Dokter itu berjalan keluar menemui Sonya dan Frans yang masih menangis.
"Nyonya Sonya, Tuan Frans. Maaf.."
"Kenapa dok? Anak saya kenapa dok?" Tanya Sonya histeris. Ibu paruh baya itu sepertinya sangat terpukul, ia tidak bisa terima jika putra kesayangannya pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.
"Maaf Nyonya, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan sepertinya berkehendak lain untuk Arga. Arga dinyatakan sudah meninggal dunia." Ucap dokter itu dengan raut wajah sedih.
Mendengar ucapan sang dokter, membuat semua orang yang menyayangi Arga menangis sekejar-kejarnya.
"Arga kenapa tinggalin mama nakkkk!! Hiks..hiks.." jerit Sonya sambil terus memukuli dadanya sendiri. Ia tak kuasa untuk melihat jenazah putranya.
"Nak, kenapa kamu duluan yang pergi? Kenapa bukan papa?" Rintih Frans sambil mengeluarkan air matanya.
"Maaf Tuan, jenazah Arga akan kami antar sekarang ini." Ucap dokter.
Jenazah Arga diantar dengan mobil ambulans, diikuti oleh mobil dan motor teman-temannya yang lain. Semuanya berduka. Semuanya merasa kehilangan keluarga, kerabat, teman, kakak, adik, dan saudara. Alaska dan yang lain kehilangan teman terbaiknya. Sonya dan Frans kehilangan putra kesayangannya. Arin, kehilangan mantan kekasih yang sampai saat ini masih mengisi hatinya.
Sesampainya dirumah duka, jenazah langsung dimandikan. Selesai di mandikan, jenazah Arga akan dikuburkan hari ini juga. Tepatnya pada pukul 15.30 WIB.
"Ka Arin, kakak yang sabar ya. Abang Arga udah tenang disana. Kakak ga boleh sedih lagi. Abang Arga pernah bilang ke Nesya kalo Abang Arga ga suka ngeliat ka Arin sedih." Ucap Nesya, anak itu terlihat lebih dewasa sekarang. Mungkin karena sudah lama tidak bertemu, sehingga Arin pangling dengan Nesya, adiknya Arga yang sekarang ini.
"Iya Nesya, kakak bakal mencoba buat ikhlas kok." Ucap Arin. Bohong! Sejujurnya gadis itu masih belum mengikhlaskan kepergian Arga.
"Mama mana nes?" Tanya Arin saat ia melihat tidak ada keberadaan Sonya disini.
"Mama dikamarnya kak, kayanya mama terpukul banget sama kepergian Abang Arga." Ucap Nesya.
Kak Arin juga terpukul Nesya. Batin Arin sedu. Matanya terlihat sangat sembab akibat gadis itu terlalu sering menangis.
Jenazah Arga sekarang sudah dimakamkan. Arin menaburkan bunga diatas kuburan Arga. Gadis itu menaburkan bunganya sambil terus menangis, ia masih belum menerima kepergian Arga.
"Sayang, jangan ditangisi terus Arganya. Mama tau kamu belum ikhlas, tapi apa kamu ga kasian sama Arga kalau kamu nangisin dia terus? Hapus air mata kamu ya nak." Ucap Winda sambil menghapus air mata putrinya.
"Iya sayang, ikhlas ya nak." Sambung Ferdi sambil berusaha menenangkan putrinya.
Arin hanya terdiam sambil terus menangis. Ia memeluk batu nisan Arga, kemudian menumpahkan semua air matanya diatas tempat peristirahatan terakhir Arga. "Arga? Kenapa kamu pergi secepat ini? Kenapa kamu tinggalin aku sendiri disini? Aku masih belum bisa terima kalo kamu pergi ninggalin aku selama-lamanya."
Sonya melihat Arin yang sangat terpukul karena kepergian putranya. Sontak saja dengan segera Sonya memeluk Arin. Ia menenangkan Arin. Menyuruh Arin untuk ikhlas, padahal dirinya sendiri pun belum bisa mengikhlaskan kepergian putranya.
"Arin sayang, Tante tau kamu berat banget buat mengikhlaskan kepergian Arga. Tapi harus kamu inget sayang, Arga itu milik Allah, dan akan kembali lagi ke Allah. Dan sekarang terbukti kan nak, Arga sudah kembali lagi kepada penciptanya. Kamu harus kuat ya nak, Tante juga disini lagi berusaha untuk kuat, Tante lagi berusaha buat mengikhlaskan kepergian anak Tante, Arga." Ucap Sonya yang malah membuat tangisan Arin semakin menjadi-jadi. Gadis itu memeluk erat ibu yang sudah melahirkan, membesarkan, dan merawat Arga sampai Arga sebesar ini. Ia menumpahkan semua beban dan air matanya dipelukan Sonya. Begitupun sebaliknya, Sonya juga menumpahkan semua beban dan air matanya dipelukan Arin, gadis yang selama ini masih diharapkan oleh putranya, Arga.
Ini pertama kalinya Arin kehilangan orang yang sangat ia sayangi. Ia tidak pernah berpikir jika ia akan kehilangan Arga secepat ini. Ia hanya berpikir jika Arga akan sembuh, jika Arga akan pulih, dan jika Arga dapat menjadi kekasihnya kembali.
"Ga, gue ga nyangka lo bisa pergi secepat ini. Lo itu satu-satunya temen gue yang konyol, lo selalu jadi penengah kalo gue lagi ribut sama yang lain. Lo itu baik banget ga, gue masih ga nyangka." Ucap Rafa tanpa sadar air matanya menetes begitu saja. Pria itu menghapus air matanya kasar. Ia tidak ingin terlihat lemah didepan tempat peristirahatan terakhir Arga.
"Iya ga, lo itu orang yang kelewat baik. Lo selalu bantu gue kalo gue lagi kesusahan. Lo juga selalu traktir gue kalo gue lagi ga punya duit. Kebaikan lo ga bakal bisa gue lupain brother." Ucap Alaska sambil menghapus air mata yang mengalir di pipinya.
"Ga, cuma 1 pesan dari gue, lo baik-baik disana ya. Kita semua disini bakalan terus doain lo." Ucap Rangga. Pria itu terlihat sedang menghapus air matanya dengan slampe kepunyaannya.
"Arga, gue masih ga nyangka lo pergi secepat ini. Padahal waktu itu lo bilang kalo lo kangen ngumpul bareng anak-anak. Sekarang, anak-anak udah ngumpul Ga." Lirih Dhirga sedih.
"Iya Ga, kita sekarang cuma bisa mengenang lo doang. Palingan kalo kita pada kangen sama lo, kita bakal sering-sering mengunjungi lo kesini." Timpal Fino sambil menghapus air matanya.
"Arga, lo sekarang ga ngerasain sakit lagi, lo sekarang udah tenang dialam sana. Gue cuma bisa berharap yang terbaik aja ga buat lo." Ucap Vira sambil menahan air matanya.
"Iya Ga, gue disini ga bisa ngelakuin apa-apa lagi selain ngedoain lo." Lirih Olivia sambil menatap sedih kuburan Arga.
"Arga, yang tenang disana ya. Kita semua disini bakalan selalu ngedoain yang terbaik buat lo." Ucap Indy sambil menghapus air matanya.
Sekarang adalah hari dimana Arga pergi meninggalkan keluarga, kerabat, dan saudaranya untuk selama-lamanya.
Selamat jalan Arga, semoga tenang!
***
udh ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Argarin 2
Teen FictionSEQUELNYA ARGARIN !!! DIHARAPKAN MEMBACA ARGARIN YANG PERTAMA DULU!!! ----- Jujur saja, setelah kamu pergi meninggalkan ku, aku jadi trauma untuk memulai cinta yang baru lagi. Aku jadi malas jika harus beradaptasi lagi dengan laki-laki yang berusaha...