Terlambat : Tiga

1.7K 197 22
                                    

Sebenarnya tujuan utama seorang Han Jisung pindah ke JYP High School adalah menghindari hal-hal yang mengganggu kedamaiannya. Namun tetap saja ada yang mengusiknya. Seperti kemarin pagi, ia harus berhadapan dengan musuhnya dari sekolah lama. Mereka terlalu dendam atau bagaimana, hingga terus mengejar Jisung.

Tapi, kemampuan Jisung masih sama. Dia berhasil mengatasi mereka dengan kemampuannya. Tetap saja, jika itu terus-terusan terjadi, suatu saat Jisung akan sampai pada mimpi buruknya.

Walau ia bisa mengatasinya, namun ia memiliki tanggung jawab atas seseorang. Seseorang yang menunggunya kembali dan berharap kasih sayangnya.

Seperti biasanya, Jisung menunggu di jemput di halte. Tapi kali ini, pengganggu berikutnya setelah berada di sekolah ini, bersamanya.

Hwang Hyunjin namanya.

Setelah Jisung mengizinkan Hyunjin menjadi temannya, temannya itu jadi menunggu jemputan bersamanya. Si Hwang itu rela mengorbankan waktunya demi menemani Jisung.

"Han, lo gak nyaman ya gue temenin?" Ucap Hyunjin membuka percakapan. Karena memang sejak tadi Jisung seperti mengabaikannya.

Sesungguhnya memang begitu, tapi Jisung menggelengkan kepalanya.
"Gak, gue cuma gelisah nunggu jemputan. Gak biasanya lama gini." Hyunjin menghela nafas berat, jelas sekali Jisung berbohong padanya. Namun, entah kenapa dia tidak ingin menyerah dan pergi.

"Rumah lo dimana?" Tanya Hyunjin akhirnya.

"Rumah? Nanti lo bakal tau, tapi gak sekarang." Kecewa. Tapi Hyunjin memakluminya. Mungkin Jisung belum siap menunjukkan semua tentang dirinya sekarang.

Sekitar 15 menitan menunggu, sebuah motor sport berhenti di depan mereka. Dan seperti biasanya, Jisung menghampiri yang menjemputnya. Ia memakai helm yang di sodorkan oleh si penjemputnya.

Namun, belum sempat Jisung naik ke atas boncengan, lelaki yang menjemputnya turun dari motor.

"Sebentar Sung." Jisung hanya pasrah saat motor itu di parkirkan. Ia membiarkan lelaki itu menghampiri Hyunjin. Entah apa yang mereka bicarakan, Jisung tidak peduli.

Namun, ekspresi Hyunjin menggambarkan jika obrolan mereka bukan obrolan yang baik.

Setelah itu, lelaki itu kembali ke motornya. Jisung pun ikut naik ke atas motor tersebut. Tidak lama kemudian, motor itu melaju meninggalkan Hyunjin yang tampak mengepalkan tangannya. Rahangnya mengeras melihat jari tengah  pengendara motor mengacung saat membawa Jisung pergi. Ia bergegas melajukan sepedanya. Sepertinya ada niat bulat yang harus ia sampaikan pada seseorang.








●●●●●







Tiba di depan sebuah bangunan cukup tua, motor yang membawa Jisung berhenti. Jisung lantas turun dari belakang motor. Ia menyerahkan helm pada yang menjemputnya tadi.

"Makasih bang. Gue masuk dulu."

"Sung, tunggu. Lo gak penasaran sama yang gue bilang ke temen lo tadi?" Jisung menggelengkan kepalanya. Ia memang tidak peduli. Jadi Jisung melangkah menuju bangunan itu. Mengeluarkan kunci yang ia keluarkan dari tasnya.

"Gue bilang lo pacar gue. Jadi gue suruh dia menjauh, biar gak ganggu lo." Jisung menarik sebelah sudut bibirnya.

"Jujur aja bang. Gue gak yakin lo bilang begitu ke dia karena hal itu. Apapun itu, lo harus cerita nanti." Tanpa menoleh, Jisung masuk ke dalam bangunan itu. Meninggalkan lelaki yang mengantarkannya sibuk dengan pikirannya.

Terlambat [HyunSung] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang