Part 19 : Pernyataan

1.7K 69 15
                                    

"Arga? Kamu kembali nak?" Tanya Frans, tanpa sadar air matanya mengalir.

"Saya Arka om. Arka Neo Pratama. Saya bukan Arga."

"Kamu mirip sekali dengan almarhum anak saya." Ucap Sonya.

"Siapa nama orang tua mu nak?" Lanjut Frans.

Raut lesu tiba-tiba saja hadir di wajah tampan Arka. "Saya tidak tau siapa orang tua saya. Sejak kecil saya dirawat oleh nenek dan kakek saya."

Sonya dan Frans terbelalak. Dua orang tua itu lebih memutuskan untuk diam seribu bahasa.

"Boleh Om lihat foto kakek dan nenek mu?" Tanya Frans sopan.

"Papa gimana sih, masa tamu ga disuruh masuk. Masuk dulu Arin, Arka." Ucap Sonya sambil mempersilahkan mereka berdua masuk.

"Iya Tante, ga usah repot-repot. Kita juga cuma sebentar." Ucap Arin ramah.

Sonya tersenyum. "Ga ko, ga ngerepotin. Ayo masuk dulu?"

Arin dan Arka akhirnya pergi memasuki rumah Arga. Mereka berdua dihidangkan teh manis disertai dengan cemilan ringan.

"Tadi Om mau lihat foto kakek dan nenek saya ya? Ini Om." Ucap Arka sambil menyerahkan ponselnya kepada Frans. Frans menerimanya dengan ramah.

Begitu Frans melihat wajah kakek dan nenek nya Arka. Seketika raut kaget sekaligus shock muncul di wajah Frans.

"Ibu, ayah!" Pekik Frans. Tanpa sadar ayah paruh baya itu membiarkan air matanya mengalir.

"Maksud papa?" Sonya yang kebingungan pun langsung bertanya pada suaminya.

"Ini orang tuaku Sonya. Dan ini anak kita, Arka. Yang terpisah selama puluhan tahun." Ucap Frans dengan nada terharu.

"Jadi, Arga punya kembaran Om?" Tanya Arin.

Frans mengangguk. "Iya. Tepatnya sekitar 24 tahun yang lalu, saat Arga dan Arka dilahirkan. Waktu itu, ruangan persalinan dan ruangan bayi itu beda. Kebetulan Arka dan Arga sedang ditaruh di ruangan bayi. Disitu, Om sejujurnya merasa sangat bahagia sekaligus bersyukur karena bisa mempunyai 2 jagoan sekaligus. Om juga pastinya berharap kalau nanti Arka dan Arga tumbuh menjadi lelaki yang tangguh dan penuh tanggung jawab. Tapi apa yang Om harapkan itu tidak sesuai kenyataan. Arka dinyatakan telah diculik saat malam hari, Om dan Tante sendiri pun tidak tau siapa yang menculik Arka. Om juga tidak tau apa motif si penculik ini menculik Arka. Om sudah berusaha lapor polisi. Tapi belum ada tanda-tanda jika Arka akan ditemukan. Selama 24 tahun itu, Om diselimuti rasa bersalah karena gagal menjaga putra Om. Om gagal menjaga kamu Arka." Jelas Frans panjang lebar. Sonya yang mendengar cerita Frans hanya mampu menangis tiada henti.

Sedangkan Arka, pria itu tak ada henti-hentinya menatap Frans dan Sonya. Ia tidak menyangka jika ia memiliki kembaran yang sudah meninggal.

"Arka, maafin papah nak. Papah gagal menjaga mu." Ucap Frans tulus, kemudian ia beranjak menghampiri Arka lalu memeluk putranya erat-erat.

"Arka juga minta maaf pah. Arka pikir, orang tua Arka tidak peduli atas hilangnya Arka. Tapi ternyata, papa mencari Arka." Ucap Arka sedu sambil membalas pelukan Frans.

"Mama juga minta maaf nak. Mama gagal menjadi ibu yang baik buat kamu." Ucap Sonya tulus.

"Mama ga salah ko. Mama udah jadi ibu terbaik buat Arka dan Arga." Ucap Arka senang sambil melepaskan pelukannya dengan Frans.

Arka menghapus air mata yang mengalir di wajah Sonya dan Frans. Pria itu tidak akan tega jika melihat kedua orangtuanya menangis.

"Assalamualaikum, papa mama Nesya pul-" ucapan Nesya seketika menggantung begitu melihat sosok kakak yang sangat ia rindukan.

"Kak Arga? Kak Arga masih hidup? Nesya kangen banget sama kak Arga." Lirih Nesya sambil memeluk erat tubuh Arka. Gadis kecil yang sekarang sudah tumbuh dewasa itu sepertinya tidak akan rela lagi jika harus kehilangan kakak tersayang nya.

"Nesya, ini Abang Arka. Bukan Abang Arga. Ini kembaran Abang Arga yang terpisah Nesya." Ucap Sonya.

Seketika Nesya langsung melepas pelukannya dengan Arka. "Tapi ini masih Abang nya Nesya kan?"

"Iya sayang, masih."

Nesya tersenyum bahagia. Lalu gadis itu kembali memeluk erat tubuh Arka lagi. Arka membalas pelukannya itu. Tidak menyangka jika dirinya ternyata sudah memiliki adik cewek yang sekarang sudah tumbuh dewasa.

"Arin," panggil Sonya.

"Ah ada kak Arin, kak Arin Nesya kangen." Ucap Nesya sambil berjalan menghampiri Arin lalu memeluknya. Arin membalas pelukan hangat dari Nesya.

"Kak Arin juga kangen sama Nesya." Balas Arin sambil melepaskan pelukannya dengan Nesya kemudian tersenyum.

"Arin, terimakasih ya nak. Kamu sudah berhasil menemukan anak kami yang sudah lama hilang." Ucap Sonya tulus.

Arin tersenyum. "Iya Tante, sama sama."

"Sebagai ucapan terimakasih kami kepada Arin, bagaimana kalau Arin dan Arka kami jodohkan? Kalian setuju kan?" Tanya Sonya sambil tersenyum. Frans pun ikut tersenyum. Dua orang tua itu rasanya sangat butuh jawaban dari dua sejoli ini.

"Bagaimana Arka?" Tanya Sonya.

"Ar.. Arka setuju ma." Jawab Arka sambil tersenyum simpul menatap wajah cantik Arin.

"Kamu yakin Ar? Kamu aja baru pertama kali ketemu sama aku Ar." Ucap Arin.

"Sejak tadi saya melamar pekerjaan di perusahaan ibu Arin, hati saya merasa sangat dekat sekali dengan ibu. Saya juga merasa kalau saya ada perasaan ke ibu." Tutur Arka.

Arin hanya tersenyum simpul ditempatnya.

"Bagaimana Arin kamu mau?" Kali ini Frans yang bertanya.

Arin mengangguk singkat sambil tersenyum manis.

"Alhamdulillah." Teriak Arka kegirangan.

"Minggu depan kita lamaran ya Rin." Ucap Arka, lagi.

***

maaf ya sayang jarang update

Argarin 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang