Bab 11: Bukan Pahlawan Kesiangan

5.4K 841 86
                                    


Di mana?

Pesan singkat itu muncul di layar ponsel tepat ketika Noura mendaratkan tubuh di atas kursi tribune lapangan indoor basket PINUS untuk menyaksikan pertandingan pertama freshman fair. Cewek itu menatap nama pengirimnya, Devan, yang kemudian mengirimkan pesan kedua saat Noura tidak kunjung membalas.

Di mana, Nou?

Duh. Cowok itu berisik banget.

Tangan Noura mengetikkan jawaban. Namun, di tengah fokusnya menjawab pesan Devan, suara sorak-sorai memenuhi gedung. Putri yang duduk di sebelahnya berjingkrak-jingkrak seperti anak kecil sambil bertepuk tangan penuh semangat. Saat Noura memberikan tatapan bingung kepadanya, Putri mencondongkan wajah ke telinga Noura lalu berteriak, "Elektro udah dapet skor!"

Jawaban untuk Devan terlupakan seketika. Noura ikut berseru dan melambaikan bendera kecil lambang Teknik Elektro ke udara dengan penuh semangat. Di sekitarnya, mahasiswa-mahasiswa sejurusan ikut bersukacita. Bahkan, saking gembiranya, jam yang sudah menunjukkan pukul delapan malam tidak ada artinya. Kegiatan kuliah seharian yang membuat lelah segera menguap setelah tim mereka mencetak angka. Seharusnya, Noura dan yang lain tidak sesenang ini sebelum bel berakhirnya pertandingan berbunyi, tetapi perasaan di atas awan untuk sementara ini benar-benar meningkatkan kepercayaan diri.

Untuk sesaat, Noura melupakan pesan Devan hingga cowok itu kembali menghubunginya.

Nou. Jangan di-read aja.

Noura mengerling penuh kesal. Cepat-cepat dia menyelesaikan jawaban yang tertunda, lalu mengirimkannya kepada cowok itu. Biar dia berhenti meneror Noura!

Suasana lapangan semakin panas seiring bergulirnya waktu. Beberapa kali tim basket cowok Elektro mencetak skor lagi, yang kemudian disusul oleh tim lawan. Namun, lima menit sebelum pertandingan berakhir, suasana penuh semangat itu berubah. Salah satu pemain tim lawan mendorong teman satu jurusan Noura hingga terluka.

Lalu, neraka seperti terbelah.

Awalnya, pertengkaran kecil itu hanya adu mulut antar dua tim. Lalu, diikuti dengan saling mendorong. Puncaknya adalah ketika seluruh pemain di lapangan mulai melayangkan tinju satu sama lain, memicu para penonton di tribune untuk melakukan hal yang sama. Noura hanya bisa bengong tidak percaya. Ini ... tawuran?

Teman-teman Noura, khususnya cowok-cowok Elektro yang duduk di dekatnya, mulai bergerak menyerang pendukung tim lawan. Suara peluit wasit, teriakan senior-senior yang mendadak muncul dari pintu lapangan indoor, hingga satpam kampus yang berusaha melerai pertengkaran tidak digubris. Mereka terus menendang, mendorong, dan meninju hingga tanpa sadar salah satu pukulan itu mengenai pipi Noura yang berusaha menghindar. Noura mencoba meraih tangan Putri, tetapi temannya itu sudah menghilang entah ke mana. Dengan panik, Noura menyerukan nama Putri, tetapi hasilnya nihil. Temannya itu menghilang, kecuali satu sepatunya dan buku-buku berceceran.

"Putri!"

Tidak ada balasan kecuali suara baku hantam yang sangat menyeramkan. Akhirnya, dengan rapalan doa agar Putri baik-baik saja di luar sana, Noura berdiri. Dia sempat oleng, tetapi seseorang berhasill menarik pinggangnya sebelum kepala Noura membentur kursi plastik tribune.

"Ayo keluar!"

Seumur-umur, Noura tidak pernah selega ini mendengar suara Devan. Cowok itu melepaskan pinggang Noura dan menggenggam tangan cewek itu erat. Berjalan di depan Noura, Devan berusaha membelah kerumunan sambil sesekali mendorong cowok-cowok yang melayangkan tangan ke arah cewek itu. Mereka sedang menuruni tangga tribune ketika seseorang mendorong tubuh Noura, entah sengaja atau tidak. Kakinya mendadak terkilir tetapi dia tidak bisa berhenti bergerak jika tidak ingin menjadi pepes tahu bonyok.

[CAMPUS COUPLE] Hanifah Khairunnisa - Senior from HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang