Renjun tidak menyangka setelah meliburkan diri selama dua hari, bisik-bisik heboh para guru lah yang menyambut kedatangannya pagi ini. Ekspresi yang mendominasi wajah mereka membuat Renjun mau tak mau mengerutkan kening.
"Ada apa?" tanyanya pada Xiaojun yang saat ini mengipasi wajah dengan sebuah buku. Guru matematika itu mengangkat tangannya singkat, sebagai tanda agar Renjun bisa memberinya sedikit waktu untuk bernafas.
"Aku baru saja kembali dari ruangan BK," ucap Xiaojun dengan nafas tersengal, sepertinya lelaki itu baru saja melakukan lari cepat. "Haechan Ssaem sudah berhasil menemukan pelakunya."
Mata Renjun membola,
"P-pelaku sex di toilet itu?" tanyanya dengan gagap, dan dijawab dengan anggukan oleh Xiaojun.
"Siswa itu yang menyerahkan dirinya sendiri."
Detak jantung Renjun langsung berdegup cepat tanpa sadar.
"S-siapa pelakunya?"
Tuhan, Renjun sungguh berharap jika itu bukan sebuah nama yang dikenalnya. Renjun berkomat-kamit didalam hati. Berdoa agar Jaemin tidak mengambil tindakan bodoh yang bisa merugikan mereka berdua.
"Na Jaemin sudah mengakui perbuatannya."
Oh, tidak.
.
.
.
.
.
Suara sepatu pantofel itu terdengar ribut memecah keheningan lorong yang saat ini sepi karena jam pembelajaran pertama yang sedang berlangsung. Nafas Renjun terengah, berlari dari ruangan guru untuk menuju ruangan BK yang lumayan jauh ternyata cukup melelahkan.
Pantas saja Xiaojun seperti ikan yang kehabisan nafas, tadi.
Guru Huang itu menenangkan degup jantungnya yang bertalu-talu saat melihat pintu bercat putih yang menjadi tujuannya telah terlihat dipelupuk mata.
Sial. Sial. Sial.
Dimana otak Na Jaemin sebenarnya?
Renjun begerak hilir mudik sembari melemparkan umpatan pada pemuda itu, hingga tak menyadari pintu ruangan yang telah terbuka. Memperlihatkan Jaemin dan Haechan yang menatap heran dengan tingkahnya.
"Renjun?" Haechan memanggil bingung pada rekan kerjanya yang terlihat pucat dan panik. "Apa yang kau lakukan disini?"
Menyadari keberadaan dua orang itu, Renjun lantas menatap Haechan dengan wajah yang meminta penjelasan. Ia melirik pada Jaemin yang memalingkan pandangan darinya.
"Ku dengar pelakunya sudah ditemukan," ucap Renjun pelan. Ia menatap guru konseling dihadapannya dengan takut-takut.
Haechan mengangguk, melirik sadis pada Jaemin yang hanya diam dengan wajah dinginnya. "Karena dia mau merendahkan egonya untuk mengaku, aku sedikit memberi keringanan. Jadi hanya skorsing selama dua minggu kurasa cukup."
KAMU SEDANG MEMBACA
Let us just Love; ╰Jaemren╮
FanfictionWarn: 🔞🔞🔞🔞; boyXboy area (mature content!) ▥▥▥▥▥▥▥▥▥▥▥▥▥▥▥▥ "Kau tidak menyangka aku hanya siswa SMA karena permainan ranjangku luar biasa kan?" sombong Jaemin, pada Renjun yang semakin emosi. Bocah tengik ini benar-benar membuatnya j...