"Zia jaga diri di sini ya. Nanti kapan-kapan Mama mampir."
Zia mengangguk. Ia menyalami tangan Mamanya sebelum wanita paruh baya itu pergi.
"Kak Zara, kenapa sekarang di rumah sih? Kenapa gak di sini aja, di pondok?"
Zia melihat dengan ekor matanya kalau Salsa sedang merengek pada Zara. Mereka berdua tampak seperti adik-kakak kandung.
"Kakak kan udah lama bareng kamu dan kakak-kakakmu. Kakak harus menyelesaikan skripsi Kakak. Nanti kalau ke sini lagi insya allah nginep deh." .
Telunjuk Salsa menunjuk ke arah wajah Zara, matanya juga menyipit. "Serius ya?"
Zara mengangguk mengiyakan. Salsa bersorak riang dan berhambur ke pelukan Zara. Dua orang itu sangat dekat, seperti tidak ada sekat. Aneska jadi agak segan untuk membaur.
🌹🌹🌹
Aneska dipersilahkan makan malam di rumah Umminya Ridwan, sebelum memindahkan barang bawaannya ke pondok.
"Zia gak usah sungkan-sungkan kalau sama Ummi ya. Anggap saja ibu sendiri. Zara juga gitu kok," ucap Umminya Ridwan mencairkan suasana.
Aneska hanya tersenyum canggung dan mengangguk.
"Oh, iya. Kak Zia nanti bisa sekamarnya sama Jihan, baru ada dua orang."
Aneska menatap gadis di hadapannya. Mereka berdua dipisahkan oleh meja makan.
"Kamu juga tidurnya di pondok?"
"Iya, Kak. Paling kalau misalnya abis sekolah madrasah itu bisa ke sini."
Aneska mengangguk. "Oh."
"Omong-omong, aku baru tau lho kalau Kak Zara punya kembaran."
Aneska yang akan menyuapkan nasi ke mulutnya ditunda terlebih dahulu. "Aku emang tinggal di Australia, jadi jarang ada yang tau kalau Zara punya kembaran."
"Bulu mata Kakak lentik, aku suka deh. Lesung pipitnya juga bikin makin cute. Ih, jadi pengen nyubit."
Aneska sampai tersedak ketika Jihan mengatakan itu. Jihan ternyata sangat cerewet. Padahal gadis itu sepertinya belum sembuh total, melihat luka di jidatnya saja masih di tutup perban.
"Kamu juga cute."
Jihan tertawa kecil, "Kak Zia bisa aja."
"Emm ... Kalau di Australia itu gimana sih Kak? Kalau liat liburan artis kok kayaknya seru ya di sana itu."
"Iya, memang. Banyak spot yang bagus juga buat foto. Kamu mau ke sana?"
"Pengen sih. Tapi Ummi gak bakal ngizinin. Ya nggak Mi?"
Umminya hanya terkekeh, membenarkan ucapan Jihan.
Salsa berdecak kesal mendengar pujian Kakaknya pada Aneska. Lalu ia tersenyum miring.
"Kakak kan tinggal di negeri orang tuh dan masih non-muslim tadinya, berarti pernah makan daging babi dong? Atau daging hewan seperti Anjing, atau semacamnya gitu gak?"
Ummi dan Jihan sampai terbatuk-batuk mendengarnya.
"Salsa!" tegur Umminya. Matanya menyorot tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Penyempurna Agamaku
Spiritual•••• Aku berada di jalan yang aku sendiri tak tahu bernama apa. Yang aku tahu hanya menapaki jalan itu selama masih mampu. Yang aku tahu hanya menguatkan diriku ketika ada kerikil yang melukai kakiku dan membuat langkahku melambat. Hingga akhirnya a...