🔞🔞🔞🔞🔞
*
*
*Suara debuman pelan terdengar ketika Jaemin menyudutkan Renjun dan membawanya dalam pagutan panas. Tangannya bergerak menahan tangan Renjun yang berusaha memutuskan ciuman mereka dan menahannya disisi tubuh lelaki yang lebih tua, mencoba menghentikan perlawanan Renjun padanya. "Hng!" Renjun merintih ketika Jaemin menggigit kecil permukaan bibirnya. Lidah pemuda itu juga bergerak, mencoba mencari akses untuk bisa memasuki plum merah muda itu.
"Ssaem buka mulutmu," Jaemin berkata dengan nafas beratnya. Tubuhnya terlalu menempel pada Renjun, hingga guru muda itu bisa merasakan detak jantung Jaemin yang berdebar-debar dengan cepat. Renjun menggeleng. Masih berusaha mempertahankan bibirnya dalam kondisi tertutup, tidak memberikan Jaemin celah sedikit pun untuk bisa mengaksesnya.
Bukan Jaemin namanya jika ia tidak memiliki akal licik. Dengan satu tangannya ia menahan kedua tangan Renjun untuk berada diatas kepala, sementara tangannya yang satu lagi ia bawa untuk menjelajahi tubuh sang guru. Membuat Renjun meremang karna perbuatannya.
"A-ah!" Renjun menjerit pelan ketika Jaemin mencubit nipplenya dari balik kemeja, membuat si pemuda tanggung itu jadi semakin bersemangat setelah melihat respon indah yang diberikan guru kecilnya.
Jaemin akhirnya menunduk untuk menjangkau nipple Renjun dan meraupnya. Seolah tidak perduli pada kemeja yang masih melekat pada tubuh Renjun, Jaemin membuat gerakan seolah sedang menyusu. Lidah pemuda itu berputar dan giginya juga menggigit kecil nipple itu, membuat pemuda yang lebih tua mendesah nikmat karena merasakan sensasi fabrik kain yang bergesekan dengan salah satu bagian tubuh paling sensitifnya.
"Aah- Berhenti," Renjun mencoba menghentikan Jaemin dari kegiatannya, namun Jaemin yang sudah tersulut nafsu benar-benar tidak perduli pada apapun. Ia bahkan sudah menempatkan kedua tangannya untuk berada pada bokong Renjun dan meremasnya dengan kuat.
Jaemin merindukan ini. Ia benar-benar rindu berhubungan intim dengan Renjun.
Dengan mata yang berkabut, Jaemin membalikkan tubuh Renjun hingga guru muda itu membelakanginya. "Ssaemmh," ia mendesis ketika menggesekkan kejantanannya yang telah menegang pada bokong Renjun. Tangannya bergerak liar melepaskan kancing demi kancing kemeja milik Renjun hingga saat ini punggung telanjang Renjun tersaji dihadapannya.
"Ahh... Berhentihh"
Renjun benar-benar tak dapat menahan desahannya ketika Jaemin dengan ganas mencumbui leher dan punggungnya, jangan lupakan tangan pemuda itu yang kini meremas kejantanannya dan bermain-main dengan nipplenya, "Mhh.. Jangan –Ahh.."
Mendengar desahan itu membuat Jaemin semakin bersemangat. Ia lantas membuka celana Renjun hingga guru kecil itu akhirnya berada dalam kondisi bugil sekarang. Turut melepaskan pakaiannya, Jaemin kemudian membawa Renjun untuk berbaring disalah satu meja yang berada disana, lalu membuat lelaki yang lebih tua untuk mengangkang lebar dihadapannya. "Ssaem.. Kau cantik" bisiknya memuja. Lidahnya bergerak pada sekitar kejantanan Renjun dan berlanjut turun hingga ke lubang kenikmatannya.
Jaemin bermain-main disana, menyebabkan desahan Renjun semakin keras karena rasa nikmat yang mendera. "Janganhh... itu kotor ahh!" Renjun memekik.
Ia benar-benar tidak tahan dengan sentuhan Jaemin pada tubuhnya.
.
.
.
.
.
"Anhh mhh Jaeminhh" Renjun menggeliat ketika tusukan Jaemin mengenai prostatnya untuk yang kesekian kali. Ia bahkan merasakan jika kejantanan Jaemin semakin membesar didalam sana.
Jaemin menggeram, tidak menyangka jika bersetubuh dengan Renjun dalam kondisi sadar seperti ini ternyata lebih menyenangkan dibandingkan ketika lelaki itu sedang mabuk.
Renjun terlihat semakin menggairahkan ketika mendesahkan namanya.
Gerakan Jaemin semakin cepat ketika merasa puncaknya hampir tiba, ia meraih bibir Renjun untuk dicumbu ketika pelepasannya datang dan menumpahkan seluruh sarinya didalam tubuh itu hingga cairan kental milik Jaemin mengalir dari lubang kenikmatan Renjun menuju pahanya.
Keduanya saling berlomba mengambil nafas, pergumulan mereka memang memakan banyak tenaga.
Setelahnya, Jaemin bergerak bangkit dan melepaskan tautan tubuh mereka, kemudian berjalan menuju tasnya yang tergeletak tak berdaya didekat pintu. Pemuda itu mengambil tissue dari sana dan kembali menuju Renjun untuk membersihkan tubuh guru kecilnya dari sisa-sisa kegiatan mereka.
.
.
.
.
.
"Biar aku antar pulang" Jaemin menahan lengan Renjun ketika mereka telah keluar dari gerbang sekolah. Renjun menggeleng dan melepas paksa tangan Jaemin dari lengannya, "Tidak perlu." jawabnya dingin dan dengan perlahan melangkah dari sana.
"Tapi ssaem.."
"Aku bilang tidak perlu!" bentaknya. Renjun menggigit bibirnya dan menatap Jaemin dengan penuh emosi, matanya berkaca-kaca. Renjun ingin menangis tapi ia tidak tahu ingin menangisi apa.
Menangisi Jaemin yang dengan mudah menidurinya? Menangisi nasibnya yang berada di tangan pemuda ini? Menangis karena ia yang menyadari perbuatan tercela apa yang telah mereka berdua lakukan? Atau menangisi dirinya yang tidak bisa memungkiri bahwa ia juga turut menikmati kegiatan tak beradab itu?
Renjun benar-benar tidak tahu.
****
To be Continued
****
______________________________________
Hehe, selamat maljum *emot bulan hitam*
KAMU SEDANG MEMBACA
Let us just Love; ╰Jaemren╮
FanfictionWarn: 🔞🔞🔞🔞; boyXboy area (mature content!) ▥▥▥▥▥▥▥▥▥▥▥▥▥▥▥▥ "Kau tidak menyangka aku hanya siswa SMA karena permainan ranjangku luar biasa kan?" sombong Jaemin, pada Renjun yang semakin emosi. Bocah tengik ini benar-benar membuatnya j...