"Pulang sama siapa, Nou? Sendiri?"
Awalnya, Noura pikir pertanyaan itu berasal dari pocong yang mendadak muncul dari pohon sukun di halaman gedung UKM PINUS, terutama setelah jam menunjukkan angka setengah sebelas malam dan gedung UKM mulai gelap. Noura, yang seharusnya juga sudah sampai di rumah dan tidur nyenyak, malah harus menunggu Mas Dika yang akan menjemputnya malam ini. Kakaknya itu berjanji akan mengantarnya pulang setelah pertemuan pertama dengan UKM Robotika, tetapi janji Mas Dika memang penuh omong kosong.
Sambil komat-kamit menyebut nama Tuhan, Noura menoleh ke sumber suara. Tidak jauh dari tempatnya menunggu, sebuah motor berhenti. Rangga, yang melemparkan pertanyaan, sedang memasukkan kunci motor ke lubangnya.
Napas lega Noura terdengar.
"Harusnya sama Mas Dika, tapi itu orang enggak dateng-dateng," balas Noura senang. Bukannya Noura senang Dika terlambat, dia malah kesal setengah mati. Namun, Noura senang karena setidaknya masih ada orang di halaman gedung UKM. Cewek itu melirik gedung bercat cokelat di belakang mereka yang tampak menyeramkan pada malam hari, lalu merinding.
Rangga mengikuti pandangan Noura. "Biasanya, gedung UKM rame. Cuma, karena malam ini ada undangan tanding olahraga dari universitas lain di GOR Ragunan, mereka pada dukung ke sana," jelas Rangga. Cowok itu tertawa geli saat menyadari Noura menggigil ketakutan. "Tenang. Enggak ada setannya—"
Tin tin!
Untuk kedua kalinya dalam lima menit terakhir, Noura kaget. Suara klakson yang nyaring itu seakan membangunkan seluruh setan penghuni kampus PINUS. Belum lagi lampu dari kendaraan roda empat itu menyoroti Noura dan Rangga yang sedang mengobrol. Mobil Toyota Fortuner yang dikemudikan Dika mengedip-ngedipkan lampu sorot seolah klakson saja tidak cukup.
Noura menghela napas panjang.
Jendela mobil dari kursi pengemudi terbuka. Kepala Dika menjulur keluar sambil tangannya terangkat tinggi-tinggi. "Nou, di sini!" teriaknya seolah kendaraan roda empat di halaman gedung UKM itu ada ratusan.
Duuuh .... Noura ingin tenggelam saja rasanya! Tingkah Dika itu yang jadi masalah. Selain bisa membuat marah keluarga setan kampung, Dika juga mempermalukannya di depan Rangga. Namun, dengan mengejutkannya, Rangga tertawa menanggapi situasi ini.
"Itu Mas Dika, Nou? Masih kocak aja orangnya."
Rangga memutuskan untuk menghentikan kegiatannya menyalakan motor. Bersama Noura, mereka berjalan menghampiri Dika yang tidak mau turun dari mobil.
Saat mereka sampai di dekat mobil itu, Dika terkejut. "Eh ..., Rangga? Kuliah di PINUS juga?"
Rangga mengangguk.
Mas Dika kembali membuka mulut. Seharusnya Noura mencegah karena tahu kakaknya tidak akan pernah mengucapkan kata-kata baik, tetapi dia selalu terlambat. "Kok lo bisa-bisanya ketemu adek gue? Pasti dia nyusahin lagi."
Kurang ajar sekali kakaknya. Yang menyusahkan di sini itu ya Dika sendiri! Jika tidak terlambat menjemput, Noura tidak akan seperti orang gila menunggu malam-malam di sini. Mana ojek online kalau malam susah dapatnya. Sekali dapat, tidak sampai-sampai. Noura jadi curiga pengemudinya adalah setan jadi-jadian.
Rangga mengabaikan tuduhan Mas Dika. "Apa kabar, Mas?"
"Baik, kok. Kemarin-kemarin gue ngehubungin nyokap lo. Minjem rumah lo yang kayak kuburan itu. Buat syuting."
KAMU SEDANG MEMBACA
[CAMPUS COUPLE] Hanifah Khairunnisa - Senior from Hell
RomanceNoura Tsabita menginginkan kehidupan normal di dunia perkuliahan, tetapi gagal mewujudkannya karena kehadiran teman masa kecil yang dia benci, Devan Putra Pratama, yang merupakan senior kejam saat OSPEK dan tidak segan-segan menyiksanya.