Bab 6: Ternyata, Devan Bukan Pembohong

6.3K 820 38
                                    

"Dor!"

Seumur-umur, Noura tidak pernah merasa lebih kaget dari ini. Jantungnya nyaris copot, sedangkan Dika terpingkal-pingkal seperti orang tidak waras setelah berhasil menjalankan misinya: bersembunyi di balik pintu dan muncul tiba-tiba ketika adiknya baru pulang OSPEK.

"Jangan cemberut, Nou. Makin jelek."

Setelah berkata begitu, Dika terkekeh geli seakan kalimatnya adalah lelucon paling lucu sedunia. Boro-boro lucu. Menyebalkan yang ada!

Dengan kesal, Noura berjalan melewati Dika. Kakaknya itu mengikuti dengan langkah ringan sambil bersenandung. Pasti ada apa-apanya. Antara ingin pinjam uang, pamer akun YouTube yang subscriber-nya tidak banyak-banyak amat, atau ....

"Minggu depan gue bisa syuting, dong."

Noura memutar bola mata kesal mendengar kalimat kakaknya yang tidak penting itu.

Ibunya ke mana, sih? Jika ada Rina, Dika pasti sudah dibabat habis. Omongannya YouTube melulu. Masih mending jika dia mengerjakan YouTube sekaligus skripsi. Ini mah boro-boro.

"Lo mau tahu enggak gue syuting di mana?"

Don't care! Noura ingin berteriak seperti itu di depan wajah kakaknya, tetapi memilih untuk menutup mulut. Dika hanya akan terus mencerocos seakan dunia perlu mengetahui semua kegiatannya.

Benar saja. Meski Noura mengabaikan Dika dan duduk di sofa ruang keluarga, cowok itu lanjut bercerita.

"Minggu depan gue syuting di rumah lama Rangga, dong."

Secepat kilat, Noura meluruskan punggung dan menatap kakaknya dengan mata lebar. Rumah Rangga? Rangga yang itu?

"Kok bisa?"

Dika cengar-cengir penuh semangat. "Gue dapet nomor telepon orangtua Rangga dan minta izin. Katanya rumah itu emang enggak pernah dipakai lagi karena enggak ada yang tinggal di sana."

Jantung Noura jadi berdentum-dentum cepat setelah mendengar penjelasan Dika. Berbagai pertanyaan tentang Rangga berputar-putar di dalam kepala seperti gasing. Namun, cewek itu cepat-cepat menggeleng untuk menepis spekulasi yang semakin buruk dan membuka mulut. "Terus, lo nanya Rangga dimakamkan di mana enggak, Mas? Meninggalnya karena apa? Sakit? Kecelakaan? "

Dika, yang sudah bersiap untuk membagikan rencana syutingnya meski tidak diminta, segera terdiam. Matanya menatap sang adik tidak percaya. "Gue enggak tahu masalah lo sama Rangga apa, tapi bukannya berlebihan kalau lo mau dia cepat-cepat mati, ya?"

Eh? Bagaimana maksudnya?

"Pakai nanya meninggalnya sakit atau kecelakaan, lagi. Heh, kalau lo punya masalah sama orang, tuh, ya marah aja, enggak usah pakai doain mati segala."

Tunggu. Sepertinya ada kesalahan di sini. Kenapa Dika bersikap seolah Rangga masih hidup? Devan bilang, Rangga sudah meninggal, 'kan?

"Mas, Rangga udah meninggal, lho," kata Noura.

Dika tertawa sekencang-kencangnya sampai terbungkuk-bungkuk. "Aduh, Nou. Kata siapa Rangga meninggal? Enggak bener, ah. Lo kemakan hoaks. Hahaha ...."

Hoaks?

"Rangga enggak meninggal, Nou. Dia lagi kuliah. Jurusan apa, ya? Tadi gue ngobrol-ngobrol sama orangtuanya. Katanya Rangga juga kuliah di sini."

Ya Tuhan! Noura menggertakan gigi saking kesalnya. Bukan kepada Dika yang sibuk mentertawainya seperti ini, melainkan kepada Devan yang bisa-bisanya berbohong kepadanyaa.

Berbohong!

"Udah, ah. Gue capek ngetawain lo. Dapet info dari mana, coba? Ada-ada aja, nih, orang." Dika mengelap air di sudut mata sebelum beranjak meninggalkan adiknya.

[CAMPUS COUPLE] Hanifah Khairunnisa - Senior from HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang