Bagian 7.

2.2K 412 59
                                    

NP :  WHO - Lauv ft BTS

*****

"KAU GILA?!!"

Jennie refleks menutup telinganya mendengar jeritan Jisoo. Wajah sahabatnya itu tampak memerah dan nafasnya menggebu menahan emosi.

"Tarik nafas Ji, kau terlihat sangat seram sekarang" cicit Jennie mencoba membuat suasana tidak terlalu menegangkan seperti ini.

"Apa kepala mu baru saja terbentur batu? Atau kau benar-benar sudah sangat putus asa karena tidak mendapatkan Taehyung?"

"Ji, ini tidak ada hubungannya dengan Taehyung. Lagi pula aku dan Taehyung sudah putus"

"Jangan buat aku semakin ingin memukul mu ya Jen! Putus. bagaimana bisa putus? Kalian saja tidak ada hubungan apapun"

Jennie terkekeh, benar mereka tidak ada hubungan apapun sehingga bisa dikatakan putus. Hoseok juga sudah berkata hal yang sama tempo hari. Namun tetap saja, sekali lagi Jennie katakan setelah seminggu lebih tidak mengetahui kabar Taehyung, Jennie persis merasa seperti gadis yang baru putus cinta.

"Tapi aku serius Jen, kau sudah gila ya? Kau memaafkan Jimin begitu saja setelah semua yang dia lakukan padamu?"

Jennie mengangguk ragu, bukan ragu perihal memaafkan Jimin. Jennie justru ragu dengan reaksi Jisoo setelah ini. Percayalah, sahabat Jennie itu mengerikan ketika sedang marah. Persis seperti Suga kekasihnya. Pasangan kekasih itu seperti pasangan malaikat pencabut nyawa.

"Jimin sangat menyesal Ji. Lagi pula aku rasa tidak tega untuk terus memperlakukannya seperti itu. Aku bukan hanya menyakitinya Ji. Aku juga menyakitinya diriku sendiri"

Suasana seketika kembali serius. Tidak ada lagi tatapan jahil yang Jennie berikan guna untuk menggoda Jisoo. Justru sekarang perempuan cantik itu tengah merunduk dalam. Dia teringat bagaimana hancurnya Jimin dua hari lalu ketika datang ke apartemennya. Hati Jennie kembali merasa tercubit hanya dengan membayangkannya saja.

"Aku berusaha setiap hari untuk mengingatkan diriku sendiri agar aku membencinya. Ji kau tau kan? Sulit sekali bagi ku untuk membenci orang lain. Apalagi itu Jimin. Bahkan jika aku harus jujur setelah semua yang Jimin lakukan padaku, aku tidak benar-benar membencinya. Aku hanya kecewa, aku hanya marah pada diriku sendiri yang selalu memuja Jimin dulu"

"Ji, bukan Jimin yang menghancurkan ku. Tapi diriku sendiri" lanjut Jennie.

Jisoo mengangguk, dia paham. Benar-benar paham dengan bagaimana sifat Jennie. Wanita itu terlalu pemaaf, terlalu memiliki hati yang lembut, selalu ingin terlihat kuat padahal nyatanya dia sangat lemah.

"Sama seperti pada Taehyung, bukan dia yang menyakiti mu. Tapi kebodohan mu sendiri yang membuat mu sakit" celetuk Jisoo.

Tiba-tibanya Jennie kembali tersenyum lebar menampilkan deretan gigi rapinya. Semudah itukah suasana hatinya berubah. Atau dia hanya berusaha agar tidak larut dalam kesedihannya sendiri?

"Taehyung itu pengecualian. Karena suatu saat dia mungkin akan hidup bahagia bersama ku" ucapnya penuh semangat.

"Astaga Jennie. Jadi kau masih ingin merebut suami orang itu?" Geram Jisoo.

"Aku tidak merebut Ji. Aku hanya berkata mungkin. Jika tuhan berkehendak agar Taehyung akhirnya menjadi milikku, bibir cantik mu itu bisa berkata apa?" Goda Jennie lagi.

Jisoo tersungut sebal. Sudah lah, buang-buang waktu jika dia meladeni Jennie jika wanita itu sedang dalam mode menyebalkan seperti ini. Jennie dengan gummy smile dan kedua matanya yang memancarkan kejahilan harus Jisoo hindari jika dia tidak ingin mati muda.

FAVORITE SINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang