"GIMANA APANYA? EH EH...ITU PERUT KAKAK KOK GEDE?" tanya nya lagi.
"Doain ya, bulan depan kak Hyuna mau lahiran" Yang jawab malah Chenle
"HAH? LAHIRAN? JADI KALIAN UDAH MAU PUNYA ANAK YAA?" -Xinlong
"Hehe, doain ya semoga lancar lahirannya" ucap gua
"Huftt, oke kak aku ikhlas. Semoga lancar lahirannya ya kak" -Xinlong
"Makasih ya, dek. Kamu sekarang gimana? Baik kah?" Tanya gua sembari menuntun dia untuk duduk di sofa.
"Baik kak. Oh iya kak, aku boleh pegang perut kakak gak?" Sebelum mengizinkannya gua sempat menoleh ke arah Chenle, wajah Chenle keliatan ragu. Tapi gua mencoba untuk yakinin dia. Respon Chenle cuma nunjukin wajah datar nya dia.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Iya gapapa" -gua
Xinlong menyentuh perut gua secara perlahan, sesekali dia mengelus perut gua.
"Ehh nendang ya kak! Semoga bayinya laki-laki" -Xinlong
"Memang bayi nya laki-laki, dek. Beberapa hari yang lalu udah si USG, keliatan kelaminnya laki-laki" Jawab gua
"Wahh! Gitu ya kak" Xinlong masih mengelus perut gua.
"Oh iya kamu mau minum apa?" Tawar gua ke Xinlong
"Hmm, enggak deh kak. Aku juga buru-buru soalnya" -Xinlong
"Bagus deh" Chenle menjawab pake nada yang ketus, gua langsung menegur ucapan Lele
"Le! Apa sih kamu!" -gua
"Ohh, mau kemana?" Sambung gua
"Ada rapat ekskul disekolah kak, aku ketuanya" -Xinlong
"Ohh gitu" -gua
"Aku pamit pulang dulu ya kak, aku pamit pulang dulu ya dede. Kak Lele aku pamit pulang ya, byee semua" Xinlong beranjak dari sofa dan keluar menuju pintu.
Sepeninggalnya Xinlong, wajah Chenle yang datar dan nunjukin dia lagi gak mood bikin gua gimana gitu sama dia.
"Le, kamu jangan gitu dong" Ucap gua. Chenle gak menggubris ucapan gua, dia balik duduk ke sofa dan menonton acara di Tv
"Le! Ihh, kok aku dikacangin?!" Gua memukul pelan tangan kanan dia
"Ya dia kan cuma pengen pegang doang, gak ada maksud apa-apa" Balas gua
"Au ah aku badmood" Lele pun beranjak dari sofa dan naik ke tangga menuju kamar.
Gua cuma memutarkan bola mata doang. Paling mahh gak lama dia badmood nya. Mending gua masak aja lah buat makan siang nanti.
Sekarang gua mau masak tumis udang dicampur brokoli, wortel, dan kol putih. Gak lupa ikan mas goreng, sama tempe kecap.
Masakan gua selesai pas banget memasuki jam makan siang, mending manggil Lele untuk makan sama-sama. Gua berjalan menaiki anak tangga dan menuju kamar.
Ceklek
"Le, ayo makan siang. Aku udah masak loh. Buruan yuu, dede juga udah laper lho" ucap gua sambil mengelus perut.
"Makan duluan aja, aku belom laper" Ucap Lele sambil mantengin layar laptop, Chenle lagi menyelesaikan proposal untuk bisnisnya.
"Hufttt, aku udah masak banyak padahal. Dede minta makan bareng sama Papa nya nihh" Ucap gua lagi.
"Makan duluan aja, aku masih sibuk" Chenle menjawab masih dengan mata yang fokus ke layar laptop.
"Kamu masih marah ya gara-gara tadi?" Tanya gua, tapi Chenle gak jawab.
"Pah, ayo dong udahan cemburunya" Ucap gua lagi. Chenle pun menge'close' proposalnya dan mematikan laptopnya.
"Ayo" Gua dan Lele pun berjalan menuruni anak tangga.
Sampai di meja makan, gua menyiduk beberapa centong nasi dan mengambil lauk untuk Lele.
"Nih, makan yaa" -gua
Gua dan Lele sama-sama diam, tapi gua mencoba untuk membuka suara...
"Maaf yaa, udah jangan marah dong. Gitu aja cemburu, marah, sampe gak mau ngomong" -gua
Chenle tetap menyuap makanan ke dalam mulutnya. Dan sesudahnya dia menjawab ucapan gua.
"Yaa lagi sih! Aku gak suka dia elus perut kamu! Dia mantan kamu kan?!" Ucap Lele
"Aku juga gak suka kamu ciuman sama Yiren waktu itu! Aku juga gak suka loh kamu rangkul Yiren waktu di taman kota, dan aku gak suka kamu pentingin Yiren sampe kacangin aku, aku gak suka kamu bohongin aku. Apalagi kamu ngelakuin hal itu saat aku lagi mengandung anak kamu!" Gua mengungkit kejadian waktu itu yang kalo gua inget masih sakit banget rasanya sampai saat ini.
Karena yang gua alamin lebih parah dari Chenle.
Hey! Mantan cuma ngelus perut gua yang lagi bunting itu gak masalah buat gua, itu namanya dia menyayangi anak dari hubungan gua dan Lele. Toh, Xinlong gak menyakiti gua dan anak gua. Apalagi gua tau kalo sekarang Xinlong udah gak punya perasaan sama gua lagi, dia kan udah dijodohin sama anak dari temen Mamanya.
Chenle memberhentikan makannya dan menoleh ke arah gua dengan tatapan yang bener-bener flat banget.
"Kenapa?! Boleh kalo aku bilang kamu egois?!" Gua membalas tatapan datar Lele dengan tatapan yang sama datarnya juga.
