33

10.1K 267 17
                                    

Nafsu
Part 33

"Woy berisik! Ini rumah orang!" Teriak Suga sambil memangku kepala Yuwa yang bersimbahan darah.

"Owh, gue salah ya? Oke replay," Tae ngomong paan sih?

"Gak usah replay-replay! Dasar Abang laknat! Kita tuh kesini mau ngelabrak si bejat ini!" Nah, Jimin baru bener.

Jimin jatuh tertunduk melihat kondisi istrinya yang sangat memprihatinkan ini, di tendangnya Suga sampai tersungkur di lantai.

"Apa yang lu lakuin ke bini gue? Jawab! Atau gue bunuh lu sekarang!" Mata Jimin berkilat.

"Gue gak sengaja dorong dia, gue kebawa emosi," Suga tak berani menatap mata Jimin, karena dia sadar dia salah.

"Lu sadar gak siapa orang yang baru aja lu sakitin? Lu ngajak ribut sama gue?" Tae smirk, mendekati Suga, dan menarik kerah bajunya.

Tiba-tiba, Yuwa sadar dan memegang kaki Tae. Sontak ketiga laki-laki itu menghentikan aksinya dan beralih kepada Yuwa. Nafas Yuwa sudah tersengal-sengal.

"Jim, lu bawa Yuwa ke rumah sakit . Biar gue urus si Suga ini," perintah Tae.

Jimin auto gendong Yuwa sambil lari-lari keluar rumah Suga. Yuwa muntah darah, darahnya tumpah di baju Jimin. Sembari menangis, Jimin terus berlari sampai mobil dan tancap gas menuju ke rumah sakit.

"Bertahan, caghi. Gue tau lu cewek kuat!"

***

"Jimin! Gimana keadaan Yuwa?" Tanya Tae, dia baru saja tiba di rumah sakit.

"Yuwa ... Yuwa amnesia, bang," Jimin menahan tangis di depan abang iparnya.

Bagai tersambar petir di malam hari, Tae langsung jatuh dan tak bisa bangkit lagi. Tae tenggelam dalam kesedihan yang luar biasa menyakitkan. Tae bingung dan tau harus apa, Tae merasa gagal menjadi seorang kakak.

"Wawa amnesia? Bodoh! Apa gunanya gue sebagai abang? Gue gak berguna! Gue bukan abang yang baik!" Tae menyalahkan dirinya sendiri.

"Tapi bang, kata dokter, Yuwa amnesia ringan. Kemungkinan dia masih ingat 80%, dan selebihnya dia lupa," Jimin membantu Tae berdiri.

"Ayo kita masuk, gue pengen liat dia,"

Di ruangan bernuansa putih, bersih dan steril itu Yuwa terbujur lemas. Jarum infus menancap di punggung tangan kanannya.

"Dek, lu harus sembuh. Soal Suga lu gak usah khawatir, dia udah gue jeblosin ke penjara, cepet bangun. Liat disini ada Abang sama Jimin udah nungguin lu," Tae menggenggam tangan Yuwa dan berbisik sendu di telinganya.

"Bang, eomma sama appa gak di hubungin? Mereka wajib tau keadaan Yuwa sekarang," usul Jimin.

"Jangan Jim, mereka lagi ada proyek gede sekaligus pembangunan usaha mereka. Dan gue denger, saat-saat ini adalah puncaknya, jadi gue gak mau ganggu mereka dulu," kata Tae.

Fajar menyingsing, embun menetes dari dedaunan. Hari sudah pagi, hari baru, lembar baru, terjahit hangatnya sentuhan sinar mentari pagi.

"Udah pagi Jim, lu ke kampus gih. Biar gue yang jagain Yuwa, gue ada kelas sore," kata Tae.

"Iya bang. Nanti siang gue pulang, kebetulan hari ini kelas pagi. Gue pulang dulu bang," Jimin pergi dari rumah sakit.

Setelah kepergian Jimin, Yuwa membuka kedua matanya. Tae yang pertama kali di lihatnya.

"Dimana nih?" Yuwa memandang seluruh sudut ruangan.

"Yuwa, adek Abang yang kiyudh, akhirnya udah sadar, Wawa inget Abang kan?" Tae bergembira mendengar suara sang adik.

"Bang Tae, iya Wawa inget kok," Yuwa tersenyum tipis.

Mata Tae berbinar, dia sangat bersyukur Yuwa masih mengingatnya.

"Laki lu baru aja pergi," Tae mengumumkan.

"Laki? Siapa? Emang Wawa udah nikah, bang?" Yuwa mengerutkan keningnya.

Nafsu🔞 ||Jimin and yuwa🌚✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang