Part 5

67 7 0
                                    

Jangan senang saat kebohonganmu dipercayai, sebab Sang Illahi mengetahui segalanya.

~Imam Penyempurna Agamaku~

••••••

Zara menahan nafasnya selama beberapa saat sebelum menjawab pertanyaan Aneska. Ia hendak berjalan lagi ke arah Aneska, tapi teriakan Sonia dari arah dapur menghentikannya. Sepertinya Mamanya itu baru saja kembali dari warung.  "Zara, bantu Mama masak keburu sore!"

Zara menghembuskan nafasnya lega. Sedangkan Aneska mendesah, sedikit kecewa. Dengan terpaksa ia membiarkan Zara keluar dari kamarnya. Meninggalkan Aneska yang masih menyimpan rasa penasaran terhadap Ridwan.

Jam sudah menunjukkan pukul 18.00 WIB dan Aneska masih bergelung di kasurnya yang empuk. Zara dan Mamanya belum kembali dari Masjid. 

Banyak hal yang Aneska pikirkan, salah satunya Karel. Lelaki itu membuat dunianya tak keruan. Sakit, rindu, dan marah bercampur aduk menjadi satu. Keceriannya padam karena lelaki itu. Yang menunjukkan bahwa Aneska masih orang yang sama hanyalah sifat galaknya. Sedangkan sifat lainnya sudah lenyap seiring berjalannya waktu tanpa kehadiran Karel.

Ia bahkan membenarkan ucapan Ridwan dan wanita itu. Dia sekarang memang seperti Zara, mudah menangis.

Sepulang Zara dan Mamanya dari Masjid, mereka makan malam. Dan Aneska masih saja tidak bicara. Ia hanya menyantap makanan dengan tak berselera.

Sonia mengelus punggung tangan Aneska yang ada di atas meja. "Kamu kenapa? Mama perhatiin sejak kamu pulang dari minimarket, kamu diam aja."

Aneska menggeleng pelan, ekor matanya menangkap Zara yang tengah tertunduk. Aneska merasa Zara menyembunyikan sesuatu.

"Anes udah selesai makan, mau ke kamar duluan."

Mamanya hanya termenung menatap kepergian Aneska.

"Kamu sudah tanyakan dia kenapa?" tanya Sonia langsung, membuat Zara agak gusar.

"Kayaknya dia cuma kecapekan aja, Ma."

"Oh. Mama cuma khawatir sama dia. Sepanjang hidupnya dia lebih sering menyimpan masalah dan bebannya sendiri. Mama takut kalau dia seterusnya begitu, dia melakukan hal yang tidak-tidak."

"Mama tenang aja ya? Meskipun kami udah terpisah lama, tapi Zara tau bagaimana Aneska. Dia gak mungkin melakukan hal itu," ucap Zara berusaha menenangkan.

"Semoga aja. Ya sudah, Mama juga mau tidur. Kamu jangan lupa cek pintu dan jendela ya udah dikunci belum."

Zara mengangguk. Hatinya merasa bersalah karena tidak memberitahu yang sebenarnya. Ia menumpuk piring kotor, lalu membawanya ke wastafel. Sesudah mencuci piring, Zara akan mengobrol lagi dengan Aneska.

🌹🌹🌹

"Kamu belum tidur?"

Aneska hanya menengok sekilas ke arah Zara, lalu kembali fokus ke laptopnya. Ia sedang berkirim pesan lewat e-mail dengan seseorang.

"Kamu marah ya gara-gara aku belum jawab pertanyaan kamu?"

"Hmm."

Imam Penyempurna Agamaku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang