"Mbakyu bangun mbakyu, sudah jam 7. Mbakyu kan harus siap-siap untuk pergi ke Jakarta." Suara Bi Tata yang mengetuk ngetuk pintu kamar Arin telah sukses membuat gadis itu mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia membangunkan tubuhnya dari posisi tidur terlentang yang sudah menjadi kebiasaanya. Kemudian ia berjalan menuju ke jendelanya, membuka gordennya kemudian menghirup udara segar pada pagi hari di kota istimewa, Yogyakarta.
"Iya Bi, ini Arin juga bangun." Balasnya singkat.
Ia berjalan menuju ke kamar mandinya, kemudian melaksanakan ritual mandinya. Gadis itu kembali teringat tentang pesan misterius yang ia terima kemarin. Selain pesan misterius, ia juga menerima telepon misterius, dimana sang penelpon berbicara jika ia ingin bertemu dengan Arin di Monumen Nasional yang ada di Jakarta.
"Ishhh, ngapain coba mikirin orang ga penting kaya dia. Kenal dia juga engga, tapi malah ngajak ketemu, aneh." Gumamnya.
Setelah mandi, Arin mengambil 1 pasang baju yang akan ia kenakan. Gadis itu mengambil celana levis pendek berwarna navy, dengan atasan berupa kaos polos putih miliknya, kemudian ia juga mengenakan sepatu pink kesukaannya. Arin menyisir rambutnya, rambutnya masih sedikit basah karena faktor mandi tadi.
Setelah ia rasa penampilannya sudah cukup rapih dan cantik, gadis itu mengambil koper beserta beberapa tas yang ia bawa selama ia berada diperjalanan menuju ke Jakarta.
Langkah kakinya pergi menuju ke ruang makan. Dimana diruang makan itu sudah tersedia beberapa macam lauk pauk disertai dengan buah-buahan segar, dan tak lupa juga susu putih hangat.
"Sarapan dulu mbakyu." Ucap Bi Tata, ibu paruh baya itu menghentikan aktivitas mengelap piring beserta gelas.
"Iya Bi, ini Arin mau makan."
"Eh iya, bentar yo mbakyu." Ucap Bi Tata sambil berlari ke arah luar rumah.
Sambil menunggu Bi Tata, Arin mengambil satu centong nasi dilengkapi dengan sayur dan tak lupa juga nugget yang menjadi makanan kesukaannya. Melahap 1 demi 1 makanan yang ia ambil.
"Nah ini." Ucap Bi Tata sambil membawa buker boneka panda. Baik Bi Tata maupun keluarga Arin yang berada di Jakarta, sudah tak heran lagi jika Arin sangat menyukai karakter panda.
"Lho, ini punya siapa Bi?" Tanya Arin bingung. Pasalnya ia tidak memesan buket boneka. Pasti si pengirim salah alamat, gumamnya.
"Ini punya Mbakyu, dari mas Riki." Ucap Bi Tata sambil tersenyum.
Arin terdiam.
"Tadi Riki kesini Bi?" Tanya Arin penasaran.
Bi Tata mengangguk. Ia memberikan buket boneka itu kepada Arin.
Buket yang cantik.
Seandainya saja jika Riki tidak mengungkapkan perasaanya kepada Arin, sudah dipastikan jika hubungan keduanya akan baik-baik saja.
Tit Tit Tit
Suara klakson mobil itu telah membuat Arin dan Bi Tata menatap keluar. Arin baru saja ingat jika itu adalah taksi yang ia pesan untuk mengantarkannya ke bandara.
"Ah iya, itu taksi Arin Bi." Ucap Arin sambil membawa koper beserta tas kepunyaannya. Ia melirik ke arah jam dinding yang menggantung di dinding rumahnya. Jam menunjukan pukul 09.00 WIB. Itu berarti tandanya bahwa pesawat yang akan ia taiki akan take off 1 jam lagi.
"Sini mbakyu, Bibi bantu." Ucap Bi Tata sambil mengambil alih koper yang Arin bawa menjadi ia yang membawa koper itu.
"Makasih Bi."
Bi Tata tersenyum simpul.
"Pak, tolong masukin barang-barang saya ya." Pinta Arin kepada supir taksi tersebut.
"Nggeh Mbakyu." Jawabnya.
Supir taksi itu memasukan barang-barang Arin. Mulai dari koper, beserta tas yang berisi makanan dan keperluan pribadi lainnya.
"Arin pamit pergi dulu Bi, assalamualaikum." Pamit Arin kepada Bi Tata sambil mencium punggung tangannya. Gadis itu sudah menganggap jika Bi Tata adalah ibu keduanya, setelah mamanya yang ada di Jakarta.
"Hati-hati Mbakyu." Ucap Bi Tata sambil mengelus-elus rambut Arin.
Arin mengangguk sambil tersenyum simpul. Gadis itu berjalan memasuki mobil, kemudian mobil melaju meninggalkan perkarangan rumah Arin.
Di mobil, Arin hanya berdiam sambil terus memperhatikan buket boneka pemberian Riki. Buketnya cantik, Riki tau betul dengan kesukaan Arin.
Kring!
"Sudah terima buket boneka pandanya? Semoga kamu suka ya dik."
Itu pesan dari Riki.
Arin membalas pesan itu. Walaupun sebenarnya perasaanya masih kesal sekaligus kecewa karena Riki malah mengungkapkan perasaannya kepadanya.
"Terimakasih.. yang berbau panda, aku selalu suka."
Arin memperhatikan sekelilingnya, keadaan kotanya masih sangat asri dan nyaman. Masih bersih dari polusi.
"Sudah sampai Mbakyu." Ucap supir taksi itu. Arin mengeluarkan lembaran uang kertas berwarna biru, kemudian memberikannya kepada supir taksi itu.
"Aduh mbakyu, saya ngga ada kembalian." Ucapnya sayu.
"Buat bapak aja, saya ikhlas." Ucap Arin sambil tersenyum.
Supir taksi itu menampilkan raut wajahnya yang senang. "Terimakasih mbakyu, semoga rezeki mbakyu berlimpah, dimudahkan karirnya, serta semoga cepat mendapat jodoh."
Jodoh? Lantas bagaimana jika seseorang yang ia harapkan untuk menjadi jodohnya sudah mempunyai kekasih baru? Bahkan sepertinya pun, mereka berdua sudah bahagia.
Arin memasuki bandar udara internasional Adisutjipto, kemudian gadis itu lebih memilih untuk duduk sambil menunggu pesawatnya take-off.
"Duh lama banget sih pesawat gue. Maskapainya mana lagi?" Keluhnya.
"Bagi para penumpang maskapai penerbangan pesawat Garuda Indonesia, tujuan dari Yogyakarta ke Jakarta harap segera masuk ke dalam pesawat."
"Ah, akhirnya!"
Gadis itu berjalan memasuki pesawat. Ia duduk di pojok dekat jendela.
"Perhatian untuk para penumpang maskapai penerbangan pesawat Garuda Indonesia, harap mematikan ponselnya. Pesawat akan take off pada pukul 10.05 WIB, dan diperkirakan pesawat akan sampai pada pukul 11.25 WIB."
SEBENTAR LAGI..
SEBENTAR LAGI PESAWATNYA TAKE OFF.
Selagi menunggu pesawatnya take-off, gadis itu lebih memilih untuk berdiam diri, berkalut didalam pikirannya sendiri. Tidak usah ditebak siapa yang sedang ia pikirkan, tentu saja Arga jawaban paling utamanya.
"Pesawat akan take-off dalam waktu 5 detik! 5..4..3..2..1"
Maskapai penerbangan yang Arin tumpangi sudah take-off, kini sudah waktunya bagi gadis itu untuk memaksakan dirinya supaya tidur.
Ah, disaat-saat seperti ini, tentu saja Arin tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ia masih saja memikirkan mantan kekasihnya yang sekarang sedang berada di Yogyakarta, bersama dengan kekasihnya yang baru. Pikiran Arin masih saja mengacu kepada mantan kekasihnyanya, mengapa dengan waktu begitu cepat sang mantan dapat melupakan semua kenangan yang pernah mereka lalui bersama?
Karena terlalu asik melamun sekaligus berpikir, gadis itu tidak nyangka jika ia sudah tiba di Jakarta. Ia tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Setelah turun dari pesawat, Arin mengambil kopernya kemudian berjalan keluar meninggalkan bandara.
Ia mengambil ponsel, kemudian menghubungi seseorang.
"Halo, bisa jemput gue? Gue udah di Jakarta."
"Okey, gue tunggu."
***
Sumpah ga mood bikin wp:(
Jadi maaf kalo ceritanya ga jelas ya! <3

KAMU SEDANG MEMBACA
Argarin 2
Teen FictionSEQUELNYA ARGARIN !!! DIHARAPKAN MEMBACA ARGARIN YANG PERTAMA DULU!!! ----- Jujur saja, setelah kamu pergi meninggalkan ku, aku jadi trauma untuk memulai cinta yang baru lagi. Aku jadi malas jika harus beradaptasi lagi dengan laki-laki yang berusaha...