"Udah sampai halaman lima puluh nih, tinggal setengah." Ucap Hanna di malam itu. Ia pun melangkahkan kakinya menjauhi meja belajarnya.
Tiba-tiba ia merasa ada yang mengawasinya, lewat jendela rumahnya yang menghadap jalan. Ia kembali ke jendal itu, memastikan apa benar perasaannya itu.
Ternyata memang benar ada yang sedang mengawasinya, ia terkejut dan langsung menutup tirai jendelanya. Siapa pria itu? Apa yang dia lakukan disana? Ah, mungkin dia hanya berhenti sebentar disana. Batin Hanna, berusaha menenangkan diri.
Hanna langsung mengecek semua pintu dan jendela yang ada di rumahnya, semua ia tutup rapat dan terkunci. Lalu ia memasuki kamarnya dan menyelimuti dirinya dengan selimut abu-abunya yang hangat, ia ketakutan.
***
Matahari sudah menggantikan tugas bulan saat ini, setelah beristirahat kurang lebih tujuh jam lamanya. Hanna bangun, ia melirik jam dinding yang ada disudut kamarnya. Sekarang sudah pukul lima pagi, ia beranjak dari tempat tidurnya. Kembali melihat ke arah yang sama, yaitu jendela itu.
Pria itu sudah tidak ada lagi disana, Hanna bisa bernapas lega sekarang. "Ahh, mending sekarang siap-siap ke sekolah." Ucapnya pada dirinya sendiri.
Sesampainya Hanna di sekolah ia tak menjumpai Taska sama sekali, ternyata Taska hari ini sakit.
"Sok jagoan datang ke rumah, ehh, ternyata dia-nya juga sakit." Gumam Hanna.
Sepulang sekolah Hanna berencana menjenguk Taska. Membawakan bubur, seperti yang Tadka lakukan kemarin. Ia tak tahu mengapa melakukan hal yang seperti ini, hatinya hanya ingin dia melakukan perbuatan yang sama.
***
Bukan hanya wacana belaka , ia benar-benar menjenguk Taska, ia sebenarnya sedikit merutuki perbuatannya sekarang tapi ia tetap melakukan itu.
"Taska ada tante?" Tanya Hanna setelah mengetuk pintu beberapa kali dan dibuka oleh Karina.
"Ohh, Hanna. Ada kok di dalam, masuk aja." Sambut Karina.
"Iya, tante."
"Taska! Hanna datang jenguk kamu." Teriak Karina.
Tak perlu waktu lama Taska langsung menemui Hanna.
"Nih dia anaknya, kamu tahu Hanna? Taska dari tadi di kamar terus, dia ngambek karena tante nggak bolehin dia masuk sekolah. Padahal badannya panas gitu." Omel Karina.
Hanna tertawa kecil tapi di satu sisi ia merasakan bersalah. "Maaf ya tante, ini gara-gara Taska kemarin jenguk Hanna, jadinya ketularan, deh."
" Nggak koq, bukan salah kamu. Taskanya aja yang nggak bisa jaga kesehatannya sendiri." Ucap Karina, menggoda Taska.
"Loh!? Mama kok malah nyalahin Taska."
"Iya memang kamu yang salah." Ucap Karina lagi sambil mengarah ke dapur, meninggalkan Taska dan Hanna.
"Ohh iya, ini gue bawa bubur." Kata Hanna sambil menyerahkannya pada Taska.
Taska mengambil bubur yang dibawa Hanna dan memakannya. "Enak banget, lo beli dimana?"
"Nggak beli dimana-mana."
"Terus?"
"Buat sendiri."
19 Februari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Wake In Love
Fiksi RemajaAlpha Destiny School kedatangan murid baru yang membuat seantero sekolah histeris dan menambah daftar cowok terkeren di sekolah itu. Suatu hal yang tak diduga ternyata Taska Raditya Malik---si murid baru---sebangku dengan Hanna Kamaniai. Di sinilah...