Part 1

315 18 5
                                    

Allah punya kuasa atas segala sesuatu, termasuk mempertemukan kembali dua insan yang sekian lama tidak berjumpa.


~Imam Penyempurna Agamaku~

••••••

Matahari baru saja kembali ke peraduannya. Menghadirkan semburat jingga nan indah. Tak lama suara adzan berkumandang, menandakan masuknya waktu shalat magrib.

Allahu akbar... Allahu akbar...

Anak-anak kecil berbondong-bondong memakai sarung yang kebesaran dan berlarian menuju Masjid. Mereka berlari sambil saling tertawa mengejek karena ada yang sarungnya merosot. Pemandangan itu begitu khas saat memasuki daerah yang ditujunya.

"Neng, berhubung masih agak jauh tujuannya, saya shalat dulu gapapa ya?" ucap supir taxi membuyarkan lamunan gadis blasteran Australia-Indonesia yang sejak tadi memandang ke luar. Gadis bernama Aneska itu mengalihkan pandangannya pada lawan bicara dan mengangguk.

Taxi biru yang mereka tumpangi berhenti tepat di depan sebuah Masjid bercat cream dengan dua menara yang menjulang tinggi. Di teras depan masjid ada beberapa tiang yang catnya berwarna mocca. Perpaduan yang indah untuk dipandang mata. Tepat di tembok depan, bertuliskan Masjid Al-Jihad.

Saat akan membuka pintu mobil Sang supir taxi menoleh ke belakang. "Neng kok gak turun? Lagi halangan ya?" tebaknya asal.

"Saya ... non-muslim, Pak."

"Aduh, maaf. Saya tidak tau," balasnya canggung disertai rasa tidak enak.

"Gak apa-apa. Silahkan Pak kalau mau salat, santai aja. Lagi pula saya gak buru-buru kok."

"Beneran ya, Neng?"

"Iya, Pak."

Setelahnya supir taxi berumur setengah abad itu undur diri, gadis itu masih bergeming. Ia memperhatikan Masjid yang agak menyerong itu lamat-lamat. Entah apa yang mendorongnya keluar dan bersandar pada taxi tersebut.

Darahnya berdesir hebat kala mendengar lantunan ayat suci yang berasal dari dalam Masjid. Ia memejamkan matanya sebentar, menikmati setiap ayatnya. Tak terasa air bening berdesakkan keluar dari pelupuk matanya. Rasanya ruang gelap dalam sudut hatinya mulai menemukan penerangnya. Suara itu membuat perasaannya tentram dan damai.

Selang beberapa menit gadis bernama Aneska itu menggeleng kuat. Ia buru-buru menyeka air matanya dan berniat segera masuk ke dalam mobil. Namun, gerakannya terhenti kala matanya menangkap seorang lelaki jangkung di teras Masjid sedang duduk. Dadanya tiba-tiba sesak. Padahal suasana desa begitu segar, tapi ia membutuhkan oksigen lebih banyak untuk bernafas. Ia menggigit bibirnya kuat, menahan emosi yang kian membuncah.

"Karel ...," gumamnya dengan suara lemah. Susah payah ia menelan salivanya sendiri. Rasanya seperti dipaksa menelan pil pahit.

Gadis itu mengepalkan tangannya berusaha mengumpulkan kekuatan dan berniat menghampiri lelaki itu. Ia tidak peduli bila orang-orang akan mengatakan ia cengeng. Ia ingin memeluk lelaki yang berada tak jauh darinya itu. Ia berniat memukul lelaki itu sampai tangannya kebas. Laki-laki itu harus diberi pelajaran karena telah membuatnya terpuruk belakangan ini.

Imam Penyempurna Agamaku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang