Jam sudah menunjukkan angka setengah dua belas malam dan Noura baru pulang. Sebenarnya, pulang malam bukan hal baru bagi Noura. Sebagai mahasiswa baru Fakultas Teknik, dia beberapa kali harus pulang malam karena urusan OSPEK. Namun, ini kali pertama bagi Noura pulang semalam ini karena mengerjakan tugas.
Sepertinya, mahasiswa Teknik sudah cukup terbiasa pulang malam karena pihak fakultas pun sudah menyediakan satu aula besar sebagai tempat para mahasiswa mengerjakan tugas atau berkumpul. Aula tersebut memang cukup ramai, bahkan hingga tengah malam seperti ini. Namun, begitu Noura keluar gedung fakultas, tidak ada seorang pun yang berkeliaran di halaman depan gedung.
Noura menelan saliva penuh gugup. Cewek itu melirik pos satpam yang seharusnya ditempati Babeh, panggilan untuk penjaga fakultas, tetapi bapak berusia setengah abad itu tidak tampak wujudnya. Dengan langkah takut-takut, Noura berjalan mendekati pos satpam yang jaraknya beberapa ratus meter dari gedung fakultas. Sepanjang perjalanan yang rasanya sangat lambat, Noura merapal doa di dalam hati. Apalagi saat ada langkah lain di belakangnya yang mengikuti.
Ya Tuhan ..., jangan kuntilanak. Jangan pocong. Jangan gendruwo. Jangan apa pun!
Langkah di belakang Noura semakin cepat mengejar. Dia ikut mempercepat langkah sambil terus memanjatkan permohonan kepada Tuhan. Sekali ini saja, Tuhan, mohon dengarkan permintaannya ....
"Nou!"
Noura mengeluarkan lengkingan panjang sambil memejamkan mata. Pokoknya, Noura tidak ingin melihat setan apa pun!
"Nou, buka mata. Ini gue."
Suara yang familier itu membungkam mulut Noura. Dia membuka mata secara perlahan, lalu bernapas lega saat wajah Devan muncul di depannya. Meski seharian ini Noura mencoba menjauhi Deva, tetapi kali ini lebih baik dia bertemu cowok itu daripada pocong.
"Lo enggak apa-apa?"
Pertanyaan Devan sungguh konyol. Memangnya dia terlihat baik-baik saja dengan wajah sepucat mayat begini?
"Menurut lo? Gue baik-baik aja. Tadi gue kira lo setan," jawab Noura yang disambut tawa Devan.
"Ya kali gue setan. Lo baru pulang? Kenapa?"
Mereka melanjutkan langkah setelah adegan yang memecahkan gendang telinga tersebut. Mungkin akan terdengar sangat aneh, tetapi Noura sampai mendekatkan tubuhnya ke tubuh Devan sepanjang perjalanan. Bukan karena dia berubah menjadi cewek genit yang mendekati cowok ganteng, tetapi karena Noura takut tiba-tiba sosok makhluk tak diinginkan muncul di hadapannya.
Devan tidak memprotes meski tubuh cewek itu menempel rapat padanya.
"Gue abis ngerjain tugas kelompok. Sekarang baru kelar dan mau balik."
Devan mengangguk. "Mata kuliah apaan emangnya?"
"Pengantar Teknik Elektro."
"Pulang sama siapa?"
Noura melirik Devan penuh curiga. Kenapa cowok ini banyak tanya seperti petugas sensus penduduk? Namun, Noura tidak mempermasalahkan lebih lanjut. Jika dia melontarkan kecurigaannya terhadap Devan, maka akan lebih panjang ceritanya.
"Mas Dika."
Sekali lagi Devan mengangguk. "Udah dateng Bang Dika-nya atau lo masih harus nunggu?"
Pertanyaan itu menyadarkan Noura. Kakaknya belum memberikan kabar apa pun. Apakah artinya Noura harus menunggu seorang diri?
"Mau gue temenin nunggu Bang Dika?"
Noura melirik Devan. Dia sangat bimbang. Jika dia harus menunggu bersama Devan, rasanya tidak mungkin. Cowok itu terlalu berbahaya bagi kesehatan mental dan jantungnya. Akan tetapi, menunggu seorang diri dan kemungkinan akan ada setan ....
KAMU SEDANG MEMBACA
[CAMPUS COUPLE] Hanifah Khairunnisa - Senior from Hell
RomanceNoura Tsabita menginginkan kehidupan normal di dunia perkuliahan, tetapi gagal mewujudkannya karena kehadiran teman masa kecil yang dia benci, Devan Putra Pratama, yang merupakan senior kejam saat OSPEK dan tidak segan-segan menyiksanya.