Terlambat : Sembilan Belas

1.1K 133 51
                                    

Sambil berusaha menahan sakit di kakinya, Jisung masih mencoba melepaskan ikatan di tangannya. Rasa sakit akibat goresan di kakinya membuat gerakannya lambat.

"Gak perlu lo berusaha melepaskan diri Han Jisung. Sebentar lagi pacar lo itu bakal datang. Tenang aja."

"Brengsek! Mau lo apaan?! Hyunjin gak salah apa-apa bangsat!" Jisung berusaha memancing orang itu berbicara untuk mengulur waktu.

"Enggak salah lo bilang?! Elo gak tau apa-apa Han Jisung!" Orang yang menahannya sekarang datang padanya dengan raut marah.

Srat!

"Aargh!" Jisung harus kembali menahan perih pada lengannya akibat sabetan pisau di lengannya.

Orang itu mengabaikan luka di tangan Jisung, ia justru menarik dagu Jisung untuk menatapnya. "Lo denger nih, Hyunjin yang udah buat rumor aneh tentang abang gue. Dia nyelamatin abangnya, tolol!"

"Lo bohong kan? Mana mungkin Hyunjin ngelakuin itu." Air mata Jisung perlahan mengalir. Hatinya jelas menolak jika Hyunjin yang melakukan hal itu.

"Gue selalu sama Hyunjin sejak SMP. Gue masih inget waktu dia nulis tentang seseorang. Dia bilang, dia disuruh buat nyebar rumor sama keluarganya. Dan lo tau itu rumor apa, tentang sahabat lo. Lee Minho. Abang gue."

"Kalau lo tau, kenapa gak lo cegah?"

"Gue terlambat tau kalau orang itu abang gue." Orang itu meremas rambutnya.

"Gue malah.."

"Ikut mendukung tindakan dia. Gue ikut mengolok abang gue dalam ketidaktahuan gue." Orang itu kini menangis dalam frustasi dan penyesalannya.

"Artinya itu juga salah lo." Ucap Jisung lirih.

Orang itu kini menghentikan tangis frustasinya, ia menyeringai akibat ucapan Jisung. Kini ia tertawa, entah karena sebab apa. Yang Jisung tau, tawa miris yang kini berubah menyeramkan itu menghilang setelah ia merasakan lehernya di cekik orang itu.

"Tadinya, gue cuma mau bunuh Hyunjin. Tapi mendingan lo ikut aja sama dia." Jisung merasakan nafasnya mulai terputus-putus akibat cekikan di lehernya. Tangannya masih berusaha melepaskan tali yang mengikat tangannya.

"Lix.." Jisung berusaha berbicara meski hampir tak terdengar. Cekikan di lehernya semakin menjadi, hingga pasokan nafas Jisung semakin menipis.









●●●●●









Satu tempat yang ada di pikiran Hyunjin saat ini adalah, atap. Tempat dimana Jisung pernah di sekap dan di hadapkan dengan traumanya. Dengan langkah panjangnya, ia segera menuju atap sekolah.

Setibanya di depan pintu menuju atap, Hyunjin menendang pintu itu cukup kuat. Dan memang pintu itu tidak terkunci dengan baik.

Matanya kini harus menyaksikan Jisung yang tengah terikat di kursi dengan seseorang yang mencekiknya. Namun orang itu tampak menyudahi cekikannya pada Jisung karena kedatangannya.

"Datang juga lo." Ucapnya dengan seringaian.

"Felix? Kenapa elo.."

"Kenapa? Lo kaget Hyunjin?" Felix si pelaku penyekapan itu berdiri tepat di belakang Jisung yang masih berusaha menetralkan pasokan udara ke tubuhnya.

"Jadi.. lo itu adeknya Lee Minho?" Felix kini berjalan menghampiri Hyunjin.

"Iya, lucu kan? Bisa-bisanya sahabat gue bunuh saudara gue." Hyunjin terhenyak mendengar ucapan Felix.

Terlambat [HyunSung] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang