SAMUDERA 16 || DITERIMA

14.4K 1.8K 641
                                    

Masih ingat apa yang wajib?

Yak vote dan Comment! Jangan bosen-bosen buat vote dan spam disini yaa!

Kita mulai keuwuan Samudera dan Biru dari sini.

Enjoy!

©©©

Samudera sesekali melirik ke samping gugup. Ruangan yang seharusnya dingin karena ada kipas angin mendadak terasa panas seperti sauna. Beberapa luka di wajahnya sudah mulai membiru. Setiap dia berekspresi banyak maka sakitnya baru akan terasa. Tapi, bagaimana dia bisa mengendalikan ekspresi bahagianya jika sumber kebahagiaan itu ada di sampingnya. Duduk berdampingan di sebuah sofa panjang walau masih terpampang jarak diantara mereka.

Ternyata tidak hanya Samudera saja yang kadang melirik-lirik salah tingkah, tetapi juga dengan Biru. Gadis itu bahkan menautkan kedua telapak tangan di pangkuannya. Bingung harus berkata apa setelah pertanyaan terakhir yang dia lontarkan. Mengingat itu justru membuat pipinya menjadi tambah memerah. Keringat mulai meluncur di dahi. Sekarang, dia dan Samudera hanya berdua di sudut ruang. Masih satu ruang dengan arena tinju, namun agak jauh.

Mata Biru melarikan diri melihat ke arah ring yang sekarang kembali dipakai untuk duel antara Nolan dan Bagus kali ini. Kening Biru berkerut saat melihat Nolan yang lebih banyak terkena pukulan, tidak seperti saat lelaki itu melawan Samudera. Sorak Sorai juga masih terdengar samar dari tempat dia duduk.

"Mereka cuma main-main."

Biru menoleh saat Samudera bersuara karena melihatnya mengamati Nolan dan Bagus di arena. Tatapan mereka kemudian bertemu, tidak lama kemudian Biru membuang muka karena merasa panas. Tubuhnya bergerak-gerak sambil mengipas dirinya, salah tingkah. Begitu juga dengan Samudera, karena tidak hati-hati bergerak, perutnya yang masih terasa nyeri mulai terasa. Lelaki itu mendesis menahan rasa sakit, sampai tidak sadar kalau desisan itu terdengar oleh gadis di sampingnya.

"Kamu gapapa? Mana yang sakit? Perut yah? Aku panggil Bagus yah, buat bawa kamu ke Rumah Sakit? Lagian tadi kamu sampai muntah darah gitu. Sebentar...."

Pergerakan Biru yang hendak berdiri terhenti. Lengannya di genggam oleh lelaki di sampingnya. Akhirnya, Biru kembali duduk dan menatap penasaran ke arah Samudera.

"Kenapa?"

"Kamu kok jadi deket sama Bagus? Gimana bisa?" Tanya Samudera dengan ekspresi wajah tidak senang.

"Hah? Gak kok. Bagus sama aku aja gak saling kenal, cuma tadi aja waktu dia jemput aku buat dateng kesini."

"Jadi dia yang jemput kamu? Berarti, dia ke rumah kamu dong?" Tanya Samudera sedikit keras.

"Iya, emang kenapa?"

"Dia naik apa kesini? Motor?"

"Iya."

"Jadi tadi kamu boncengan berdua sama dia?!"

"Iyaa."

"Ck, awas lo, Gus! Sampai lo suka sama Biru, gue abisin!" Gumam Samudera kesal.

"Sam? Kenapa?"

"Motor Bagus itu kan sport, kamu pasti tadi dempet-dempetan sama dia? Kamu gak boleh boncengan sama laki-laki yang pake motor kayak gitu lagi, Bi. Bahaya!"

"Bahaya apanya?"

"Nanti kalau cowoknya cari-cari kesempatan gimana? Kamu gak boleh boncengan sama Bagus lagi pokoknya! Biar aku nanti yang anterin kamu pulang."

Samudera (JUPITER SERIES #2) [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang