FAVORITE SIN

Prolog

Jennie saat ini dibuat pening oleh perasaannya sendiri. Bagaimana dengan bodohnya dia jatuh cinta pada pria tampan dengan balutan jas putih berkalung stetoskop yang nyaris selama tiga minggu selalu mengunjungi ruang rawatnya.

Berawal dari kebodohan Jennie yang mencoba untuk mengakhiri hidupnya dengan meminum lebih dari lima belas butir pil tidur dua bulan yang lalu. Hal itu Jennie lakukan setelah mendengar fakta bahwa Park Jimin kekasihnya sudah menghamili wanita lain dan mengkhianati hubungan mereka.

Jennie sangat mencintai Jimin dengan sepenuh hati, sehingga ketika mendengar hal tersebut hatinya begitu hancur. Ditengah kegundahan hati itulah Jennie memilih mengakhiri hidupnya, membawa rasa sakit di hatinya pergi bersama-sama. Alhasil Jennie mengambil sebotol pil tidur dan menengguk separuh  isi yang ada di dalam botol itu.

Tampaknya Tuhan sangat menyayangi Jennie. Sehingga pada saat itu Park Jimin berhasil masuk ke apartemennya dan menemukan Jennie sudah terbaring lemah di dalam sana.

Benar, Park Jimin lah yang sudah membawa Jennie ke rumah sakit. Maka ketika Jennie sadar, Jennie menjadi sangat marah. Untuk apa Jimin menyelamatkannya? Apa lelaki itu memang sengaja agar Jennie tetap merasakan sakit karena penghianatan yang dia lakukan?

Maka, setelah Jennie memiliki sedikit tenaga. Wanita itu pergi meninggalkan rumah sakit meskipun keadaannya belum sepenuhnya membaik. Sayang sekali, Dewi Fortuna memang tidak pernah berpihak padanya. Salah seorang dokter yang bertugas menjaga Jennie menyadari pelarian yang Jennie lakukan. Dokter tersebut pun mencoba mengejar Jennie.

Seolah belum cukup saat itu sakit yang harus dia rasakan. Dengan tubuhnya yang terus berlari tergopoh ke arah jalan raya, Jennie tiba-tiba saja di hantam oleh sebuah mobil dengan kecepatan cukup tinggi dari sisi sebelah kanannya. Jennie pun terkapar di sana saat itu. Dia tidak tahu lagi apa yang terjadi selanjutnya, karena setelah dia kembali sadar dia sudah berada di rumah sakit lagi.

Di sanalah dia bertemu dengan sosok pria itu. Pria dengan senyum secerah matahari dan suara seindah desiran ombak. Pria yang menjadi dokter penanggung jawab atas kesembuhannya.

Setiap hari dokter tersebut akan datang mengunjungi Jennie sembari berkata "Hai Jane, kau tahu? Siang ini di luar sangat indah. Aku harap keindahan hari ini bisa menularkan sedikit pancaran padamu, semoga hari mu menyenangkan"

Jennie awalnya tidak yakin jika dia memiliki perasaan pada dokter muda itu. Karena yang Jennie tahu dia sangat mencintai Jimin hingga rasanya dia ingin mati karena cintanya. Namun, setiap kali Jennie melihat dan mendengar tawa dokter penanggung jawabnya itu hati Jennie selalu saja berdebar lebih kencang. Aliran darahnya terasa semakin cepat. Dan jika sehari saja Jennie tidak melihat dokter itu Jennie akan merasa harinya sangat tidak bersahabat.

Dokter itu sangat baik dan perhatian padanya. Tidak hanya ketika Jennie sakit, bahkan sekarang ketika dia sudah keluar dari rumah sakit dokter itu tetap tidak berubah. Terbukti ketika Jennie sudah tiga kali kembali ke rumah sakit untuk memeriksa keadaannya, dokter itu masih tetap mengingat Jennie dan tersenyum manis seperti biasa.

Dan sekarang Jennie benar-benar yakin dia jatuh cinta pada dokter penanggung jawabnya.

Bagi Jennie dokter itu bagaikan malaikat yang dikirim oleh Tuhan untuk mengurangi seluruh rasa sakit yang dideritanya. Sakit di fisik maupun sakit di hatinya seketika sembuh bersamaan karena dokter itu.

Jennie menginginkannya, sangat menginginkannya.

Namun, di saat Jennie yakin dia benar-benar jatuh cinta dan sangat menginginkan dokter itu, kenyataan sekali lagi menampar Jennie dengan keras. Dokter yang sudah menyembuhkan semua lukanya, yang dia puja dan dia inginkan selama nyaris dua bulan terakhir ini ternyata sudah memiliki seorang istri. Perempuan cantik dengan rambut panjang sebahu, berkulit putih pucat dan tubuh ramping layaknya seorang model. Mereka tampak sangat cocok ketika bersama dan Jennie muak untuk mengakui hal itu.