Kamu berbangga diri untuk alasan apa? Harta, tahta, rupa, ataukah cinta yang kamu miliki sekarang? Ingatlah, semuanya bisa lenyap sekejap mata jika Allah berkehendak.
~Imam Penyempurna Agamaku~
••••••
Kebahagiaan melingkupi keluarga Sonia, karena Zara akhirnya selesai dengan KKN, skripsi, dan sidangnya.
Zia terharu mendengar kembarannya itu mencapai puncak ini. Selepas menyetor hafalan pada Umminya Ridwan, Zia langsung pamit untuk ke rumah, menemui kembaran tersayang dan juga Mamanya.
"Assalamu'alaikum," Zia mengucap salam sambil membuka pintu utama yang tidak terkunci.
Zara yang tengah mengagumi kebaya untuk wisudanya langsung berdiri mendengar suara Zia.
"Wa'alaikumussalam. Kakak! Akhirnya aku wisuda," ucap Zara sambil ber-euforia seperti anak kecil.
"Alhamdulillah. Jangan terlalu seneng berlebihan, ingat perjalanan masih panjang. Gak berhenti saat kita meraih gelar sarjana."
Zara mengangguk, lalu ia mengajak Zia duduk. "Menurut Kakak gimana?" tanya Zara sambil menunjukkan kebayanya yang berwarna cokelat susu.
"Bagus kok. Kalem warnanya," balas Zia sambil tersenyum tulus.
"Oh, iya. Aku juga beliin kamu gamis lho Kak, warnanya sama kayak kebayaku. Nanti kita foto berdua."
Zia terkekeh melihat Zara yang kelewat antusias.
"Aku juga beliin Azid kemeja cokelat susu. Dia pasti dateng."
Senyum Zia perlahan memudar mendengar nama lelaki yang beberapa bulan ini mengisi kepalanya disebut. Zara sama sekali tak merasakan perubahan ekspresi kembarannya, ia terlalu fokus tersenyum sendiri membayangkan lusa dirinya memakai kebaya itu. Dan Ridwan akan tersenyum penuh rasa bangga kepadanya.
"Oh, iya. Kakak makan dulu gih, aku udah masakin gurame goreng kesukaan kakak."
"Ah? Nanti aja, Za."
Dahi Zara membentuk gelombang kecil. "Tumben ditawarin gurame ngomongnya nanti."
Zia hanya tersenyum canggung.
"Oh, aku tau. Lagi puasa ya 'kan?"
"Insya Allah. Omong-omong Mama ke mana?"
Zara melongokkan kepalanya ke belakang. "Tadi sih ada, lagi shalat dhuha mungkin."
"Aku ke kamar dulu kalau gitu."
Zara mengacungkan jempolnya. "Oke."
🌹🌹🌹
Zia menatap pantulan dirinya di cermin sambil berdo'a dalam hati. Siang ini ia dan Mamanya akan menghadiri acara wisuda Zara.
"Udah siap, Sayang?" tanya Sonia sambil membuka pintu kamar Zia.
"Udah kok, Ma."
Sonia meneliti penampilan Zia dari atas kepala hingga ujung kaki. Zia sampai mengernyit diperhatikan seperti itu. "Kenapa, Ma? Ada yang salah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Penyempurna Agamaku
Spiritual•••• Aku berada di jalan yang aku sendiri tak tahu bernama apa. Yang aku tahu hanya menapaki jalan itu selama masih mampu. Yang aku tahu hanya menguatkan diriku ketika ada kerikil yang melukai kakiku dan membuat langkahku melambat. Hingga akhirnya a...