Terlambat : Sembilan

1.2K 168 16
                                    

Tatapan Jisung masih terlihat kesal saat kembali ke sekolah. Disana dia melihat Hyunjin yang baru akan menuju parkiran. Segera saja Jisung berjalan menyusul Hyunjin yang tengah mengambil motornya.

"Gue kelamaan ya Han?" Cengir Hyunjin setelah berada di depan Jisung.

"Gak." Jisung lantas naik ke jok belakangnya. Sedang Hyunjin masih bertanya-tanya dengan cueknya jawaban Jisung.

"Han, ini helmnya." Hyunjin menyerahkan helm kepadanya. Dengan malas Jisung memakainya.

"Ayo jalan." Masih dengan suara ketusnya, hingga membuat Hyunjin mengendarai motornya meninggalkan sekolah. Sesekali ia melihat ke arah spion, pantulan wajah Jisung masih terlihat kesal.

"Han.." meski samar, Jisung mendekatkan wajahnya di pundak Hyunjin.

"Hm, apa?"

"Kerumah gue dulu, mau gak?" Jisung menganggukkan kepalanya di pundak Hyunjin.

Tubuhnya yang menempel di punggung Jisung, membuatnya nyaman.  "Jangan ge'er." Ucap Jisung sebelum melingkarkan tangannya ke pinggang Hyunjin. Awalnya ia bingung, namun senyum Hyunjin akhirnya terkembang karena perlakuan Jisung.

Setibanya di rumah Hyunjin, keduanya segera masuk. Keadaan rumah itu cukup sepi, hingga anak pemilik rumah langsung menuntun Jisung menuju kamarnya.

"Sepi ya rumah lo." Ucap Jisung setelah duduk di karpet yang ada dikamar Hyunjin.

Hyunjin mengangguk sekilas, ia lantas menuju lemari pakaiannya untuk mengambil baju.

"Iya Han, mama sama papa gue masih kerja. Abang gue udah gak tinggal disini lagi. Adek gue di asrama." Jisung manggut-manggut mendengar ucapan Hyunjin.

"Ooh gitu, lo tiga bersaudara?"

"Bener, kalau lo?"

"Sama kayak lo juga, tapi gue anak terakhir." Hyunjin mendengarkan sembari membuka seragamnya.

"Jadi lo punya abang atau kakak?" Tanya Hyunjin setelah berhasil membuka seragamnya.

"Gue punya dua abang," Ia menoleh pada Hyunjin.

"Wow.. bagus juga badan lo." Lanjut Jisung saat melihat Hyunjin tengah memakai kaosnya. Si pemilik tubuh merona diam-diam mendengar ucapannya.

"Bisa aja lo. Lo pasti gini juga kan?"

"Gak sebagus badan lo." Temannya itu kini duduk di dekatnya. Merangkul pundaknya sebelum meraba perut Jisung.

"Ini tangan lo kenapa?" Jisung melihatnya dengan tatapan datar.

"Gue mau mastiin aja."

"Modus terus lo." Jisung memukul tangan Hyunjin sambil tertawa karena tingkah temannya ini.

"Lo boleh pegang juga kok." Kini Hyunjin gantian menarik tangan Jisung ke tubuhnya. Membuat Jisung merasakan otot-otot yang menumpuk keras pada perut Hyunjin.

Bukannya mengelak, Jisung malah kian menekan sekaligus meraba perut Hyunjin. Bahkan kini tangannya telah mencapai dada Hyunjin, membuat detak jantung pemilik badan yang ia akui sangat bagus itu, berdetak kencang.

Jisung menoleh padanya, "lo ada kelainan jantung ya Hyun?"

"Hah? Enggak kok."

"Yakin? Itu kelainan lo nular ke gue." Ungkap Jisung dengan jujurnya. Sedikitnya iris Hyunjin melebar, dia mengerti jika jantungnya berdebar karena rasa sukanya pada Jisung. Tapi, jika Jisung merasakannya juga, itu artinya..

Greb!

Hyunjin memegang tangan Jisung yang masih menekan dadanya pelan, "k-kenapa Hyun?" Jisung menggigit bibir dalamnya, heran dengan dia bisa sampai gugup saat wajah Hyunjin kian mendekat padanya.

Terlambat [HyunSung] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang