Playing Now: Fall Down - Bang Yedam ft. Kim Doyoung (Treasure)
***
"Ini."
Setelah menerima apa yang dia berikan kepadaku, aku segera menenggak bir ringan yang diberikannya.
Aku mendengar suara tawanya, mungkin terhibur dengan kemampuan aktingku berpura-pura baik-baik saja sambil minum di tempat terbuka seperti ini.
"Aku akan membawamu ke bar, tetapi kita berdua tahu kita akan mati jika salah satu dari orang tua kita tahu," katanya.
Aku meletakkan kaleng di sebelah kananku, kami berdua sedang menatap langit terbuka di depan kami.
Di bawah kami, ada pemandangan indah yang dengan senang hati ingin kulihat setiap hari ketika aku bangun tidur.
Sayang sekali, Ayah dan Ibu tidak mau pindah di dekat tempat ini.
"Itu mungkin akan menyebabkan skandal untuk kita lagi, bukan? Dan kemudian mereka akan mengatakan aku seorang playgirl, yang menghabisi si dua kembar Kim," kataku, dan kudengar dia terkekeh.
"Seolah aku akan membiarkanmu merayuku. Mataku hanya tertuju pada seorang gadis."
Aku tersenyum mendengar apa yang dikatakannya.
"Apakah Atlantis mengizinkanmu memacarinya sekarang? Maksudku, sudah bertahun-tahun sejak kau pertama kali meminta izinnya."
Xander telah jatuh cinta pada Atlantis sejak--aku tidak ingat. Xander adalah laki-laki yang tak punya harapan. Dia mengintimidasi, sangat mirip Paman Yoongi tetapi dia segera goyah begitu Lantis mengatakan sepatah kata pun.
Xander seperti Ashton.
Ketika aku melihatnya memanggilku sebelumnya, aku tahu aku harus bersama seseorang yang bisa aku percayai. Dan meskipun aku yang paling dekat dengan Z, aku bisa mencurahkan semuanya pada Xander juga.
Xander akan memanggilku kapan saja jima dia pikir aku membutuhkannya. Itulah seberapa dekatnya kami.
Kami adalah teman yang saling bertemu ketika seseorang sangat membutuhkan bantuan.
"Kau tahu Z mencintaimu, kan?" Xander berbisik.
Dia meneguk birnya sementara aku mengangkat tatapanku dan mulai memerhatikan bintang-bintang di atas langit.
"Aku tahu. Bagaimana aku bisa melupakan itu ketika semua yang dia lakukan adalah memastikan aku tahu bahwa dia mencintaiku," kataku.
"Jadi, mengapa kau bersikap dingin padanya?"
Aku menggigit bibir bawahku atas pertanyaannya.
Aku pikir ini adalah alasan mengapa Xander pergi menemuiku. Dia peduli untuk kami berdua dan entah bagaimana, aku merasa sedikit buruk karena membuat teman-teman kami khawatir.
Dengan pemikiran itu, air mata mulai mengalir di pipiku. Aku tidak berbicara lagi.
Aku tahu Xander mengerti.
Aku hanya duduk di sini dan menangis.
Pada satu titik, aku merasakan Xander meletakkan jaket di bahuku karena atmosfer yang semakin dingin.
"Kau tahu, Z adalah tipe orang seperti itu, yang tidak membagikan barang-barangnya pada orang lain kecuali kepada Elle dan Y. Kau tahu, karena dia yang tertua. Jadi ketika aku melihatnya membiarkanmu meminjam hampir semua pakaiannya, aku sudah tahu entah bagaimana, tapi yang pasti dia punya perasaan untukmu. Aku tidak yakin dia sudah sadar pada saat itu, tetapi aku begitu pintar untuk tahu kalian berdua akan berakhir bersama. Aku tahu betapa Xander mencintaimu. Sial, aku bahkan tidak akan sudi mengambil dan menyelesaikan semua ujianku dalam sekali jalan hanya untuk menemuimu."
Aku menghapus air mata di pipiku ketika aku mendengarkan tuturannya.
Mendadak, aku ingat hari itu, hari ketika Z muncul di Villa tempatku berlibur dengan anak-anak yang lain. Kalau dipikir-pikir, Z benar-benar melakukan banyak hal untukku.
"Kenapa kau begitu takut?" tanyanya.
Aku menoleh padanya dan melihat matanya yang khawatir.
Aku merasakan lengannya di bahuku, dan dia menarikku lebih dekat. Aku bersandar di pundaknya dan menangis lagi.
Xander selalu menjadi teman yang manis. Tapi aku bertaruh Xander akan lari ke Lantis dalam sekejap jika Lantis memanggilnya.
"Karena aku tidak ingin Z terluka. Rasanya, seperti jika bersamaku membawa terlalu banyak masalah untuknya. Aku merasa seperti semua yang aku bawa kepadanya, untuk hidupnya, adalah masalah, semuanya... berantakan," gumamku.
Aku menangis di bahu Xander, dan dia membiarkanku. Mungkin karena Xander sedikit lebih tua dari kebanyakan dari kami sehingga kami bisa dengan mudah menceritakan keluhan pada saat-saat seperti ini. Dan Xander membiarkan kami. Dia bertindak seperti yang tertua terutama ketika Ashton tidak tersedia.
"Jadi, apa kau akan meninggalkan Z? Bisakah kau melakukan itu? Bisakah kau melepaskannya?"
Gagasan itu terlintas di pikiranku juga, tetapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa melakukan itu pada Z. Aku mencintainya.
"Mari, ingat, berada dalam suatu hubungan datang dengan tanggung jawab. Ketika kau setuju untuk bersama, berarti kau juga setuju untuk berbagi beban. Apakah kau mengerti maksudku?"
"Aku tahu! Hanya saja, aku merasa seperti lebih menyakitinya." Aku berkata.
"Jadi, jika kau meninggalkannya, kau pikir itu akan menghentikan rasa sakitnya? Jika Z memanggilmu sekarang dan memberitahumu bahwa dia akan putus denganmu sehingga tidak akan sulit lagi bagimu, apa yang akan kau rasakan?"
Kata-kata yang Xander ucapkan menghantam seperti truk sialan.
Aku tidak bisa. Aku tidak bisa membiarkan Z pergi.
"Mari, cinta datang dengan pengorbanan. Tapi berkorban tidak selalu berarti melepaskan."
(Buset, baper uy)
"Xan...." Aku menangis lebih keras lagi.
Apa yang sebenarnya Xander katakan membuatku sadar bahwa aku benar-benar tidak bisa membiarkan Z pergi. Tidak peduli seberapa menyakitkan itu, aku ngin menjadi egois.
Aku ingin bersama Z meskipun sangat sulit.
Tawa lembut keluar dari bibir Xander dan ketika aku mengangkat tatapanku untuk melihat alasannya, aku melihat matanya terfokus pada sebuah mobil yang mendekat ke arah kami.
"Menakutkan bagaimana Z bisa mengidentifikasimu. Dia benar-benar tahu di mana dia bisa menemukanmu bahkan tanpa bertanya sebelumnya," bisik Xander dan hatiku mulai berdetak cepat hanya dengan melihat mobil Z.
Hanya mengingat bagaimana aku bersikap padanya sebelumnya, membuatku merasa sangat buruk.
Z seperti seorang malaikat.
Z mencintaiku dan dia tidak pernah gagal untuk membuatku merasa betapa dia ingin bersamaku.
Namun di sinilah aku, tidak melakukan apa pun selain membuatnya merasa aku tidak percaya padanya.
Jadi, ketika Z akhirnya bisa mencapai rooftop, aku berlari ke arahnya dan memeluknya.
"Maafkan aku, sayang. Aku minta maaf, aku mencintaimu! Aku sangat mencintaimu," kataku padanya ketika aku membenamkan wajahku di lehernya.
Lengannya melingkariku dan aku tidak pernah merasa begitu aman sepanjang hidupku.
"Aku juga mencintaimu sayang, sangat mencintaimu," bisiknya, dan itu sudah lebih dari cukup.
Mulai sekarang, aku akan memastikan untuk membawa beban bersamanya. Karena memang seharusnya begitu.
Karena kami saling mencintai.
***
Yoyo, kalian salah tebak 😆 bukan Lennox but Xander, ga nyangka kan???
Btw, author lama up akhir2 ini karena kobam mah TREASURE haha, ga sabar nunggu debut mereka 😢
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIGOLD [Slow Update]
FanfictionSecret Series 2nd #1 Jeon Mari Gold, anak pertama dari dua bersaudara. Putri dari pasangan paling kuat di Kpop... Marigold, si manis yang berapi-api... Dia menjalani kehidupan di mana orang-orang sekitarnya mencoba membanjirinya dengan berbagai perh...