"Kak,"
"Hm," chan menjawab dengan deheman pelan sambil menyuapi satu potong roti selai coklat ke dalam mulutnya. Di depannya ada yeji, yang tersenyum dan meraih tisu untuk mengelap bibir chan yang penuh dengan coklat.
Spontan kurva tipis terbentuk di bibir chan sebelum tarik punggung tangan yeji untuk dicium, "makasih, by."
Yeji terkekeh. Minum teh nya kemudian kembali menatap chan yang makan dengan lahap.
"Kak, kalau misalnya aku punya kembaran, kamu percaya?"
Sebuah pertanyaan yang tidak disangka-sangka akan keluar dari mulut sang istri. Chan mengangguk kecil, mungkin yeji hanya bercanda mengingat perempuan itu memang suka guyonan.
"Aku serius, kak."
Seperdetik kemudian chan terdiam. Bahkan mulutnya berhenti mengunyah, saat itu juga yeji mengambil tangannya dan mengusap jemari chan. Entah apa tujuannya, tapi yeji kemungkinan merindukan 'sosok' kembaran yang barusan dia bilang.
Pandangan yeji meneduh sebelum membuka suara, "dia manis dan cuma lahir beberapa menit sebelum aku. Aku ga inget banyak," lirihnya.
"Kami dipisahkan waktu umur delapan. Ayah ngejual dia ke sekelompok orang-orang berjas putih."
"Dan ayah dapat reward yang sangat besar karena itu,"
Chan berdiri dari duduknya dan menghampiri yeji yang hampir terisak disana. Didekapnya tubuh kurus dengan rambut panjang sepunggung itu sembari mengecup keningnya, memberi ketenangan.
Chan tidak tau apa yang telah perempuan itu lewati atau apa yang tengah terjadi pada saat itu, hanya ini yang bisa chan berikan. Setidaknya agar perempuan itu tidak merasa sendiri.
Ada chan disini, yang selalu membantunya untuk berlari.
Yeji memeluk punggung keras chan. Aroma yang menguar dari lelaki itu seperti otomatis menenangkannya kala emosi nya tengah tidak stabil, seperti sekarang.
"Everything is going to be alright, ji."
Yeji mengangguk dalam dekapan chan, "tapi kalau aku kehilangan kesempatan itu,"
"Tolong sampaikan ke dia, kalau aku sayang banget ke dia."
Sepenggal percakapan waktu itu yang membuat chan menginjakkan kaki lagi di tempat ini. Di depannya ada sebuah foto yeji yang tengah tersenyum manis dipenuhi dengan karangan bunga yang sangat indah.
Chan berdiam disana selama satu jam. Biasanya, datang ke sini saja chan tak sanggup, namun entah kenapa diantara sekumpulan memori, percakapan singkat pagi itu seperti menamparnya.
Cuma sekali dalam setahun chan berani datang ke tempat peristirahatan terakhir yeji dan pasti berakhir dalam keadaan tidak baik.
"Ji," gumamnya pelan, menghela napas. "Aku bingung harus ngapain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Snowshoes ✔
Fanfiction「it's about Bangchan with his lovely cat hybrid, Hyunjin」ㅡ end Chan × Hyunjin ©Blueishby