Esok paginya, Arin langsung mengantarkan tugas gambarnya ke kampusnya. Ia diantar oleh Riki dengan menggunakan sepeda motor vespa milik Riki. Vespa biru yang selalu menjadi kebanggaan tersendiri bagi Riki. Tak lupa, mereka berdua juga mengenakan helm masing-masing, agar terhindar dari tilangan polisi dan sebagai safety untuk mereka.
10 menit kemudian, mereka telah sampai di kampus nya Arin. Harus kalian ketahui, Arin menempuh pendidikannya di Universitas Gajah Mada. Sebenarnya Arin tidak menginginkan untuk masuk ke Universitas itu, tetapi karena paksaan mama papanya lah yang membuat gadis itu luluh dan siap untuk menempuh pendidikan di Universitas pilihan orang tuanya.
"Rik, kamu tunggu sini saja. Aku sebentar doang kok." Ucap Arin sambil turun dari Vespa biru milik Riki.
Riki tersenyum kemudian mengangguk. "Iya."
Suara derap langkah kaki Arin telah menghiasi koridor kampus. Semua mata yang berada di koridor pun pada tertuju kepada Arin. Termasuk para kaum Adam yang tak jarang banyak yang menggodanya. Tetapi gadis itu hanya menanggapinya dengan senyum tipis.
"Ah itu dia." Gumam Arin sambil berlari mengejar pria paruh baya yang sedang berjalan membelakanginya sambil memegangi perutnya. Mungkin pria itu sedang lapar, pikir Arin.
Arin berhasil mencegah pria itu. Gadis itu berdiri tepat disamping si pria.
"Pak maaf, saya Arina mahasiswa arsitektur semester 4."
Pria paruh baya, sebut saja dia Pak Kusdi. Tetapi ia lebih akrab di sapa Pak Ku.
Pak Ku menatap Arin. "Iya ada apa Arina?"
"Saya ingin mengumpulkan tugas gambar saya pak."
Pak Ku mengangguk. "Owalah, yowes taruh saja diatas meja saya."
Arin mengangguk kemudian tersenyum. Gadis itu melangkahkan kakinya pergi menuju ke meja Pak Ku, kemudian ia meletakkan gambarnya diatas meja bercat coklat itu.
Setelah selesai, ia keluar dari ruangan Pak Ku. Gadis itu pergi menuju ke tempat dimana Riki yang sedang menunggunya. Arin berjalan melewati taman kampus, tetapi ada hal yang membuatnya langsung memberhentikan langkahnya.
Ia melihat A R G A.
Arga yang sedang bercengkrama bersama wanita yang waktu itu ia temui. Wanita yang telah membuat Arga pergi meninggalkan Arin, bahkan tanpa kejelasan sedikit pun.
Arin menahan air matanya untuk tidak jatuh, tetapi apa daya? Mungkin gadis itu sudah tidak kuat lagi untuk menahan semua beban yang ia rasakan sendiri.
"Arga.." lirih Arin sambil menghapus air matanya.
Gadis itu kemudian berjalan melewati taman kampus, ia lebih memilih untuk mengabaikan Arga yang sedang bercengkrama bersama wanita barunya.
Ternyata sesakit ini rasanya tergantikan. Tergantikan oleh seseorang yang bahkan sampai sekarang masih kau anggap spesial.
Tanpa sepengetahuan Arin, Arga melirik Arin yang berjalan sambil menundukkan wajahnya. Ia melihat pundak gadis itu, jalannya terlihat lesu, bahkan ia seperti tidak bersemangat, entah apa yang membuat Arin menjadi seperti itu?
Arin menghapus air matanya kasar, ia tidak boleh terlihat sedih, apalagi jika sedang ada didepan Riki.
"Hai Rik." Sapa Arin yang berusaha untuk menormalkan keadaan.
Riki tersenyum.
"Sudah selesai?"
"Sudah."
"Yaudah, yuk pulang."
"Eh tapi aku lapar." Keluh Arin sambil memajukan bibirnya.
"Yaudah kita makan dulu ya dik." Ajak Riki. Riki sudah hapal betul dengan kebiasaan Arin, gadis itu memang gampang sekali untuk lapar.
***
jarang update karena minggu depan mau UTS. huhu:'(
KAMU SEDANG MEMBACA
Argarin 2
Teen FictionSEQUELNYA ARGARIN !!! DIHARAPKAN MEMBACA ARGARIN YANG PERTAMA DULU!!! ----- Jujur saja, setelah kamu pergi meninggalkan ku, aku jadi trauma untuk memulai cinta yang baru lagi. Aku jadi malas jika harus beradaptasi lagi dengan laki-laki yang berusaha...