"Lo masih suka sama gue, 'kan, Nou?"
Pertanyaan dari Rangga terdengar seperti bom yang dijatuhkan dari pantat pesawat tempur termutakhir di langit. Begitu mengagetkan hingga Noura hanya bisa megap-megap seperti ikan koi di darat, padahal di dalam kepalanya terdengar teriakan setinggi Beyonce saat menyanyikan lagu Love on Top. Ricuh!
Setelah beberapa menit berlalu, dengan Noura yang masih megap-megap, Rangga mengguncang tangan cewek itu di atas meja. "Nou?"
Tangan Noura seperti dialiri listrik jutaan volt. Cewek itu nyaris melompat di atas bangkungnya, lalu berkata lantang, "Ya?"
"Lo masih suka sama gue?"
Noura mengunci bibirnya rapat-rapat. Bukannya Tuhan mengambil kemampuan bicara Noura secara mendadak, tetapi cewek itu memiliki beberapa pertanyaan yang sedari tadi terus berputar. Satu, dari mana Rangga tahu kalau dia menyukai cowok itu? Dua, sejak kapan Rangga tahu?
Saat masih di bangku sekolah dan satu-satunya tempat curhat Noura hanyalah selembar surat, cewek itu akan menuliskan perasaannya di kertas berwarna pink itu, lalu berkhayal akan mengirimkannya kepada Rangga. Namun, Noura tidak pernah benar-benar merealisasikan khayalannya itu karena terlalu takut untuk melakukannya.
Sekarang ..., bisa-bisa Noura gila!
"Dari mana lo tahu, Ngga?" tanya Noura hati-hati.
Rangga terkekeh kecil. "Beneran? Yah, gue pikir awalnya lo suka sama Devan."
Apakah mungkin seseorang tersedak air liurnya sendiri? Begitu ucapan yang sangat absurd meluncur dari bibir cowok itu, Noura langsung batuk-batuk seperti baru saja menelan duri ikan paus. Cewek itu memanggil penjual minuman di dekat meja mereka, lalu memesan segelas teh manis hangat yang melegakan tenggorokan.
Setelah batuknya reda, Noura kembali bertanya, "Kenapa lo mikir begitu, Ngga?"
"Dari dulu kalian selalu deket. Setiap kali main bareng, gue selalu merasa terasingkan."
Gebrakan tangan Noura di atas meja sangat menyakitkan dan memalukan, terutama karena beberapa orang yang sedang makan di sekitar mereka jadi menoleh penasaran. Namun, cewek itu tidak peduli.
"Sejak kapan gue dan Devan deket? Kami enggak deket! Itu cowok hobinya ganggu gue. Lo enggak inget dia selalu dorong gue keluar lapangan setiap kali kalian main basket?"
Rangga bertopang dagu saat berpikir. "Iya, sih .... Tapi, dia selalu bertanggung jawab, 'kan, ke lo?"
Kepala Noura mendadak pusing. Maksudnya bertanggung jawab bagaimana, ya? Membuat anak orang menangis adalah bentuk tanggung jawab, begitu?
"Misalnya waktu lutut lo berdarah kena batu. Devan langsung menghentikan permainan basket dan lari-lari ke warung sambil gendong lo di punggung buat nyari plester," kata Rangga. "Terus gara-gara lo nolak pake plester yang enggak ada gambar Disney princess, Devan ikut marah-marah ke penjaga warung. Waktu itu kocak banget. Devan kayak orang kebakaran jenggot."
Gelak tawa Rangga pada akhir kalimat mengingatkan Noura akan kejadian beberapa tahun lalu. Jika diingat-ingat, Devan memang pernah menggendongnya sambil tertatih-tatih sedangkan cewek itu menangis seperti bayi besar. Namun, kenapa ingatan ini baru muncul?
Noura merasakan tatapan Rangga di wajahnya, lalu cewek itu mendengar bisikan samar-samar cowok itu. "Kenapa gue malah ngomongin Devan?"
Tepat setelah Rangga bertanya begitu, penjual kantin mengantarkan makanan pesanan mereka. Tangan Noura mengambil pesanannya secepat kilat. Bukan khawatir Rangga akan menggasak makanannya, melainkan dia butuh pengalih perhatian dari kejadian super memalukan ini. Apa lagi namanya kalau bukan memalukan jika Mas Crush tahu perasaan kita terhadapnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
[CAMPUS COUPLE] Hanifah Khairunnisa - Senior from Hell
RomansaNoura Tsabita menginginkan kehidupan normal di dunia perkuliahan, tetapi gagal mewujudkannya karena kehadiran teman masa kecil yang dia benci, Devan Putra Pratama, yang merupakan senior kejam saat OSPEK dan tidak segan-segan menyiksanya.