Part 09 - Salah Paham

87 17 8
                                    

Dream, Love and Friendship © Group 1

LavenderWriters Project II

PART 09 — Salah Paham

Created by girlRin gloriarafael STAYESTHIC

***

Fadil menatap Ibunya yang masih membongkar oleh-oleh yang ia beli dari luar kota kemarin. Mereka pulang sekitar jam 5 sore tadi dan berbarengan dengan sampainya Fadil dari Minimarket. Saat Fadil membuka pintu, ia melihat bagaimana sang Papa yang mengangkat banyak barang dan sang Mama yang sibuk mengoceh tentang barang-barang yang masih ingin ia beli saat di sana. Fadil bisa melihat bagaimana sang Papa hanya bisa mangut-mangut mengiyakan dan raut wajah kesal sang Mama saat mengoceh.

Kini Fadil menatap Mamanya bosan. Ia sangat lapar dan Mamanya masih saja menerangkan berbagai peristiwa saat membeli barang kepada Fadil. Papanya? Well, pria itu lebih memilih tidur karena kelelahan mengemudi dari Bandara ke rumah dan mengangkat banyak barang milik sang istri.

"Ma?"

"... Duh, kamu harus tau. Waktu Mama mau beli baju ini, Mama tuh harus rebutan dulu sam—"

"Ma!"

Diana menatap Fadil kesal. "—kamu bentak Mama, ha?"

Fadil menggeleng panik, "bu—bukan gitu. Maksud Fadil tu—"

"Apa, ha?! Oh, kamu sekarang berani sama Mama?! Temenan sama siapa aja kamu di Sekolah? Pasti sama anak-anak ngga bener, iya kan? Ngaku?! Mama ngga suka ya kamu bentak Mama kayak gitu. Mama sama Papa ngga ngajarin kamu kasar sama perempuan, terlebih Mama kamu sendiri. Kamu tuh harusnya paham, oh Mama yakin pasti karena kamu temenan sama anak-anak ngga bener itu banyak cewek yang ngga mau jadi pac—"

"Ma, Fadil tuh laper." Fadil menyela ucapan Mamanya dan membuat Diana menatap anaknya bingung.

"Ma?" Fadil kembali menatap Ibunya ragu.

"Sekarang jam berapa?" tanya wanita itu seperti orang bingung.

"Jam setengah 8." jawab Fadil.

Diana menatap Fadil kesal, "kenapa ngga bilang daritadi, Dil?! Kamu laper kan jadinya! Papa juga belum makan malah tidur aja! Duh, jadi anak kok ngga bisa garcep sih?! Kalo orang tua lupa tuh ya diingetin bukannya malah diem aja." Diana mengoceh dan berlari ke dapur.

Fadil? Well, pemuda itu hanya mengelus dadanya berusaha sabar. Daritadi dia ingin mengatakan pada Mamanya bahwa jam makan malam sudah lewat eh Mamanya aja yang masih ngegas ngga pake rem ngomongin jalan-jalan beli oleh-oleh.

Ribet emang jadi anak. Batin Fadil.

"FADIL!!!!!!"

Fadil menatap ke arah dapur, tak lama Mamanya pun keluar dan menghampiri Fadil. "Kamu bangunin Papa gih, kita makan malam di luar aja. Ke Restoran mahal!" ucap Diana.

"Ha?! Kenapa ngga Mama aja sekalian? Kan Mama ganti baju ke kamar, kan? Papa tidur di kamar. Kenapa aku?" tanya Fadil.

Tuk!

Diana memukul kepala Fadil, "aduh punya anak kok lola sih?! Mama tuh mau naroh belanjaan ini dulu ke ruangan Mama. Kamu jadi anak tuh ya yang berbakti dikit napa?! Udah bagus cuma diminta buat bang—"

"Iya, iya." Fadil pun berlari menuju kamar orang tuanya menghindari omelan sang Mama.

"—astaghfirullah! Anak nakal! Mama belum selesai ngomong! Fadil! Fadil!"

[1]Dream, Love and Friendship✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang