Part 4 : Penelpon Misterius

1.6K 73 8
                                    

"Eh iyaiya, mau cerita apa toh dek?"

"Tadi aku ketemu Arga."

"Hah? Serius kamu dek?"

"Iya Riki. Tapi ada satu hal yang bikin aku sedih dan bingung."

Alis Riki mengerut, menandakan jika ia bertanya apa yang menyebabkan Arin bersedih.

Arin menghela nafas sejenak.

"Arga tidak mengenaliku, bahkan saat tadi aku ketemu dengannya, Arga sedang merangkul wanita yang ada disebelahnya."

Arin melihat jika raut wajah Riki tiba-tiba berubah menjadi serius. Sepertinya Riki marah dengan apa yang Arin ceritakan, selalu seperti itu. Riki memang seringkali marah jika ia tau kalau Arin disakiti, bahkan Riki pun tidak akan pernah bisa terima kalau ia melihat Arin menangis.

Arin menenangkan Riki, ia mengusap-usap lengan Riki, berharap jika lelaki tampan itu akan mengkontrol emosinya.

"Temui aku dengan Arga." Geram Riki. Sepertinya emosi Riki benar-benar sudah membara.

"Buat apa?"

"Lelaki seperti Arga harus ku beri pelajaran dek"

"Ga usah Rik. Aku ga mau ikut campur lagi dengan hal-hal yang melibatkan Arga. Kalau memang wanita yang tadi ia rangkul disebelahnya adalah kekasihnya yang baru, baik aku akan mundur. Aku tidak akan mengganggunya lagi. Aku akan berusaha untuk melupakannya. Aku akan memulai hidupku yang baru." Lirih Arin. Wajahnya terlihat sendu, matanya sembab, bahkan suaranya pun terdengar serak dan parau.

Riki tersenyum, kemudian lelaki itu memeluk Arin seraya menenangkannya. Ia mengusap-usap lembut kepala Arin. Tanpa sadar Arin menangis di pelukannya.

"Aku tau dek, sebenarnya kamu masih sangat mencintai Arga. Kamu membohongi perasaanmu sendiri hanya demi melihat Arga bahagia bersama wanita lain."

Arin semakin terisak didalam tangisnya. Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi selain menangis tersedu-sedu.

"Kamu memang wanita baik dek. Kamu merelakan kebahagiaan mu sendiri demi kebahagiaan orang lain."

"Hanya lelaki bodoh yang menyakiti wanita seperti dirimu." Lanjut Riki.

Arin masih saja terdiam. Ia bingung harus menanggapi apa.

"Sudah, sekarang hapus air matamu. Jangan pernah bersedih, aku selalu ada di sisimu dek." Ucap Riki sambil mengangkat wajah Arin, lalu menghapus air matanya dengan sapu tangan biru yang selalu Riki bawa ketika ia pergi bekerja. Riki memang pintar sekali dalam membuat Arin tenang. Perhatiannya, kelembutannya, ketulusannya, yang membuat Arin menjadi nyaman jika harus menumpahkan semua keluh kesahnya kepada Riki.

Tiba-tiba saja Bi Tata datang menghampiri Arin dengan tergopoh-gopoh. "Permisi mbakyu, ada yang menelpon mbakyu."

Arin menoleh ke arah Bi Tata. "Ah iya Bi."

Bi Tata tersenyum kemudian ia segera pergi ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Bentar Rik, aku angkat telepon dulu." Arin melangkahkan kakinya menuju ruang tengah, kemudian ia segera mengangkat telepon seluler itu. Gadis itu mendudukan bokongnya diatas kursi single berwarna krem.

"Halo"

"Maaf."

"Ini siapa?"

"Maaf Arin."

Tut.. Tut.. Tut..

Tiba-tiba saja sambungan telepon seluler itu terputus.

Siapa yang menelpon Arin?

Lalu mengapa si penelpon meminta maaf kepada Arin?

Arin memutar otak, ia terus berpikir, siapa yang menelponnya. Mungkinkah jika itu adalah orang iseng yang sengaja untuk menakut-nakutinya? Atau mungkin itu adalah si penelpon yang salah sambung? Ah.

Arin kembali melangkahkan kakinya keluar, ia menghampiri Riki yang masih duduk di teras depan rumah Arin.

"Kenapa kamu dek?" Tanya Riki. Riki memperhatikan wajah Arin yang terlihat bingung dan sedang ketakutan.

"Ada yang menelponku."

"Siapa?"

"Aku tidak kenal. Tiba-tiba saja si penelpon itu minta maaf kepadaku."

Arin masih terlihat ketakutan dan bingung. Bahkan bibirnya pun sedikit bergetar saat ia berbicara dengan Riki.

"Jangan takut, ada aku."

Arin mengangguk singkat sambil sedikit tersenyum simpul.

"Tapi menurut kamu, kira-kira siapa yang menelponku ya?" Arin mencoba bertanya hal itu kepada Riki.

Riki mengendikan bahu tidak tahu.

"Jangan dipikirin dek. Nanti malah membuatmu kehilangan fokus. Mungkin orang itu salah sambung."

"Salah sambung? Tapi ko ia tahu namaku?"

***

LANJUT GAAAA?

Argarin 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang