegal karena harus berdiri terus. "Hai," Yana mendongak menemukan sosok wanita asing.

"Bisakah aku duduk di sini?" Yana langsung mengangguk dan si wanita tanpa enggan duduk di sampingnya.

"Kau dari perusahaan mana?" Awalnya Yana agak terperanjat tapi kemudian dia menjawab tenang.

"Tidak, aku datang karena ini pesta dari temanku."

"Sendiri?"

"Awalnya ya tapi sekarang aku ... " Kedua mata Yana lantas menoleh ke arah Devian yang mengobrol bersama beberapa pria.

"Bersama tunanganku." Sepasang mata milik si wanita ikut juga menoleh pada Devian. Dia lalu mengumbar senyuman.

"Oh jadi itu tunanganmu. Devian Alexander."

"Kau mengetahui dia?"

"Tentu saja. Pria playboy itu sangat terkenal apalagi di kalangan sosialita." jawab si wanita asing dan diberi respons anggukan oleh Yana.

"Aku melihat kalian dari tadi dan terlihat sangat mesra. Aku rasa hubungan kalian akan langgeng." Meski Yana menorehkan senyuman namun dalam hati dia merutuk kesal.

Kesal karena ada orang yang mendoakan agar mereka untuk bersama-sama. "Kau tahu Yana, kau adalah wanita kedua yang diperlakukan lembut oleh Devian." Yana mengerjapkan matanya mencerna perkataan si wanita asing.

"Wanita kedua? Memangnya apa dia pernah serius dengan seorang gadis?" Si wanita asing tersenyum kemudian mengangguk.

"Tapi kali ini dia menggunakan cara pendekatan yang benar." Tanpa sengaja Yana langsung membalasnya dengan mendesis.

"Pendekatan yang benar katamu? Pada awalnya aku tak tahu siapa dia dan aku pikir dia akan menolongku dengan menjadi kekasih pura-puraku tapi sayangnya dia menginginkan hal yang lain yaitu agar menikah denganku. Karena hal itu dia melakukan segala cara dan akhirnya dia berhasil melakukannya, kini aku bertunangan dengannya."

"Lalu yang kedua dengan membuat berita palsu dia telah membuat perusahaan yang awalnya rival berat menjadi kolega kerja demi pertunangan kami. Sekarang katakan padaku, mana yang menurutmu itu benar? Dia itu seorang pemaksa yang tak paham akan perasaan orang lain. Egois!" Si wanita asing tertawa.

"Tapi setidaknya dia tak menculikmu atau melakukan sesuatu yang membuat kau terlihat kejam di antara orang-orang yang kau kenal." Alis Yana mengerut.

"Apa maksudmu?"

"Gadis yang ditaksir oleh Devian merasakan hal itu dan tahu apa yang terjadi selanjutnya? Devian sendiri dihajar habis-habisan oleh keluarga gadis itu. Kini, yang aku dengar si gadis telah menikah dengan seorang pria." Yana menganggukan kepala.

"Oh begitu ... aku rasa dia pantas mendapatkannya." Wanita asing itu kembali tertawa.

"Sekarang aku makin yakin saja kenapa kau yang dipilihnya menjadi pendamping. Kau memang tipenya sama seperti gadis itu." Tak berapa lama Devian datang menghampiri keduanya.

Dia amat terkejut melihat Yana berbicara dengan wanita yang dia kenal. "Stella, kau ada di sini?" Si wanita asing yang dipanggil oleh Devian dengan nama Stella itu tersenyum.

"Kau pikir apa? Aku juga seorang bos besar di perusahaanku sendiri. Bagaimana kabarmu? Sudah lama tak berjumpa."

"Baik. Kalau kau?"

"Baik juga. Aku lihat kau sudah punya tunangan selamat ya."

"Yah, apa kalian sudah berkenalan?" Yana menggeleng begitu juga dengan Stella yang menampilkan senyuman tipis.

"Yana perkenalkan dia kolega sekaligus temanku, Stella dan Stella, ini tunanganku namanya Yana." Keduanya saling melemparkan senyuman kendati sudah mengobrol agak lama.

💕💕💕💕

See you in the next part!! Bye!!

Kekasih Bayaran (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang