Part 18 : Reinkarnasi

1.7K 70 17
                                    

"Permisi,"

"Masuk." Ucap gadis itu tenang sambil terus memfokuskan kembali kegiatannya, membuat desain rumah.

"Maaf Bu, dibawah ada orang yang ingin melamar pekerjaan."

"Bawa dia kesini."

"Baik Bu."

Sebelumnya, Arin sudah wisuda. Ia mendapat gelar Insinyur Jurusan Teknik, Arsitektur. Gadis itu telah menyelesaikan pendidikan S1-nya 2 tahun yang lalu. Setelah sebelumnya ia bekerja di perusahaan milik orang lain, sekarang dengan hasil jerih payahnya Arin mampu mendirikan perusahaan miliknya sendiri. Ia mendirikan perusahaannya di kota asalnya, yaitu Jakarta.

Diusianya yang sudah menginjak umur 25 tahun, tetapi gadis itu masih belum juga ada niatan untuk menikah dan berumah tangga. Padahal waktu itu, gadis itu sempat ingin menikah, tetapi karena kelakuan busuk calonnya itu yang menyelingkuhi Arin, membuat Arin memutuskan untuk membatalkan rencana pernikahannya. Tidak seperti teman-temannya yang lain, yang sudah berumah tangga dan sudah memiliki anak.

"Permisi,"

"Masuk."

Pelamar pekerjaan itu berjalan menghampiri meja Arin lalu duduk dihadapannya. Karena Arin terlalu fokus dengan laptopnya, ia sampai tidak sadar kalau si pelamar pekerjaan sudah ada dihadapannya.

"Eh sorry, kamu yang mau melamar pekerjaan ya?" Tanya Arin, gadis itu terus menatap laptopnya tanpa sedikitpun menatap ke arah pelamar pekerjaan itu.

"Iya Bu."

Sepertinya Arin mengenali suara khas pria tersebut. Gadis itu menoleh, menatap pria yang sekarang sedang mempersiapkan berkas-berkas untuk melamar pekerjaan.
Arin sepertinya sudah tak asing lagi dengan si pria ini. Begitu Arin melihat wajah si pria, bibirnya terbungkam, matanya membulat, air matanya turun tak karuan.

"A..Argaa." lirih Arin.

"Arga?" Tanya si pria itu kebingungan.

"Iya, kamu Arga kan? Kamu masih hidup Ga? Astaga, aku kangen banget sama kamu." Lirih Arin sambil terus meneteskan air matanya.

"Maaf Bu, saya Arka bukan Arga."

"Arga, jangan bercanda Ga. Ini pasti kamu. Sumpah bercandaan kamu ga lucu banget." Ucapnya masih dengan nada terharu sekaligus tidak menyangka.

"Bu saya Arka." Ucap si pria yang bernama Arka itu sambil menunjukan KTP-nya.

Arka Neo Pratama

"Maaf, tapi muka kamu mirip sekali dengan mantan kekasih saya yang sudah meninggal 5 tahun yang lalu." Ucap Arin sambil menitikkan air mata.

"Sebentar, saya ada fotonya." Gadis itu beranjak bangun dari kursinya kemudian mengambil foto Arga yang sudah ia bingkai dengan rapi.

"Coba kamu lihat." Perintah Arin sambil menyodorkan bingkai foto itu ke Arka.

"Iya betul yang ibu Arin bilang, mantan kekasih ibu ini mirip sekali dengan saya."

"Maaf kalau saya lancang, apa kamu mempunyai kembaran?" Tanya Arin.

"Saya tidak tau. Sejak kecil saya tidak pernah bertemu dengan orang tua saya. Saya dirawat oleh kakek dan nenek saya." Ucap Arka sambil menahan dirinya untuk tidak menangis.

"Bagaimana kalau sekarang kamu ikut saya ke rumah orangtuanya Arga. Kebetulan rumahnya tidak terlalu jauh dari sini."

"Apa tidak merepotkan ibu?"

"Tidak."

"Oke Bu, saya mau ikut ibu kerumah orang tuanya Arga."

"Oke, ayu sekarang kita ke parkiran. Saya mau ambil mobil saya dulu."

"Biar saya saja Bu yang nyetir."

"Baiklah."

Mobil putih dan mewah itu berjalan pergi meninggalkan perusahaan Arin.

15 menit kemudian, Arin dan Arka sudah tiba diperkarangan rumah Arga. Arka memarkirkan mobil Arin. Kemudian mereka berdua turun dari mobil.

"Hufft.." Gadis itu menarik nafasnya pelan. Ia berjalan menuju ke pintu rumah orang yang sampai saat ini masih sangat ia cintai.

"Permisi,"

Tak cukup lama, keluarlah Sonya. Ibu paruh baya itu tersenyum menatap Arin. Tetapi begitu Sonya melihat Arka, raut wajah yang tadinya tersenyum bahagia seketika berubah menjadi terharu sekaligus kaget.

"Ar.. arga?" Tanya Sonya.

"Maaf Tante, saya Arka. Arka Neo Pratama." Ucap pria itu. Arga dan Arka sangatlah mirip. Yang membedakan diantara keduanya adalah tahi lalat yang hinggap di kening Arka.

"Pah, papah!" Panggil Sonya histeris.

"Tante, tante, tante kenapa?" Tanya Arin panik.

Tak lama, munculah Frans. Pria paruh baya tersebut juga sepertinya sangat terkejut begitu melihat Arka, yang notabennya sangatlah mirip dengan anaknya, Arga.

"Arga? Kamu kembali nak?" Tanya Frans, tanpa sadar air matanya mengalir.

"Saya Arka om. Arka Neo Pratama. Saya bukan Arga."

"Kamu mirip sekali dengan almarhum anak saya." Ucap Sonya.

***

lanjut lagi?

Argarin 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang