BAGIAN 4: Hangover

1K 91 10
                                    

Playing Now: TREASURE : BANG YE DAM - HONESTY (Pink Sweat$ Cover)

***

"Kau tidak boleh keluar, tidak pada jam seperti ini...." Aku berbalik ketika mendengar suara Ayah. Dia duduk dengan kaki terangkat ke meja, seolah dia masih berusia dua puluhan.

Ayah sedang menonton sesuatu di televisi. Kemudian aku mendengar tawa Ibu yang berjalan keluar dari dapur, ada semangkuk apel yang sudah diiris di tangannya.

"Ayah, kau setuju terakhir kali!" seruku, berhenti melangkah saat aku sudah hendak keluar dari rumah.

Saat ini baru pukul sembilan malam dan aku tidak ada kelas besok.

Ayah mengangkat alisnya ketika dia melihat ke arahku, sementara Ibu sekarang duduk di pangkuannya menyuapinya apel seolah Ayah masih bayi saja.

Ya ampun! Benar-benar bayi besar!

"Ya, karena saat itu kau bilang kau akan keluar jam 5 dan akan pulang jam 9. Aku tahu cara membaca waktu, Mari. Dan kau mau ke pantai?"

Kakiku sedikit terbuka, dan berkacak pinggang.

"Ayah, please..." rengekku.

Ibu menertawakan kata-kata Ayah dan memukul bahunya.

"Kau tidak tahu tentang gaya, Kook." Ibu memandang ke arahku, seringai bangga terpampang di wajahnya.

Aku mengenakan atasan halter hitam yang menunjukkan tindikan di perutku. Ibu juga punya satu tindikan karena dia ikut bersamaku ketika aku memutuskan untuk menindik tahun lalu di hari ulang tahunku. Aku memasangkannya dengan celana panjang longgar yang ripped, sementara cardigan putih besar menutupi tubuhku. Topi dan sepatu saya juga berwarna putih.

"Ayah, aku sudah berjanji pada Shay bahwa aku akan ada di sana pada hari ulang tahunnya. Dan Ayah bilang ya!"

Menggigit bibir bawahku, aku mengalihkan pandangan aegyo-ku ke arah ibu yang baru saja mengedipkan sebelah matanya padaku.

"Biarkan putrimu. Dia perlu bersosialisasi. Lagipula dia tidak pergi dengan orang asing."

Aku menyaksikan Ibu meletakkan semangkuk apel iris ke atas meja. Hanya dalam beberapa detik, tangannya sudah membelai lengan Ayah.

Tuhan, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Saat aku mendengar Ayah mengerang, aku tahu perdebatan ini akan berakhir.

"Siapa yang akan bersamamu, Mah Ri? Kau tidak boleh mengemudi di bawah pengaruh alkohol. Tidak perlu berbohong, Ayah tahu kau akan minum." Ayah menambahkan bahkan sebelum aku bisa protes, senyum lebar segera melebar di wajahku.

Ayah sangat mengenalku.

"Aku bisa menelepon Z untuk menjemputku."

Kegembiraan mulai muncul dalam diriku. Aku yakin, Z akan datang menjemputku.

Senyum perlahan terbentuk di wajah Ayah. "Apakah kalian berdua akan pergi bersama?"

"Tidak, Ayah. Aku akan pergi sendirian, nanti setelah pulang aku memintanya menjemputku."

Yang mengejutkanku, Ayah berakhir dengan kekehan. Ya, golden maknae dari Bangtan terkekeh di depan istri dan putrinya.

Ayah mencondongkan tubuh sedikit, lengannya memeluk ibu yang juga tersenyum, dan meraih ponselnya. Kini Ayah sibuk dengan ponselnya, mungkin mengirim pesan kepada pamanku yang lain karena hanya Tuhan yang tahu apa alasannya.

Jadi setelah mengucapkan selamat tinggal pada Ibu, aku pergi ke garasi untuk mengambil mobil. Belum lima menit dan aku sudah berkendara dengan mobilku yang berharga.

MARIGOLD [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang