"Tante, apa Arin boleh izin masuk ke ruang rawat Arga?" Tanya Arin. Gadis itu masih saja menangis tak henti-hentinya.
"Boleh nak, tentu saja boleh." Jawab Sonya lesu. Matanya terlihat sembab akibat wanita paruh baya itu menangisi anaknya yang sedang koma.
Arin tersenyum simpul, ia berjalan memasuki ruang rawat Arga.
Gadis itu memperhatikan Arga dengan seksama, wajahnya terlihat pucat dan bersih, bibirnya pun juga terlihat pucat.
Arin duduk tepat disebelah ranjang Arga. Ia menggenggam erat pergelangan tangan Arga kemudian menciumnya. Gadis itu membiarkan air matanya mengalir dengan deras.
"Kenapa Arga ga bilang ke aku kalo Arga sakit?" Tanya Arin, walaupun ia tau ia tidak akan mendapat jawaban apapun dari mulut Arga.
"Emangnya dengan cara Arga memutuskan buat pergi ninggalin aku, itu solusinya? Engga. Kalo kaya gitu, sama aja kaya Arga ninggalin banyak teka-teki buat aku."
"Aku masih ga nyangka kalo keadaan Arga sekarang kaya gini." Ucapnya sambil terisak.
"Aku juga masih ga nyangka kalo cewek yang waktu itu Arga rangkul ternyata dia itu saudara kamu. Arga pinter akting ya sekarang."
Kring kring kring!
Ponsel Arin berdering, menandakan ada yang menelponnya. Gadis itu mengambil ponselnya dari tas selempang miliknya, kemudian tertera nama Olivia yang menelponnya. Ia mengangkat sambungan telepon itu.
"Halo Rin."
"Halo Ol, kenapa?"
"Udah sampe Jakarta ga bilang-bilang lagi lo."
"Gue lupa. Soalnya sekarang gue lagi dirumah sakit."
"Hah, siapa yang sakit?"
"Arga."
"Serius lo?"
"Iya."
"Astaga, Arga sakit apa?"
"Paru obstruktif kronis. Dan sekarang Arga lagi koma. Gue ga tau sampe kapan Arga koma. Gue cuma berharap dia bisa pulih dari penyakitnya, bisa sembuh, bisa kaya dulu lagi."
"Ya ampun Rin, lo yang sabar ya. Gue disini sama anak-anak yang lain bakal doain kesehatan Arga ko. Oiya, gue ngajak anak-anak yang lain buat jenguk Arga ya?"
"Iya."
"Yaudah, jangan sedih lagi Rin. Oke?"
"Hm iya."
"Arga dirawat dirumah sakit mana?"
"Rumah sakit sejahtera. Kamar nomor 113."
"Ohh, okeyyy."
Titttt
Sambungan teleponnya terputus. Ia menaruh kembali ponselnya didalam tas selempang kepunyaannya. Lalu melanjutkan kembali aktifitasnya yaitu, mengajak Arga berbicara. Katanya, kalo kita mengajak orang yang sedang koma berbicara, orang itu sebenarnya mendengar pembicaraan kita. Hanya saja orang itu tidak bisa melihat siapa yang sedang berbicara kepadanya.
Arin masih saja menangisi Arga. Gadis itu sepertinya tidak sayang kepada air matanya.
20 menit kemudian. Datanglah teman-teman Arga dan Arin saat mereka masih SMA dulu. Tak banyak yang berubah, hanya gaya berpenampilan mereka saja yang berubah menjadi lebih modis.
Teman-temannya sudah meminta izin kepada Tante Sonya dan Om Frans untuk masuk ke dalam, tentu saja Tante Sonya dan Om Frans menyetujuinya.
"Assalamualaikum, Arin apa kabar lo astaga?!" Pekik Olivia sambil memeluk Arin. Penampilan Olivia sekarang sudah berubah 90°. Olivia jadi suka mengenakan pakaian yang menutup auratnya, bahkan gadis itu sekarang sudah menetapkan dirinya untuk berhijab.
Arin membalas pelukannya. "Ga usah lebay sialan."
Olivia melepaskan pelukannya, kemudian menatap Arin jengkel. "Kan gue kangen sama lo. Secara terakhir ketemu pas kelulusan SMA doang."
Arin hanya menyengir, matanya terlihat menyipit akibat gadis itu terlalu sering menangis.
"Udah Rin, lo jangan sedih terus. Masih ada kita-kita ko disini. Kita juga bakal doain yang terbaik buat Arga." Ucap Vira sambil berusaha menenangkan Arin. Nah, kalo Vira penampilannya polisi BANGETTTT. Rambutnya ia potong pendek, badannya pun sigap, selain itu sepertinya Vira juga sekarang sangat memperhatikan pola makannya.
"Iya Vir. Ga nyangka aja sih gue, gue aja baru tau dari sodaranya barusan kalo Arga dirawat. Bahkan pas gue udah sampe ke rumah sakit, gue dapet kabar kalo Arga udah koma." Ucap Arin sambil menghela nafasnya sejenak.
"Emangnya Arga sakit apa Rin?" Tanya Rangga. Diangguki oleh Alaska, Fino, Dhirga, dan Rafa.
"Paru obstruktif kronis Rang. Kata dokter paru-parunya Arga sudah rusak."
"Astaghfirullah. Ga nyangka temen 1 tongkrongan gue sekarang sedang berjuang melawan penyakitnya sendiri. Semangat sob, gue selalu doain lo gimana pun keadaanya. Kalo lo udah sembuh, gue janji gue bakal selalu ada disisi lo." Ucap Alaska sambil menatap wajah pucat Arga. Pria itu menitikan air matanya. Lalu menghapusnya kasar. Ia tidak mau terlihat lemah. Ia harus kuat.
"Sabar Rin, gue tau rasanya ada diposisi lo gimana. Apalagi ini lo udah lama ga ketemu sama Arga, terus sekalinya ketemu tiba-tiba dapet kabar kalo Arga lagi koma, itu pasti rasanya benar-benar sakit." Ucap Indy. Arin tersenyum mendengar ucapan Indy. Tak banyak yang berubah dari Indy, hanya warna rambutnya saja yang berubah. Kalau yang dulu warna rambutnya adalah hitam, dan yang sekarang Indy lebih memilih untuk mewarnai rambutnya dengan warna coklat.
"Iya gue sabar terus. Gue disini ga minta yang macem-macem sama kalian semua. Gue cuma minta supaya kalian selalu doain Arga gimanapun keadaanya. Gue cuma bisa berharap yang terbaik buat Arga." Lirih Arin sedu.
"Tanpa lo minta, kita semua pasti bakalan terus doain Arga. Ya kan temen-temen?" Ucap Alaska dengan kalimat bijaknya.
Semuanya hanya terdiam tanpa berniat untuk menanggapi ucapan Alaska.
"Lah ko diem?" Tanya Alaska lagi.
"Gue bukan temen lo!" Ucap Rangga.
"Nah 2." Sambung Fino.
"3." Sambung Dhirga.
"4." Sambung Rafa.
Semuanya tertawa melihat aksi kekonyolan yang selalu ditampilkan oleh teman-temannya Arga.
"Eh iya Shila mana rang?" Tanya Arin saat ia menyadari jika Shila tidak ikut dan tidak ada disini.
"Ini yang gue mau kasih tau ke kalian semua." Ucap Rangga sambil menampilkan wajahnya yang lesu.
"Ngasih tau si ya ngasih tau aja. Tapi itu muka lo kondisikan dong, jangan dijelek-jelekkin." Ledek Dhirga.
"Anjing." Umpat Rangga.
"Ngga, serius serius lo kenapa lagi sama Shila?" Tanya Vira.
"Bukannya waktu itu lo masih pacaran kan sama Shila?" Sambung Olivia.
"Iya ini gue jawab ya satu persatu."
"Sok atuh jawab." Ucap Fino.
"Yang pertama, gue udah ga ada hubungan apa-apa lagi sama Shila. Gue putus sama Shila sebulan yang lalu dan gue gatau apa alasan dia mutusin gue."
Semuanya terlihat begitu serius saat mendengar penuturan dari Rangga.
"Yang kedua, gue baru tau 2 minggu yang lalu alasan Shila mutusin gue."
"Apa alasannya?" Tanya Arin penasaran.
"Iya apa rang alasannya?" Sambung Indy.
"Penasaran nih gue." Ucap Vira.
"Tau lama banget lo." Balas Olivia yang nampak serius sekali mendengarkan.
"Alasannya itu, bulan depan Shila nikah." Kata-kata itu keluar polos dari mulut Rangga.
"HAHHH?!!!"
***
ga mood nulisss
KAMU SEDANG MEMBACA
Argarin 2
Teen FictionSEQUELNYA ARGARIN !!! DIHARAPKAN MEMBACA ARGARIN YANG PERTAMA DULU!!! ----- Jujur saja, setelah kamu pergi meninggalkan ku, aku jadi trauma untuk memulai cinta yang baru lagi. Aku jadi malas jika harus beradaptasi lagi dengan laki-laki yang berusaha...