Part 27 - Mulai Kecewa

49 7 0
                                    

Dream, Love and Friendship © Group 1

LavenderWriters Project II

PART 27 — Mulai Kecewa

Created by girlRin

***

Keesokan harinya, Mila berangkat ke Sekolah dengan perasaan kacau. Ia bahkan mengabaikan beberapa sapaan dari teman-temannya yang berempati akan gagalnya Mila dalam Olimpiade kali ini, well mungkin ini adalah Olimpiade pertama kali yang Mila gagal ikuti. Beberapa murid berkata jika Mila diajak Fadil untuk membolos atau bahkan Fadil sengaja memperlambat Mila hingga Mila terlambat datang ke Olimpiade namun itu hanya kabar burung. Mila tau bahwa Fadil tidak mencoba menghambat atau bahkan mencoba membuat Mila gagal, ia tahu betul bagaimana kerasnya perjuangan Fadil dalam membantunya.

Saat Mila menaiki tangga, ia tak sengaja berpapasan dengan Kinara yang sedang membawa banyak buku. Kinara terlihat cukup sibuk hingga tak melihat keberadaan Mila, Mila sendiri pun enggan untuk menyapa lebih dulu karena ia tahu jika gadis itu cukup sibuk. Alhasil, Mila hanya berjalan melewati Kinara yang membawa buku-buku ke lantai bawah.

Saat Mila menghilang di belokan, Kinara mengangkat pandangannya dari buku dan menatap ke arah lantai atas.

"Mil,"

Kinara bukannya sengaja, ia memang melihat Mila, hanya saja ia merasa Mila butuh waktu untuk menenangkan diri dari kejadian kemarin.

***

Mila duduk di kursinya dan menatap anak-anak sekelas. Beberapa dari mereka hanya menyapanya seadanya, tak seperti biasanya. Mungkin berita tentang dirinya yang gagal dalam Olimpiade menyebar sangat cepat dan beberapa dari mereka hilang respek padanya. Mungkin saja, kan?

Mila menoleh dan mendapati Lucy sedang bercanda dengan Andhika. Sangat jarang bagi Mila melihat interaksi keduanya atau mungkin Mila yang terlalu sibuk dengan masalahnya hingga tidak sadar jika salah satu sahabatnya itu tengah jatuh cinta?

Lucy terlihat sangat menikmati waktunya bersama Andhika, ia bahkan tertawa pada lelucon aneh pemuda itu yang Mila berani jamin tidak lucu sama sekali. Mungkin, itulah kekuatan cinta hingga apapun bisa menjadi mungkin.

"Hahahaha,"

Mila menoleh ke arah lain dan melihat jika Fadil sedang berbicara dengan Kevin. Kelihatannya mereka membicarakan hal penting tapi Mila tak tau apa. Tak lama, Kinara pun masuk sembari membawa sebuah buku besar dan mulai menuliskan beberapa pertanyaan di papan tulis.

"Apaan tuh, Nar?" tanya seorang murid.

Kinara menjawab tanpa menoleh, "tugas. Kerjakan aja!" Gadis itu terus menulis beberapa pertanyaan yang ada di buku dan mengabaikan ricuhnya beberapa murid di belakang yang mulai bertengkar terkait hal tidak penting, seperti pulpen dan juga Tipe-X. Konyol.

***

Mila berjalan menuju kantin dengan perasaan kesal, bagaimana tidak? Saat akan mengajak sahabat-sahabatnya ke kantin, mereka menolak. Berdalih dengan alasan masing-masing, Kinara dengan tugasnya sebagai Ketua Kelas dan Lucy yang mau menonton Andhika latihan. Sangat jahat, kan?

Sebenarnya tadi Fadil mengajaknya bergabung bersama dia dan Kevin untuk makan bersama, tapi Mila menolak dengan alasan tidak tau makan bersama dua orang laki-laki tanpa sahabatnya.

Kali ini, Mila yang sedang mengantri pun menatap sekitar. Beberapa murid menatapnya dengan tatapan seolah mengejek, bahkan ada seorang murid yang terang-terangan menunjuk ke arah Mila.

Mila risih sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi?

"Cih, sekarang udah jadi sampah Sekolah, ya? Udah gagal di Olimpiade masih aja ada muka buat muncul di Sekolah. Duh, ngga punya malu banget sih."

Mila menggenggam erat nampan kosong miliknya. Ia sungguh ingin melemparkan nampan itu ke arah anak-anak yang tengah membicarakannya itu tapi ia tidak ingin membuat masalah lagi.

"Tau tuh, harusnya sih ya pindah Sekolah aja eh—belum tentu juga sih Sekolah lain mau nerima dia. Hahahaha,"

"Gue denger ya, katanya mereka tuh abis nganu lhoo. Ibu-Ibu di angkot pada ngomongin mereka."

"Ho'oh, gue juga denger. Katanya sih sama Fadil, tapi ya gitu deh. Orang yang jilat ludahnya sendiri, benci sama Taekwondo tapi malah nganu sama anak Taekwondo."

Cukup! Mila geram. Ia banting nampan kosong itu dan berjalan mendekati murid-murid yang tadi membicarakan dirinya, "heh! Punya mulut tuh dijaga! Ngga pernah diajarin sama orang tuanya ya tentang sopan santun? Kalo ngomong tuh ngga usah di belakang, langsung aja ke gue!"

Beberapa murid hanya menatap Mila sinis, "ngga usah sok nge-bossy lo! Udah gagal juga!"

Amarah Mila mendidih, ia hampir saja menampar pipi salah satu dari mereka jika saja tidak ada seseorang yang menahan tangannya.

"MILA!"

Mila menoleh dan mendapati Fadil tengah menahan tangannya sembari menatapnya tak percaya.

"Urusin tuh pacar lo!"

Fadil menarik Mila pergi dari kantin. Ia tahu, jika makin lama di sana, Mila akan semakin menjadi bahan candaan anak-anak lain.

***

Mila menyentak tangan Fadil hingga melepaskan tangannya begitu mereka tiba di dekat koridor ruang ekskul.

"Apa-apaan lo, ha?!"

Fadil menghela napas dalam-dalam, "lo kenapa sih? Ngga seharusnya lo nampar mereka, kalo ketahuan guru gimana? Ntar lo kena masalah lagi," Mila justru menatapnya sinis, "ngga usah munafik deh lo! Pasti lo seneng kalo gue dapat masalah, iya kan? Ngaku aja lo! Gue tau, lo pasti ngga suka sama gue karena gue selalu mandang rendah Taekwondo, kan?"

"Mil, maksud lo apa?"

"Halah, ngga usah munafik, Dil. Gue tau lo pasti sengaja kemarin pura-pura ngutamain keselamatan gue padahal lo sengaja biar gue telat trus kena diskualifikasi, kan? Iya, kan?"

Fadil menggeleng, "ya ampun, Mil. Ngga mungkin gue kayak gitu. Gue ngga akan pernah ngelakuin hal itu, gue serius mikirin keselamatan lo kemarin. Gue cuma ngga mau lo kenapa-napa. Kalo lo luka, emang lo masih bisa lomba, ga kan?"

"Tapi gue ngga butuh simpati dari lo! Tugas lo itu simpel, Dil. Anterin gue sampe gedung itu aja, udah. Ini apa? Ngga, kan? Trus HP gue juga ilang!"

"Lo kira HP lo doang yang ilang? Motor gue juga ilang, Mil. Gue tinggalin motor gue demi ngajak lo ke tempat yang aman, tapi apa balasan lo?"

"Gak peduli gue! Intinya harusnya lo tuh amanah sama tugas lo, tapi ini apa? Halahh, ngga mutu tau. Basi!" Mila pun melangkah meninggalkan Fadil.

Fadil menghela napas panjang, "harus berapa kali gue bilang? Gue tuh tulus mau jagain lo, tapi kenapa lo selalu negative thinking sama gue, Mil?"

***

To Be Continued

[1]Dream, Love and Friendship✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang