Part 10 : Penasaran

1.4K 70 8
                                        

Ia mengambil ponsel, kemudian menghubungi seseorang.

"Halo, bisa jemput gue? Gue udah di Jakarta."

"Okey, gue tunggu."

Sekian lama menunggu, akhirnya yang ia tunggu-tunggu pun datang juga.

"Bang rayyyyyy!!!" Pekik Arin sambil berlari memeluk Rayhan, abangnya yang sekarang sudah menjadi seorang dokter disalah satu rumah sakit yang ada di Jakarta.

"Woiiii Arin, adik gue yang manja! Uuuuu, apa kabar lo disana?" Tanya Rayhan girang. Ia mencubiti kedua pipi Arin, membuat sang empunya merasa kesakitan.

"Iishh, sakit! Ya baik lah, lo ga liat gue disini masih bisa berdiri, masih sehat walafiat." Ucap Arin.

"Lah iya ya?"

"Iya. Mending bawain barang-barang gue bang, gue cape banget asli. Gue ke mobil duluan ya. Lu bawain aja terus taro dibagasi, oke abangku yang unyu-unyu kaya penyu?" Ucap Arin dengan candaan khasnya jika ia sedang menggoda Rayhan.

Rayhan memutarkan bola matanya malas, kemudian menghela nafas sejenak. "Ga usah so baik lo ah, muji kalo ada maunya doang." Ucap Rayhan sambil memasukan 1 per 1 barang bawaan Arin.

Setelah semua barang Arin masuk ke dalam bagasi, Rayhan menaiki mobilnya, kemudian mobil melaju dengan kecepatan sedang, dikarenakan lalu lintas di Jakarta cukup padat.

Rayhan melirik adiknya sekilas yang duduk disebelahnya, adiknya terlihat tertidur pulas, gadis itu menyenderkan kepalanya dijendela mobilnya. Mungkin Arin kecapean, pikirnya.

Dengan ulah usil yang ada dikepalanya sejak tadi, Rayhan memutar lagu dangdut yang ada di radio mobilnya dengan volume yang bisa dibilang cukup besar. Disaat lagu sudah diputar, Arin mengerjapkan matanya berkali-kali sesambil memegangi telinganya.

"BANG RAY! MATIIN GA!" Omel Arin sarkas sambil terus menutup telinganya.

"Apaan si lo, lagunya enak juga. Coba nyanyi nih. Kemana kemana kemana, ku harus mencari kemana? Kekasih tercinta tak tau kemana-"

"STOP!! TURUNIN GUE DISINI." Pekik Arin sambil membulatkan matanya. Gadis itu benar-benar marah karena ulah abangnya, karena merasa jam tidurnya yang sudah diganggu oleh Rayhan.

"Dih Arin, maafin abang Rin." Pinta Rayhan. Ia merasa bersalah karena telah menjahili adiknya sendiri. Padahal Rayhan tau kalau adiknya itu memiliki sifat jelek, yaitu ngambekan, dan gampang marah.

"Rin maafin abang ya?" Pinta Rayhan sambil menunjukan puppy eyesnya.

Arin hanya diam sambil menatap kosong jalanan.

"Rin, nanti abang beliin CD barbie deh."

What? Udah banyak CD barbie dilemari gue.

"Eh atau engga, Arin mau eskrim? Ayu beli?"

"Ga mau ya, terus Arin maunya apa?"

Arga. Jawab Arin didalam hatinya.

Perasaanya masih sangat kesal dan jengkel dengan kelakuan jail abangnya. Bayangkan saja, Arin sedang nyenyak-nyenyaknya tidur, tetapi abangnya malah memutar lagu dangdut dengan volume yang cukup besar. Jika saya Rayhan bukan abangnya, sudah dipastikan kalau Arin akan melempar Rayhan ke laut sampai pria itu dimakan ikan paus dan ikan hiu.

"Eh iya Rin, sebulan yang lalu Arga kerumah." Ucapnya sambil fokus mengemudi mobil.

Arga? Ngapain dia kerumah? Minta sumbangan kali ya? Hm.

"Ngapain?" Tanya Arin bingung.

"Giliran Arga aja, gesit." Cibir Rayhan.

"Dia ngapain?" Ulang Arin, ia terlihat serius mendengarkan.

"Nanyain lo kuliah dimana. Terus gue bilang aja lo kuliah di UGM."

"Terus terus?" Tanya Arin.

"Kaya tukang parkir lo!"

"Berisik lo. Cepet keterusannya apa?!" Omel Arin.

"Ga sabaran banget lo."

"Lama lo bang."

"Terus dia bilang kalo dia itu mau-" Ucapan Rayhan sengaja ia gantung, untuk membuat para readers Argarin penasaran.

***

Follow ig : @jihanenl

Argarin 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang