Playing Now: This Love - Davichi
***
Mendengarnya berbicara, aku benar-benar hilang kendali.
Kali ini, aku dalam keadaan tidak mabuk meskipun aku merasa sedikit pusing karena obat yang kuminum tadi. Namun, aku begitu yakin aku sangat bahagia ketika mendengar suaranya.
Jadi, aku hilang kendali.
Aku mulai menangis dan tidak bisa menyembunyikan perasaan sedihku darinya. Aku menutupi wajahku dan mulai menangis lagi.
Aku benar-benar mengalami gangguan.
Bayangan kehilangannya mulai memenuhi pikiranku; saat aku melihatnya bersama orang lain, hari-hari aku tidak bisa berbicara dengannya dan mendengar suaranya... tidak bisa bertemu dengannya, juga fakta bahwa dia tidak benar-benar menghubungiku saat hari-hari itu....
"What the hell."
Dalam sekejap, Z mengangkatku dari kasur dan hal berikutnya yang aku tahu, aku duduk di pangkuannya, tubuhku melilit tangannya ketika aku membenamkan wajahku di dadanya.
"Ssh, sayang, aku di sini..." bisiknya.
Aku menangis di dadanya, sampai-sampai suara tangisku menjadi sangat keras, sehingga aku tidak terkejut ketika pintu kamarku tiba-tiba terbuka.
"Apa yang terjadi?!" Ayah berseru marah ketika melihatku menangis.
"Kook, biarkan mereka bicara," kata Ibu.
Mereka bertukar cekcok, dan pada satu titik, aku mendengar Ayah mengatakan sesuatu tentang gadis kecilnya yang menangis dan aku merasa sangat sedih telah membuatnya khawatir.
Ayah bisa sangat lucu tapi aku tahu, Ayah akan gila jika ini tentang aku dan Latch.
Ibu pasti harus meyakinkan Ayah karena mereka berdua pergi setelah itu, menutup pintu sehingga aku dan Z dibiarkan berdua.
"Sayang, berhentilah menangis... Tolong ... aku tidak suka melihatmu menangis..." katanya, mengusap rambutku dengan tangannya, kemudian Z mencium keningku.
Entah bagaimana, tindakannya sedikit menenangkanku meski masih menangis.
Aku melepaskan tanganku dari wajah dan memeluk Z lebih erat, takut dia akan pergi jika aku melepaskannya.
Dan kemudian, Z melepas tangannya dari kepalaku dan mulai menyeka air mata di pipiku...
Aku cegukan, kesulitan bernapas saat berusaha menenangkan diri dari berhenti menangis.
"Gadis yang baik...." Z berbisik.
Z hanya membuatku kesal, bisa-bisanya membisikkan kata-kata manis yang mulai meluluhkan hatiku.
Bagaimana Z bisa dengan mudah menenangkanku?
Sentuhannya menenangkan sarafku, dan hanya dengan mendengar suaranya saja sudah membuatku merasa nyaman.
Aku belum pernah merasakan betapa berartinya kehadiran Z bagiku sampai saat ini.
Seolah, Z bisa begitu mudah mengendalikan emosiku. Seperti, kehilangannya seolah kehilangan sebagian diriku juga.
Ketika aku akhirnya berhenti menangis, Z dengan enteng mengangkatku dan memintaku untuk duduk dengan benar agar dia bisa melihatku dengan baik. Dan kemudian, tangannya meraih pipiku, menangkup sepenuhnya sambil mengeringkan air mata di pipiku. Aku masih setengah terisak.
"Kenapa kau menangis?" tanyanya dengan lembut.
Bibirku bergetar ketika aku mencoba menghindari tatapannya. Aku menggigit bibir bawahku dan tidak bisa merespons.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIGOLD [Slow Update]
FanfictionSecret Series 2nd #1 Jeon Mari Gold, anak pertama dari dua bersaudara. Putri dari pasangan paling kuat di Kpop... Marigold, si manis yang berapi-api... Dia menjalani kehidupan di mana orang-orang sekitarnya mencoba membanjirinya dengan berbagai perh...