SAMUDERA 25 || BERDAMAI

9.8K 1.4K 195
                                    

Rindu sama kata-kataku sebelum memulai baca gak?

Disini gak aku kasih, gak kayak ceritaku yang lain soalnya hehe

Vote jangan lupa kayak kemarin!

Komen jangan lupa!

Enjoy.

©©©

Awal yang bagus, pikir Biru. Gadis itu tersenyum sepanjang perjalanan saat mendapat pesan dari Samudera. Dia senang karena akhirnya Samudera mau membalas pesannya. Ditambah lagi dengan balasan kata sayang padanya. Biru langsung memeluk ponsel dengan bahagia. Kiana yang melihat saja sampai mengejeknya lebay. Walau seperti itu, Biru sama sekali tidak ingin melihat ke belakang. Dia tidak ingin melihat Samudera bersama dengan gadis lain. Biarkan saja dia berpura-pura tidak mengetahui tentang hal itu. Pesan dari Samudera saja sudah cukup baginya.

Saat bus berhenti untuk istirahat makan pagi, semua anak dalam bus terlibat turun. Biru sengaja berlama-lama di dalam bus untuk mengeluarkan bekal yang sudah dia siapkan untuk dimakan bersama Samudera. Dia bisa melihat lelaki itu sudah turun bersama teman-temannya yang lain. Kiana dan Senia juga sudah dia suruh untuk turun lebih dulu.

Setelah merapikan sandwich yang dia bawa dalam kotak, Biru turun dengan riang. Dia menyempatkan diri untuk pergi ke kamar mandi terlebih dahulu untuk membasuh wajahnya. Sesudah itu, barulah dia kembali menenteng Tote bag miliknya dan mencari dimana Samudera duduk. Senyumannya terus mengembang dengan bebas. Akhirnya dia bisa mempunyai waktu bersama dengan Samudera. Setidaknya ini langkah yang bagus agar mereka berbaikan.

Biru memasuki area restoran yang sudah diisi oleh anak-anak yang siap untuk sarapan. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri mencari dimana lelaki itu duduk. Dia juga melihat ke barisan dimana antrian anak-anak yang tengah dalam barisan mengambil makanan, namun Biru masih belum melihatnya. Karena dia tidak melihat Samudera, Biru memutuskan untuk masuk lagi ke bagian dalam. Sewaktu dia melihat ke area restoran di bagian tengah, tepat di area taman, Biru melihat kekasihnya.

Samudera tengah duduk bersama dengan teman-temannya, dan tidak lupa juga ada Regina di sampingnya. Mata Biru melihat bagaimana gadis itu menyiapkan kotak bekal di atas meja lalu disodorkan kepada Samudera. Lelaki itu terlihat tidak menolaknya sama sekali. Hati Biru mencelos saat melihat semua itu. Samudera sudah berkata akan memakan bekal miliknya, walaupun hanya sekedar sandwich. Biru meremas tasnya dengan rasa kecewa. Bagaimanapun dia tidak akan bisa mengalahkan kemampuan Regina dalam memasak. Gadis itu jauh lebih baik karena membawakan Samudera berbagai macam makanan. Sedangkan dirinya?

Biru tersenyum miris melihat ke arah tas tentengnya. Air matanya sudah berada di pelupuk matanya sekarang. Tidak mau melihat ke depan lagi, dia berbalik arah memilih untuk keluar dari restoran. Matanya masih terasa panas walaupun dia sudah tidak lagi melihat pemandangan tadi. Benar-benar menyesakkan. Ingin marah, tetapi dia merasa tidak berhak. Samudera pasti pernah merasakan yang jauh lebih menyakitkan daripada yang dia rasakan. Tidak. Dia tidak berhak marah sama sekali.

Biru duduk di pinggiran trotoar dekat dengan pohon rindang. Dia melihat ke arah langit yang penuh dengan warna biru segar. Matahari belum terlalu bersinar menyalang. Masih dengan sinar lembut menemani udara pagi yang sejuk. Biru duduk di depan restoran sendiri, menikmati hatinya yang sedang merasa sakit karena kecewa. Dia menekuk lututnya sampai ke depan dada lalu menundukkan kepala diantara sela lututnya. Air mata yang tadi masih di pelupuk keluar sendiri sekarang. Dia tidak peduli bahkan jika ada guru pendamping atau anak lain yang melihatnya seperti ini. Dia butuh mengeluarkan kekecewaannya agar dadanya tidak merasakan sesak lagi.

Samudera (JUPITER SERIES #2) [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang