Warn: 🔞🔞🔞🔞; boyXboy area (mature content!)
▥▥▥▥▥▥▥▥▥▥▥▥▥▥▥▥
"Kau tidak menyangka aku hanya siswa SMA karena permainan ranjangku luar biasa kan?" sombong Jaemin, pada Renjun yang semakin emosi.
Bocah tengik ini benar-benar membuatnya j...
"Kerjakan tugas di halaman 43," Hyunjin menatap pada teman-temannya yang terlihat mengeluh dengan jumlah soal yang akan mereka kerjakan. Seorang siswi –Yena, kemudian mengangkat tangan. "Apa Renjun Ssaem hari ini tidak masuk?" tanya gadis itu pada si ketua kelas.
"Tidak."
Protesan lain kali ini terdengar bersahut-sahutan dari para siswa-siswi dikelas itu karena guru favorit mereka yang tidak hadir dan jumlah tugas mereka yang semakin bertumpuk. Tak ada satupun yang menyadari bahwa Jaemin saat ini hanya memandang kosong jendela disebelahnya.
Renjun tidak datang lagi, hari ini.
Jaemin mengernyit heran ketika sesosok pemuda yang tak ia kenal membukakan pintu untuknya. Mata sipit pemuda itu pun balik menatapnya dengan heran. "Ada yang bisa saya bantu?" si pemuda bertanya sopan.
Jaemin berdeham, sedikit memperbaiki tali ranselnya yang sedikit melorot di pundak.
"Aku mencari Renjun Seongsaenim. Hari ini adalah jadwalnya untuk mengajariku."
Si pemuda tampaknya paham dengan maksud yang dikatakan Jaemin, ia menggaruk pipinya dengan canggung. "Maaf, tapi Renjun-ge sedang tidak dirumah sekarang," cicitnya. Memasang raut meminta maaf pada Jaemin yang hanya bisa mengangguk mengerti.
Saat melihat punggung Jaemin yang telah bergerak menjauh, Chenle lantas masuk dan menatap heran pada Renjun yang sebenarnya berada dibalik pintu sejak tadi. Gegenya itu hanya diam saja dengan menatap datar lantai rumah mereka.
"Aku tidak tahu masalahnya apa, tapi bukankah lebih baik jika kau bertanggung jawab dengan tugasmu ge?"
Renjun semakin menunduk, jemarinya bergerak memainkan ujung pakaian dengan pelan. "Kau tidak mengerti," cicit Renjun menjawab perkataan sang adik.
Melihat gegenya yang terlihat ingin menangis membuat Chenle jadi tidak tega ingin menceramahinya. Yang ia lakukan hanyalah menepuk-nepuk punggung sempit itu dengan memasang senyum, mencoba mengatakan pada Renjun jika semuanya akan baik-baik saja.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
.
.
Renjun memakan ice creamnya pelan dengan pikiran yang sedang melalang buana, bahkan tayangan televisi didepannya tak ia perhatikan. Sudah dua hari ia mengambil cuti dengan alasan sakit untuk bisa menghindari Jaemin. Bahkan saat pemuda itu berkunjung tadi, Renjun sampai rela melibatkan Chenle untuk berbohong.
Ia menatap pada cup es krimnya yang hampir kosong, lalu mengirim pesan pada Chenle –yang beberapa menit lalu berpamitan untuk pergi ke supermarket, agar tidak lupa membeli dua cup ice cream lagi. Karena bagi Renjun, ice cream adalah obat yang paling mujarab untuk menghilangkan rasa galau yang saat ini ia rasakan.