Kiss, Kiss!

27.5K 2.6K 616
                                    

Renjun menggerutu dalam hati ketika ia melihat Jaemin seolah-olah sedang mengejeknya dari belakang sana. Renjun jadi tidak bisa mengajar dengan fokus jika senyuman lima jari tetap terpampang diwajah siswa menyebalkan itu.

"Na Jaemin, coba anda jelaskan apa perbedaan dari katabolisme dan anabolisme."

Ia yakin, bocah itu pasti tidak dapat menjawabnya.

Jaemin berdeham, meluruskan posisi duduknya dan menatap Renjun tepat dimata, "Katabolisme adalah perombakan senyawa yang kompleks menjadi lebih sederhana. Sedangkan anabolisme...." kalimatnya sengaja menggantung. "Maaf ssaem, aku tidak tahu tentang anabolisme. Aku hanya tahu tentang anal sex," godanya.


Menghasilkan pekikan centil dari para siswi dan tawaan dari siswa lainnya.

Wajah Renjun memerah, bukan karena malu. Ia marah. Jaemin sudah jelas menyinggung kalimat itu untuknya. Hari pertamanya mengajar dengan sukses terasa seperti neraka karena bocah tengik yang bernama Na Jaemin!

 Hari pertamanya mengajar dengan sukses terasa seperti neraka karena bocah tengik yang bernama Na Jaemin!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





















.

.

.

.

.

Ruangan guru saat ini terlihat lenggang, hanya terlihat beberapa pengajar yang sepertinya sedang mengoreksi hasil tugas para siswa dan juga Renjun yang baru saja kembali dari kelas pertamanya. Guru baru itu terlihat sangat lelah, seolah-olah seluruh tenaganya tersedot habis hanya karena menghadapi tingkah laku seorang siswa di kelas tersebut.

"Hai"

Renjun hanya tersenyum ketika seorang lelaki tampan menyapanya. "Aku Xiaojun, guru matematika. Kau guru penggantinya Wendy Seonsaengnim kan?"

"Ah, iya. Aku Huang Renjun, salam kenal."

"Aku cukup kaget ketika melihatmu dengan kepala sekolah tadi pagi, kupikir kau itu siswa baru," Xiaojun tertawa, membuat Renjun sedikit salah tingkah karena tidak menyangka jika guru di sekolah ini bisa berparas tampan.

Renjun terlalu asik menikmati waktunya berbincang dengan Xiaojun sehingga tidak sadar jika seseorang memasuki ruang guru. Hingga Xiaojun menyadari kehadiran satu-satunya siswa diruangan itu, "Ada apa Na Jaemin? Kau butuh sesuatu?"

Renjun menoleh, dan benar saja Jaemin berdiri disana dengan wajah datarnya.

"Aku disuruh kepala sekolah untuk memanggil Renjun Ssaem."

Xiaojun mengangguk mengerti, "Kalau begitu nanti kita lanjutkan lagi bicaranya ya Renjun," Xiaojun pun berlalu pergi sembari membawa buku-buku yang sekiranya akan ia butuhkan nanti di kelas. Setelah memastikan Xiaojun telah menjauh, Jaemin dengan segera menarik tangan Renjun dan dengan tergesa membawa guru muda itu kesuatu tempat.

"H-hey tunggu.." Renjun gelagapan. Jaemin terlalu terburu-buru dan kaki pendeknya tidak bisa menyeimbangkan langkah pemuda itu. "Aku terseret," protesnya.

Jaemin hanya diam tak merespon protesan itu, hingga mereka tiba disuatu ruangan. Pemuda itu kemudian membawa Renjun masuk dan mengunci pintunya dari dalam.

Ruangan kosong.

Ah tidak, lebih tepatnya seperti kelas yang memang tidak digunakan lagi.


"Ternyata kepala sekolah punya ruangan yang seperti ini" sarkas Renjun. Ia memandang Jaemin meminta penjelasan, tapi pemuda itu masih tetap dengan wajah datarnya yang lama-kelamaan membuat Renjun kesal. "Bisa jelaskan padaku kenapa kau membawaku kesini?"

"Aku tidak tahu kau ternyata seorang guru."

Renjun mengernyit, bocah ini selain menyebalkan ternyata juga tuli. "Dan aku juga tidak tahu ternyata kau seorang siswa" balasnya.

Jaemin terkekeh.

"Kau tidak menyangka aku hanya siswa SMA karena permainan ranjangku luar biasa kan?" sombongnya.

Dan demi semua apple brand yang Chenle punya, Renjun benar-benar merasa ingin mencekik pemuda ini sekarang juga. "Bisakah kau tidak bicara kotor sekali saja? Aku tanya kena-mph", Jaemin memotong ucapannya dengan tiba-tiba menariknya mendekat dan mencium bibirnya. Renjun bahkan bisa merasakan bagaimana bibir pemuda itu bergantian menggigit kecil bibir atas dan bawahnya. "Lepa-mph" Renjun berontak namun tidak menghasilkan apapun melainkan pelukan Jaemin dipinggangnya yang semakin erat.

Setelah cukup lama, Jaemin akhirnya melepaskan ciumannya namun Renjun masih saja ia dekap dengan erat, "Aku kira setelah kejadian itu, aku tidak bisa bertemu denganmu lagi" bisiknya.

Menangkup wajah Renjun yang saat ini kehabisan nafas dan dengan lembut mengelus pipi halus itu. "Aku terlalu menikmati waktu bersamamu saat itu hingga aku lupa untuk bertanya tentangmu, tapi sekarang aku bisa tahu namamu dan melihatmu sedekat ini. Aku benar-benar senang, Renjun seonsaengnim" ucapnya menatap tepat kemanik coklat Renjun yang hanya bisa terpaku dipelukannya.

Menyadari fakta bahwa ia baru saja berciuman.....






..........dengan siswanya sendiri.

















***

To be Continued

***











______________________________________

Ya ampun...

Lupa ngasih warning 🙃

Lupa ngasih warning 🙃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Let us just Love; ╰Jaemren╮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang