BAGIAN 1: Friendshi(t)p

3.3K 160 6
                                    


Playing Now: BTS ft. Lauv - Make it Right

***

Marigold POV

"I could make it better
I could hold you tighter
Cause through the morning
Oh you're the light (Oh)
And I almost lost ya
But I can't forget ya
Cause you were the reason that I survived"

Suaraku bergema di dalam kamar ketika aku mengeringkan rambut dengan handuk. Setelah memakai jubah mandi, dengan malas aku keluar dari kamar mandi.

"You were there for me through all the times I cried
I was there for you and then I lost mymind
I know that I messed up but I promise I
Oh-oh, I can make it right"

Aku suka menyenandungkan salah satu lagu Ayah yang pernah hits pada zamannya itu, meskipun aku bisa mengatakan bahwa lagu itu masih terkenal hingga saat ini.

Sudah berapa lama sejak BTS merilisnya? Aku juga tidak tahu.

Aku segera duduk di depan lemari rias dengan cermin yang cukup besar untuk mengambil seluruh potret keluarga sialanku. Ibu yang memaksaku memiliki lemari seperti ini. Menurutnya, aku tidak akan bisa melihat penampilanku dari atas sampai bawah ketika mengenakan busana-busana fashion-ku.

Soal fashion, Ibu, bibi Jen, dan Elle-lah ahlinya. Mereka bertiga bisa menghabiskan banyak waktu hanya untuk membahas selera fashion masing-masing. Lebih kesalnya lagi ketika paman V menyuruhku untuk belajar banyak hal tentang fashion pada anaknya, Elle.

O-kay, mereka duta fashion, oke! Aku tidak mengerti apa-apa.

Pintu kamarku diketuk dua kali. Bahkan sebelum aku menjawab atau memberinya izin untuk masuk, orang yang mengetuk barusan sudah membuka sedikit pintu kamarku.

Desahan panjang keluar dari bibirku, tatapanku kemudian beralih ke pintu tempat adik laki-lakiku berdiri sambil menyeringai, setengah badannya sudah di dalam kamar.

"Apa lagi sekarang?" tanyaku malas, mempersiapkan diri untuk sesuatu yang akan membuatku kesal dalam waktu kurang dari satu menit.

Apa pun yang keluar dari mulut kotor Latch, selalu berhasil membuatku jengkel.

Jika saja Latch bukan adikku secara biologis, aku sudah membuangnya ke luar halaman rumah ketika dia berumur lima tahun yang lalu. Kekesalanku pada Latch bermula saat pertama kali dia menyelinap ke kamarku dan menghancurkan mainan kelinciku yang kecil.

"Dad tidak akan membiarkanku pergi sampai aku mendapat izinmu," katanya, masih menyeringai.

Napas panjang keluar dari bibirku.

Aku melihat sekilas jam dinding dan menyadari bahwa sudah jam delapan malam lewat.

Ayah sering menyuruh Latch meminta izinku terlebih dahulu karena Ayah tahu aku banyak tahu lingkaran "pertemanan" Latch.

"Dengan siapa kau akan pergi, dan ke mana?"

Aku meraih sisir dan mulai menyisir rambutku, mataku terfokus pada cermin, tetapi bukan pada pantulan adikku yang bodoh.

"Hanya beberapa teman sekelasku, kami akan bepergian melintasi kota."

Mataku melayang kembali ke arahnya, bibirku mengerucut. Aku tidak akan mudah percaya begitu saja dengan ucapannya.

Dan ketika aku merengut padanya, tawa lembut keluar dari bibirnya.

Jika saja Latch tidak mirip dengan Ayah, aku bersumpah sisir di tanganku ini akan melayang langsung ke wajahnya dalam kurung waktu lima detik.

MARIGOLD [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang