Sehun jongkok sambil nyembunyiin wajahnya dilipatan tangan. Kebiasaan dia kalau lagi nangis. Dia sendirian sekarang, tempatnya di belakang tangga dekat laboratorium.
Jarang banget orang tau tempat ini, soalnya laboratoriumnya lumayan angker kata anak sini. Mereka takut digangguin penunggunya. Dan ini menjadi tempat persembunyiani Sehun kalau dia lagi down banget kek sekarang.
Walopun nangis, bibir mungilnya masih sempat ngedumel tentang perlakuan Loey ke dia. Iya, mereka kek anak kecil yang marahan tapi ini bukan salah Sehun kan? Sehun korban aja kan?
"Bi-bintang te-tega.. huhu" dia udah cecegukkan tapi masih aja nangis. Sampai ga sadar dia diperhatiin.
Loey tau Sehun bakal lari ke tempat itu, dan benar tebakannya. Sekarang cowo manis itu keknya masih nangis dan itu ngebuat perasaan Loey ngerasa bersalah banget. Dia ngerasa jadi sahabat yang gagal, dia emang kesal tapi kan harusnya dia ga gini. Sehun itu korban, dia ga tau apa-apa.
Dia ngedekat, terus ikut jongkok di depan Sehun. "Langit..."
Bahu Sehun berhenti getar terus dia ngangkat kepalanya buat liat orang yang manggil dia. Itu sahabatnya, dan ga tau kenapa senyuman Loey malah bikin air matanya makin deres keluar.
Loey kaget banget, penampakan wajah Sehun bener-bener kacau. Dan itu mendorong dirinya buat segera meluk Sehun. Sehun kaget tentu aja, tapi pelukan Loey itu selalu bisa nenangin dia. Air matanya masih ngalir, tapi dipelukan Loey Sehuh ngerasa sebagian kecewanya mulai tenggelam dalam kenyamanan. Matanya terpejam.
"Maafin Bintang..."
Suaranya mampu membuka mata Sehun lagi, bagaimanapun mereka bersahabat. Pertengkaran adalah bumbu, tapi bukan berarti mereka harus berakhir musuh.
Cukup lama, hingga dirasanya Sehun udah tenang baru deh dia ngelepas pelukan. Dia ngebingkai wajah Sehun, abis itu diusapnya bekas air matanya.
"Aku udah gagal jadi sahabat kamu," lirihnya.
Sehun megang tangan Loey dipipi kirinya. "Kamu udah ga marah?"
"Aku masih marah, tapi aku ga sanggup liat kamu gini."
Sehun cemberut. "Aku kira kamu udah ga marah..."
"Aku marah karena aku udah buat kamu gini. Aku jadi orang bodoh yang nyakitin perasaan sahabat aku sendiri."
Sehun senyum, dia tau Loey tu kelewat sayang dan perhatian sama dia walau cara nunjukinnya beda. Dia menggenggam tangan Loey. "Makanya punya emosi tu dijaga, asal marah-marah aja. Pake lo-gue lagi, padahal dari smp udah janji kalo sama aku harus aku-kamu."
Loey senyum malu. "Ya-ya namanya juga lagi emosi."
Sehun melepaskan genggamannya. "Ga logis deh, masa cuma karena aku jadian sama sodara kamu, kamu jadi gini. Harusnya dukung dong."
"Aku cuma ga mau kamu sakit hati..."
"Dari awal emang kamu udah ngingatin, sampai saat ini belum ada tuh yang bikin sakit kek kata kamu. Bin ayolah... mungkin Chanyeol beneran mau berubah."
Loey ingin membantah, tapi akan percuma bicara dengan orang yang lagi kasmaraan. Jadi dia hanya dian sekarang.
"Mau dimaafin nggak?"
"Ya-ya mau Lang."
"Traktir satu bulan plus ngajak jalan dibayarin."
Loey ingin protes mendengar kata-kata Sehun, tapi telunjuk lentik pemuda itu udah nempel sembarangan di bibir Loey. "Ga ada protes, atau mau aku musuhin kamu selamanya?"
Loey ngegeleng.
"Bagus!" Sehun senyum.
Loey ikut senyum juga, hatinya menghangat bisa liat Sehun senyum lagi kek gitu. Walau mukanya masih kumal bekas air mata, tapi dia nampak lebih menggemaskan dengan pipi merah tembam, mata sipitnya yang tenggelam akibat terlalu banyak menangis. Hidung dan bibirnya yang berwarna manis menggoda.
"Bintang ga punya tempat istirahat kalau Langit ga ada."
"Langit bakal kesepian kalau Bintang ga ada."
Loey natap Sehun dalam. "Siang akan indah dengan langit yang cerah."
Sehun senyum. "Dan malam akan sempurna dengan bintang yang gemerlapan."
Lalu mereka melakukan tos ala mereka dan kemudian tertawa. Seakan tak terjadi apa-apa sebelumnya.
Dari kaca mata siapapun kelakuan mereka tu terlalu manis buat pasangan sahabat. Dan itu juga berlaku buat cowok yang dari tadi liatin mereka dari lantai tiga. Akibat jarak yang cukup jauh, dia ga bisa dengar percakapan mereka. Namun, dari mukanya udah pasti dia marah liat momen pasangan sahabat itu.
Dia mukul besi pembatas, kelewat kesal keknya, tapi haruskah dia sekesal ini?
"Chanyeol bodoh! Ngapain ngintipin orang gay."
Dia berlalu setelah untuk kedua kalinya memukul pembatas.
Ini yang paling Diyo senengin. Ngeliat duo bangsaD dengan awan hitam, satunya bahkan lengkap dengan bekas bogeman.
"Kenapa kalian?" Basa-basi doang, dalam ati mah ketawa seneng.
"Si Jenny punya pacar. Pacarnya Hanbin kelas tiga, galak banget, anak karate, gue dijadiin samsak." Curhatnya sambil negangin pipi.
"BWAHAHAHA! SERIUS? Anjenk kok ngakak."
Mereka muka datar ngeliatin Diyo, ga cuma Kai sama Chanyeol tapi seisi kantin. Dio memperbaiki imagenya yang kalem.
"Karmanya instan dan cepat paket komplit lagi."
"Bukan karma, lagi sial aja." Ngeles aja kek tukang bajaj.
"Makanya ga usah sok jadi pleboi lu pada. Lu udah punya pacar dua masih ngebet si Jenny. Si Hanbin-hanbin itu tau lu pacarnya?"
"Ya kagak lah, bisa mati gue."
"WOW! JADI LU SELINGKUHAN? astaga, keren banget tu cewek bisa bikin lu sengsara."
Kai milih diem sambil nyedot es teh manisnya, mau gantian si Chanyeol dulu di bully Diyo.
"Lu Cahyo kenapa mukanya kek pakaian belom disetrika, kusut amat?"
"Ga tau."
"Panas ati juga yah? Jiah ini mah bukan karma tapi dari pura-pura jadi beneran."
"Apaan sih."
"Dih kek cewek lu, sensi amat."
"Brisik!"
"Kita boleh gabung ga?"
Tiga orang itu noleh dan liat satu anggota mereka yang datang sama pelaku yang nanya tadi. Sehun dan Loey, Sehun senyum manis tapi Loey datar aja.
Yah... Chanyeol ga sadar natap dua orang itu sengit. Untuk alasan yang sulit dia pahami, Chanyeol ga suka pas liat tangan dua orang itu gandengan.
"Yang pacar kamu aku atau dia sih, Hun?"
Nah loh?
tbc
🌟🌟🌟
Zee❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Coba Cintaku [ChanHun]✔
FanfictionOrang kembar itu beda, seidentik apapun mereka ya namanya manusia tetap aja punya beda. Sederhananya, ada yang pendiam ada yang hiperaktif. Contohnya; Chanyeol Playboy, Loey Koboi. CHANHUN TIDAK BAKU, LOKAL FANFICTION BOYSLOVE ROMANCE, COMEDY ____ 2...