Dream, Love and Friendship © Group 1
LavenderWriters Project II
PART 48 — Menyatukan Pecahan
Created by Zahraahsnaa and gloriarafael
***
Selepas kepergian Fadil—yang katanya hendak mencari angin—Diana duduk mencerna kembali perkataan Fadil, anak semata wayangnya. Hal sama pun dilakukan oleh Farhan.
Perkataan Fadil yang baru mereka sadari, bahwa sebagai orang tua, mereka terlalu egois.
Benar apa yang dikatan oleh Fadil. Apakah mereka pernah menanyakan sesuatu yang Fadil suka? Jawabannya tentu saja tidak.
Sejak kecil, Fadil terus menuruti semua permintaan—ah ralat—perintah dari kedua orang tuanya, tanpa mengeluh. Dan, baru sekarang Farhan dan juga Diana mendengarkan keluh kesah anak semata wayang mereka.
"Pah,"
"Mah,"
Diana dan Farhan saling pandang. Seolah mengerti pemikiran satu sama lain, kedua orang tua itu mengehela napas berat.
"Fadil benar, Mah. Kita terlalu egois, sampai kita gak tau hal yang menjadi kesukaan Fadil," ucap Farhan setelah lama hening diantara mereka.
Diana mulai menangis sesenggukan, dibalik wajahnya yang wanita itu tundukkan. Farhan yang mendengar itu, langsung menghampiri Sang istri tercinta, dan merengkuh tubuh Diana.
"Pah... Mamah merasa bersalah sama Fadil—hiks. Apa selama ini Fadil bahagia, Pah? Mamah gak pernah tau apa-apa tentang Fadil. Bahkan, hal kecil pun Mamah rasa... Mamah gak tau—hiks." Farhan hanya diam, mendengarkan semua ucapan yang keluar dari mulut Sang istri sembari mengusap-usapi punggung Diana.
"Ibu macam apa Mamah ini, Pah? Ibu macam apa?!" Tangis Diana semakin kencang. Wanita itu meremas kuat pakaian yang dipakai Farhan.
"Mah, Mamah tenang dulu." Farhan mencoba tegar namun sama saja, suaranya tetap getar tak kuasa menahan kesedihan.
Keduanya senyap dalam dekapan. Mencoba memikirkan kembali bagaimana membuat putranya bahagia.
"Pah," ujar Diana melepas pelukannya dan menatap serius Farhan.
"Apa kita batalin aja kuliah Fadil? Dan membiarkan dia memilih jalannya sendiri?" usul Diana berhasil membuat Farhan sontak berdiri dari tempat mereka duduk.
Farhan hanya diam membelakangi Diana. Farhan tetaplah Farhan, seorang ayah yang ingin anaknya sukses sesuai ekspektasinya.
"Pah, mama udah capek. Kita ngalah aja ya?" bujuk Diana lagi namun kali ini Diana menggenggam lembut tangan suaminya.
Farhan menatap mata istriny dalam. Kini Farhan sedang bimbang akan pilihan, karena ini menyangkut masa depan Fadil.
"Untuk saat ini papa belum bisa buat keputusan mah, karna ini menyangkut masa depan Fadil. Anak kita!" Farhan segera menaiki tangga menuju ruang kerjanya. Sebelum semakin jauh, Diana meyakinkan suaminya sekali lagi.
"Masa depan yang baik diawali dengan langkah pertama yang baik pah. Dan Fadil punya itu," ujar Diana sedikit berteriak. Yang diteriaki bungkam dan terus berjalan.
***
Kevin, Andhika, dan Fadil kini tengah duduk di sebuah pondok santai yang jaraknya lumayan jauh dari perumahan atau lebih mendekati pantai. Setelah memenangkan diri, Fadil mengajak sahabatnya pergi ke tempat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
[1]Dream, Love and Friendship✔
Teen Fiction#LavenderWriters Project Season 2 Kisah tentang persahabatan di antara tiga orang laki-laki yang sama-sama menyukai Taekwondo yang mendapatkan cintanya masing-masing. Namun, orang tua Fadil tak pernah menyetujui pilihannya untuk menjadi atlet Taekwo...