"Alasannya itu, bulan depan Shila nikah." Kata-kata itu keluar polos dari mulut Rangga.
"HAHHH?!!!"
"Lo jangan bercanda Rang, temen gue mana mungkin nikah duluan." Bentak Olivia.
"Tau lo jangan ngada-ngada." Timpal Arin.
"Gue ga ngada-ngada Rin, sumpah gue aja baru tau kalo dia mau nikah itu dari saudaranya yang ada di Malang."
"Gue ga percaya sih." Ucap Arin.
"Nah gue juga ga percaya." Timpal Indy.
"Kalo dia mau nikah, kenapa dari awal dia ga bilang-bilang sama kita?" Tanya Vira.
"Mungkin dia mau nyembunyiin pernikahannya." Keluh Rangga. Dari sorot matanya, pria itu terlihat seperti belum menerima kepergian Shila.
"Ya masalahnya lo pikir nih coba, awalnya hubungan gue sama Shila baik-baik aja. Tapi semenjak 2 bulan belakangan, sikap Shila berubah sama gue. Gue ga tau pasti apa dia selingkuh atau bukan. Yang jelas gue masih belum bisa terima." Ucap Rangga frustasi.
"Yaelah Rang, Rang. Cewek diluaran sana banyak kali ga cuma Shila doang." Ucap Fino menenangkan.
"Gue cuma mau sama Shila."
"Suatu saat nanti juga lo pasti bakal nemuin cewek yang bakal ngegantiin posisinya Shila dihati lo." Ucap Alaska. Pria itu sepertinya sekarang sudah banyak sekali perubahannya, ia menjadi lebih bijak jika menasehati, bahkan yang Arin tau dari Olivia, katanya sekarang ini Alaska sudah diterima kerja disalah satu restoran.
"Eh bentar-bentar, si Shila nelpon gue nih." Ucap Vira.
"Angkat Vir. Terus lo lospeker." Ucap Indy.
"Nah nanti lo tanya deh berita yang dia mau nikah itu benar apa engga." Sambung Arin.
"Ish pinter banget ini pacarnya Arga." Ledek Olivia yang membuat Arin langsung menatapnya sinis.
Pacar? Bukan. Masih berharap? Iya!
"Yaudah gue angkat nih." Ucap Vira. Gadis itu kemudian mengangkat sambungan telepon dari Shila.
"Halo Vir."
"Halo? Kenapa tumben amat lo nelpon gue."
"Iya gue mau cerita. Lo lagi dimana? Kalo lagi diluar nanti aja deh ceritanya."
"Eh, eum gue lagi dikamar. Iya gue dikamar. Lo mau cerita apa?"
"Gue putus sama Rangga."
"Hah? Ko bisa?"
"Iya, gue terpaksa."
"Terpaksa kenapa?"
"Gue mau nikah bulan depan."
"Hah? Sumpah lo?"
"Iya."
"Ko mendadak si Shil?"
"Lo tau sodara gue kan yang namanya Ega"
"Ah, sodara lo yang sering lo ceritain itu?"
"Iya."
"Iya gue tau, kenapa?"
"Itu gue mau nikah sama dia."
"Lah kan lo sodaraan sama dia. Emangnya boleh?"
"Dia khilaf Vir.. hiks hiks.."
"Ma..maksud lo? Lo hamil?"
"Iya, hiks..hiks.."
"Ko sodara lo bisa ngelakuin itu ke lo?"
"Dia mabuk. Orang tua gue depresi banget pas tau gue hamil gara-gara Ega. Gue juga minta maaf banget sama Rangga, gue udah rusak, gue ga pantes buat Rangga. Rangga berhak ngedapetin cewek yang lebih baik buat jadi pendampingnya."
"Astaghfirullah Shila, gue turut berduka denger cerita lo. Gue disini ga bisa apa-apa selain ngedoain lo doang. Intinya lo jangan pernah putus asa, jangan menyerah. Lo pasti bisa ngelewatin ini semua."
"Iya Vir, gue tutup dulu ya. Gue sama Ega mau fighting baju pernikahan."
"Oke."
Tuuuttt.
Sambungan teleponnya terputus.
"Rang, lo bisa denger sendiri alasan Shila pergi mutusin lo?" Tanya Vira dengan bibir yang bergetar.
"Ah anjing! Gue ga bisa terima! Seumur-umur gue ga pernah tuh nyentuh Shila, tapi kenapa si brengsek itu berani-beraninya bikin Shila hancur? Bangsat!" Umpat Rangga dibalik kekesalannya. Emosinya meronta-ronta. Ingin sekali rasanya Rangga menghabisi nyawa Ega, pria yang sudah merusak wanita yang Rangga cintai, Shila.
"Padahal kita baru mau nanya, eh dia udah cerita duluan ya." Ucap Olivia. Sementara Vira hanya tersenyum menanggapinya. Sama halnya dengan Arin, hubungan Vira dan Rafa pun sudah lama putus. Itu juga dikarenakan Rafa yang tiba-tiba saja menyelingkuhi Vira. Dan alhasil, Vira langsung mengambil langkah untuk memutuskan hubungannya dengan Rafa.
"Gue ga ngerti lagi kalo gue ada diposisinya Shila." Iba Arin. Sejujurnya Arin merasa sangat prihatin dengan keadaan Shila sekarang. Terlebih lagi jika yang menghamilinya adalah saudaranya sendiri.
"Ga nyangka gue Rang, cewek lo dirusak sama saudaranya sendiri." Ucap Dhirga.
"Eh lo diam ya! Jangan bahas apapun lagi tentang dia!" Bentak Rangga dengan nada bicara yang tinggi.
"Gua ga mungkin bisa terima gitu aja cewek yang gue cintai selama ini ternyata malah dirusak sama cowok brengsek kaya dia, anjing!" Sambungnya.
"Rang, sabar Rang. Shila ngelakuin ini juga karena terpaksa. Coba kalo misalkan Shila ga mutusin lo, apa lo bisa terima anaknya? Walaupun bukan lo bapak kandungnya?" Tanya Rafa sambil berusaha menenangkan Rangga.
"Bisa! Gue bisa terima anaknya!"
Tiba-tiba saja, jari tangan Arga bergerak-gerak. Arin yang melihat hal itu sontak langsung berlari menghampiri Arga. Ia memegang erat jari-jemarinya. Berharap jika Arga akan segera sadar. Semua mata tertuju pada Arga, teman-temannya yang lain pun juga berharap jika Arga segera membuka matanya.
"Arga, Arga. Aku tau kamu denger suara aku. Bangun Arga. Plis aku cuma mau kamu bangun." Lirih Arin. Tanpa sadar air matanya turun begitu saja.
"Panggil dokter!" Suruh Alaska kepada Dhirga. Dhirga pergi memanggil dokter yang menangani Arga. Sesaat setelah dokter itu datang, dokter itu menyuruh semuanya untuk keluar dari ruangan Arga terlebih dahulu.
Semuanya menuruti. Mereka pergi keluar dari ruangan Arga. Terlihat jelas jika dokter itu sangat serius menangani Arga. Sonya dan Frans hanya bisa menangis, ia tak kuasa melihat putranya yang sedang berjuang melawan penyakitnya sendiri.
Arin pun ikut menangis, gadis itu juga tak kuasa begitu melihat Arga yang sedang ditangani oleh dokter. Ia hanya bisa berharap jika Arga akan sembuh secepatnya.
"Rin, lo jangan nangis. Masih ada kita disini." Ucap Vira.
Indy mengangguk. "Iya, lo jangan nangis. Kita disini bakalan nemenin lo terus sampe keadaan Arga pulih."
"Jangan berhenti berdoa aja buat Arga." Ucap Olivia.
Kemudian keempat gadis itu saling berpelukan, saling menguatkan.
Terlihat jelas dari kaca ruangan Arga, dokter tersebut menghela nafasnya sejenak. Kemudian ia melepaskan alat bantu pernapasan yang Arga gunakan saat itu. Ia juga menutupi Arga wajah Arga dengan selimut putih yang masih Arga kenakan disaat dirinya masih koma.
Arin yang melihat itu sontak langsung berteriak sambil memegangi kepalanya. Ia menangis sejadi-jadinya. Gadis itu sepertinya sudah tak kuasa membendung air matanya.
Dokter itu berjalan keluar menemui Sonya dan Frans yang masih menangis.
"Nyonya Sonya, Tuan Frans. Maaf.."
***
Arga kenapa

KAMU SEDANG MEMBACA
Argarin 2
Teen FictionSEQUELNYA ARGARIN !!! DIHARAPKAN MEMBACA ARGARIN YANG PERTAMA DULU!!! ----- Jujur saja, setelah kamu pergi meninggalkan ku, aku jadi trauma untuk memulai cinta yang baru lagi. Aku jadi malas jika harus beradaptasi lagi dengan laki-laki yang berusaha...